Share

Bab 3 Aiden Penuh Rahasia

Mommy tidak ingin mendengar keributan sama sekali, atau bahkan mendengar pecahan kaca.” Rose terlihat sedikit khawatir, dibuktikan dari ekspresinya. Jelas saja Rose khawatir, karena sampai sekarang pasti ada saja kerusakan sehabis mereka berdua berbicara.

“Aku tidak bisa janji, Mom,” kata Aiden. Sebelum beranjak pergi dia menampilkan senyuman lembut kepada sang Mommy. 

Suara yang dihasilkan dari pantofel hitam miliknya bergema kuat. Tak ada waktu bagi Aiden untuk menatap sekeliling. Pandangannya fokus ke depan dengan tatapan yang tajam, bahkan membuat benda-benda mati yang digunakan sebagai pajangan terlihat takut.

Tak menunggu waktu lama, pintu ruangan itu terbuka otomatis, menandakan kalau Aiden diizinkan untuk masuk ke dalam. Harum aroma buku yang menenangkan memenuhi ruangan ini. Buku-buku milik Ransom tersusun sempurna menyelimuti ruangan kerjanya.

“Apa maksudmu?” Pertanyaan Ransom terdengar setelah Aiden duduk di bangku besar dengan aksen kayu berwarna emas.

Aiden mengernyit, merasa bingung akan pertanyaan sang Daddy.

“Kenapa kau menerima perjodohan ini dengan sangat mudah?”

Aiden membuang napasnya panjang. “Bukankah itu yang kau mau?” tanya Aiden balik. Benar memang. Sejak beberapa bulan lalu hanya itu yang Aiden dengar dari Ransom. Hingga puncaknya ketika dia mendapatkan email yang berisi ancaman jika dia tidak menerima, maka namanya akan dicoret dalam ahli waris Chayton.

Tentu saja Aiden tidak bisa membiarkan itu. Karena berkatnya lah Chayton’s Group bisa dikenal oleh banyak orang.

“Apa kau merencanakan hal buruk?” tanya Ransom. Dia berjalan mendekat, diikuti dengan Aiden yang memilih berdiri. Selangkah lagi, maka tubuh mereka akan saling bersentuhan.

Dua pria berbeda generasi itu memiliki kekuatan yang sama besar. Sangat mendominasi. Rahang yang tegas membuat semua orang dapat merasakan bagaimana kekuatan dari mereka.

“Aku tidak bisa menjawabnya sekarang,” kata Aiden enteng.

“Aku akan terus mengawasimu. Pria tua ini akan melindungi menantunya, selamanya!”

Aiden tersenyum miring. Manik cokelat mereka saling menatap dengan dingin. “Kenapa kau sangat menginginkan hal omong kosong ini?”

“Karena Stephanie jauh lebih layak mendapatkan nama belakang Chayton.” Penjelasan dari Ransom berhasil membuat Aiden menggertakkan giginya. “Selama aku hidup, maka aku akan menjamin nama Chayton akan berada di tangan yang tepat. Persetan dengan perasaanmu!”

“Baiklah kalau begitu. Tapi kau juga harus tahu kalau pria muda ini akan menjadi suaminya. Dia harus menuruti apa perkataan Mr. Chayton,” seru Aiden yang lantas tersenyum puas.

Sebelum meninggalkan ruangan ini sepenuhnya, Aiden berucap, “Besok aku akan menemui calon istriku. Itukan yang kau mau? Membuat seolah-olah semuanya berjalan baik, tapi nyatanya tidak. Harusnya dirimu memikirkan perempuan itu. Apa dia akan senang dengan posisi ini, atau bahkan sengsara? Satu hal yang harus kau ingat, aku Aiden Mike Chayton yang penuh dengan kejutan.”

“Lakukan semaumu, Aiden Chayton.” Suara yang sedikit tinggi itu akhirnya membuat Aiden mengurungkan niat untuk pergi dari sana. Dengan sekali gerakan, dia membalikkan tubuhnya. Menatap sang Daddy dengan sangat berani.

“Apa yang akan kau lakukan jika pada akhirnya kau akan menerima Stephanie sepenuhnya?” tanya Ransom dengan senyuman sinis. Tangannya bergerak ke arah saku celana. Sekarang Ransom terlihat lebih mendominasi daripada putranya.

“Aku tidak akan pernah bisa menerima wanita itu sepenuhnya. Seleraku jauh di atasnya.”

“Benarkah?” Raut wajah Ransom seperti sedang mengejeknya. “Apa kau yakin? Kenapa kau tidak membatalkan perjodohan ini saja? Harusnya putri Casey mendapatkan pria yang lebih baik dari dirimu.”

“Kau lah yang merencanakan ini. Aku tidak akan pernah membuat Chayton’s Group jatuh di tanganmu atau orang lain! Hanya aku,” tegas Aiden.

”Kalau begitu kenapa egomu sangat tinggi, heh? Lebih baik kau menerima dirinya dan memperlakukannya dengan baik agar Chayton’s Group tidak jatuh di tangan yang salah. Karena sampai kapanpun aku masih memegang saham lima puluh satu persen di Chayton’s Group. Mengusirmu sama mudahnya seperti membalikkan tanganku.”

Harusnya Aiden tahu kalau sampai kapanpun dia tidak akan pernah bisa menang dari Ransom. Aiden mewarisi sifat Ransom. Tapi jika seperti ini sang Daddy lah yang masih menjadi pemenang.

Tidak ada lagi yang bisa Aiden sampaikan. Karena jika dia salah mengatakan sesuatu maka harga dirinya akan semakin hancur.

“Kalau kau mau menguasai semua Chayton’s Group ....” Ransom menghentikan kalimatnya. Suara sepatu itu bergema bersamaan dengan dirinya yang mendekat ke arah jendela, menampilkan langit yang gelap bertabur bintang-bintang indah. “Maka beri aku pewaris selanjutnya untuk menyandang gelar Chayton. Maka dengan itu kau dan anakmu lah yang akan memiliki Chayton’s Group.

Kalimat yang Ransom keluarkan seperti sambaran petir bagi Aiden. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu?

“Kau tidak perlu menjawabnya. Pikirkan dan buktikan,” jelas Ransom yang lalu berlalu, meninggalkan Aiden yang masih setia mematung di ruangan pribadi milik Ransom.

***

“Aku mendapat kabar kalau makan malam kalian berjalan dengan baik,” seru Nancy semangat yang lantas duduk di kasur queen size miliki Stephanie. Matanya terus mengikuti gerakan Stephanie dari meja rias hingga duduk di sofa.

“Sepertinya,” jawab Stephanie malas. Dia mengacak rambutnya gusar. Rambut hitam legam yang lembut itu sekarang menjadi tak karuan. “Aku tidak menyangka kalau pria yang akan menikahiku adalah Aiden Chayton.”

“Apa?!” Teriakan Nancy memenuhi ruangan itu. Seolah mampu membuat benda-benda bergerak sedikit dari tempat semula. “Aiden Chayton? Bukankah d—dia yang kau tabrak kemarin lalu?”

Stephanie mendesah pelan. Dia terus memukul-mukul kepala belakangnya yang mendadak pusing. “Kenapa kau tidak mengatakan siapa pria itu, Nancy? Untung saja dia tidak memberitahukan kejadian memalukan itu.”

Nancy mendekat, mengusap bahu Stephanie. “Aku pikir kau sudah mengetahuinya. Padahal Mr. Chayton selalu menjadi topik pembicaraan para wanita. Lagi pula, bukankah kemarin kau mengatakan tidak mau tahu?”

“Aku bingung harus mengatakan apa nanti saat berhadapan dengan dia di lain waktu.”

“Tenanglah, Stephanie,” tutur Nancy. Dia tersenyum melihat raut wajah Stephanie yang sudah terlihat sangat khawatir. Alis Stephanie yang dibentuk dengan bantuan cukur alis terlihat indah saat bertemu. Walaupun wajahnya sedang seperti ini tapi itu tidak membuat kecantikan yang dimiliki Stephanie memudar. “Kau adalah keluarga Casey. Keluarga terpandang di negara ini. Aku percaya kalau kau akan bisa menghadapinya dengan sangat baik ... Apa kau mau aku menggantikan posisimu, heh?”

Stephanie mendelik tidak suka ketika Nancy sudah tertawa puas. “Kalau saja ini seperti di dongeng, maka semalam aku sudah menyuruhmu untuk memakai penutup wajah agar menggantikanku,” sahut Stephanie.

Bunyi ketukan pintu yang tiba-tiba membuat mereka terdiam. Setelah Stephanie memberikan izin, maka pintu besar itu terbuka dengan lebar. Satu persatu pelayan wanita yang menggunakan pakaian khusus mulai masuk, memenuhi kamar Stephanie. Mereka menunduk hormat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status