Share

Bab 4 Bersiap

Penulis: arkein
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-05 13:59:37

Nancy menjadi tidak enak sendiri. Walaupun demikian, dia masih ingat akan posisinya. Segera saja dia berdiri dari sofa agar sofa itu hanya diduduki oleh Stephanie seorang.

“Ini bukan jadwalnya untuk perawatan. Lalu kenapa kalian datang kemari?” tanya Stephanie.

Seperti biasa, para pelayan Casey akan berbondong-bondong masuk ke dalam kamarnya untuk melakukan perawatan kepada sang putri dari Erland setiap dua minggu sekali. Perawatan itu dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Stephanie sangat diperlakukan bak seorang ratu di mansion mewah ini.

“Kami diperintahkan oleh Nyonya Diana untuk membantu Anda bersiap-siap, Nyonya.”

“Bersiap-siap? Untuk apa?” tanya Stephanie. Dia melirik Nancy, meminta jawaban. Tapi hanya gelengan yang dia terima dari sahabatnya. Stephanie pikir Nancy tahu hal ini.

“Tuan Aiden Chayton mengajak Anda untuk keluar nanti malam,” jelas pelayan itu.

Mendengar itu membuat Stephanie terkesiap. Mulutnya terbuka lebar. Padahal baru saja dia menenangkan dirinya akibat pertemuan di makan malam waktu itu, tapi sekarang Stephanie akan bertemu lagi dengan Aiden.

“Ini pertemuan keluarga, bukan?”

“Tidak, Nyonya. Tuan Aiden hanya meminta Anda secara pribadi. Untuk lebih jelasnya saya tidak diberitahu apapun.”

“Oke, baiklah,” seru Nancy. Dia tersenyum ke arah Stephanie. Nancy terlihat sangat semangat agar Stephanie juga terbawa suasana. “Sekarang adalah waktumu untuk bersiap-siap. Jangan menolak, Stephanie. Ini bisa kau lakukan agar kau lebih terbiasa.”

Setelah berpikir beberapa saat akhirnya dia mengangguk lesu. “Tapi aku mau bersiap sendiri dibantu oleh Nancy.” Perintah Stephanie membuat para pelayan saling menatap satu sama lain. “Jadi kalian bisa keluar sekarang. Kalau Mommy bertanya, katakan saja yang sebenarnya.”

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh para pelayan itu selain menuruti. Mereka akhirnya pergi dari ruangan itu.

“Apa kau yakin, Stephanie? Aku tidak tahu bagaimana style yang cocok untukmu? Bahkan aku tidak tahu cara menggunakan make up,” seru Nancy yang sudah duduk tak berdaya di sofa. Sekarang dia menanggung tugas yang berat. Kalau Stephanie tidak tampil menawan, maka pasti dia akan disalahkan.

“Ada aku, Nancy. Untuk apa aku belajar tentang hal ini kalau tidak pernah dipakai? Sekarang, kau lebih baik mengikuti apa yang aku katakan,” seru Stephanie yang lalu melangkah masuk ke satu ruangan.

Ruangan itu bernuansa putih. Banyak sekali lemari-lemari dengan kaca bening yang sangat mewah. Di dalam sana sudah terdapat banyak sekali barang mewah, mulai dari pakaian sehari-hari, gaun, rok, heels, bahkan juga perhiasan yang memang dipersembahkan untuk Stephanie. Stephanie berjalan memutar sembari menimbang pakaian apa yang cocok ia gunakan untuk malam ini.

“Kau tidak ingin memakai gaun?” tanya Nancy sesudah Stephanie mengeluarkan sesuatu dari tempatnya.

“Tidak. Aku ingin gaya yang berbeda untuk malam ini.”

“Tapi bukannya kalian akan makan malam nanti? I mean, itu  yang dilakukan oleh kalangan atas, bukan? Makan malam ditempat yang mewah, kalau perlu di bawah akuarium yang menyajikan pemandangan ikan-ikan buas,” seru Nancy.

Dia berbicara panjang lebar sambil menerawang jauh ke film-film romantis yang pernah ditonton. Rata-rata, film yang Nancy tonton selalu melakukan hal itu.

“Aku hanya jaga-jaga saja. Kalau ternyata dia membawaku pergi ke tempat lain, maka gaun pasti tidak akan cocok.”

“Kau benar,” sahut Nancy sambil membantu Stephanie mengeluarkan barang tersebut. “Wow. Ini sangat indah.”

Pujian Nancy diberikan kepada sebuah pakaian berjenis jumpsuit yang masih dilapisi oleh plastik bening. Jumpsuit itu berwarna biru gelap dengan sedikit taburan benda-benda kecil yang berkilau di bagian pinggang.

“Aku yakin kau akan terlihat sangat cantik menggunakan ini.” Nancy memindahkan pandangan ke Stephanie. “Ada apa? Kau terlihat tidak bersemangat .... Ayolah, Stephanie. Walau kau tidak menginginkan ini, tapi setidaknya lihat orang tuamu.”

Nancy bukan tidak berpihak pada Stephanie. Dia hanya tidak mau Stephanie dikucilkan karena penolakannya atas perjodohan ini. Belum lagi kalau ternyata orang tuanya marah kepada Stephanie. Nancy tidak kuasa melihat Stephanie sedih.

Sebaliknya, dia merasakan sesuatu yang baik akan segera menghampiri Stephanie. Ya, Nancy memanglah bukan seorang peramal, ini hanyalah sebuah feeling yang hanya dapat dibuktikan seiring berjalannya waktu.

Stephanie memilih duduk di sofa panjang. “Aku ... hanya bingung dengan Aiden. Ini adalah kali pertama kami bertemu. Sebelumnya, aku belum pernah bertemu dengannya.” Dia menatap Nancy dengan tatapan yang sulit dijelaskan. “Di balapan dia terlihat marah dan sangat membenciku, tapi di makan malam, dia malah terlihat sangat lembut. Aku bingung menilai sikapnya, Nancy.”

Nancy mengangguk paham. Dia memilih berjongkok di hadapan Stephanie. Mendongak, agar dia bisa melihat Stephanie. “Cobalah untuk berpikir positif, Stephanie. Mungkin saja pada waktu itu dia marah karena kau menabraknya. Dan pada makan malam itu, emosinya sudah menjadi tenang kembali.”

Stephanie mengangguk. “Apa aku terlihat bodoh?” Pertanyaan yang ambigu menurut Nancy. “Aku tidak pernah berpacaran sebelumnya. Hanya ada beberapa pria yang dekat denganku selain daddy dan kakak. Itupun hanya sebatas teman. Aku takut kalau aku melakukan kesalahan nantinya. Kau tahu Aiden, bukan? Dia pria terkenal. Pasti dia sudah memiliki beberapa mantan yang seksi dan jauh dari diriku.”

Nancy terkekeh kecil. Apa yang sebenarnya Stephanie permasalahkan? Dia cantik, lalu kenapa sering sekali dia merasa kurang percaya diri?

“Stephanie,” panggil Nancy lembut. “Kau adalah gadis berpendidikan. Kau tamatan Oxford University. Jelas saja kau bukanlah perempuan biasa. Untuk pria, aku rasa itu tidak masalah. Kau bisa belajar seiring waktu atau bahkan membaca buku dan film. Aku bisa merekomendasikan mana yang bagus untukmu .... Lalu, perempuan mana yang jauh di atasmu? Kalau ada, sudah pasti Chayton tidak memilihmu.”

Stephanie terdiam. Dia meresapi semua apa yang Nancy katakan. Setiap hari, dirinya selalu bersyukur memiliki sahabat seperti Nancy yang selalu ada bersamanya. Memberikan nasihat atau bahkan menghiburnya.

“Sudah. Ini bukan waktunya kau merasa tidak percaya diri. Kau adalah pemenang, Stephanie ... sebentar lagi di negara ini akan dilaksanakan pernikahan yang besar. Seluruh stasiun televisi akan memberitakan kabar pernikahan kalian— Kau akan menjadi Mrs. Chayton.”

Nancy berdiri, lalu berjalan sambil melihat-lihat barang apa lagi yang akan Stephanie kenakan. Dia memainkan feelingnya. Semoga saja pilihannya tidak buruk.

“Terima kasih, Nancy,” kata Stephanie sesudah beberapa waktu dia hening.

“Anytime,” sahut Nancy. Dia menghela napasnya lelah. “Lebih baik kau sekarang membantuku. Aku bingung.”

Perempuan cantik itu tertawa lebar. “Sepertinya kau harus belajar mengenai dunia fashion. Pria mana yang akan bisa tahan denganmu kalau begini?”

“Maaf. Aku tidak tertarik. Lagi pula aku punya prinsip kalau hidup ini bukan hanya soal pria.”

“Seandainya orang tuaku memiliki prinsip seperti itu juga.”

“Dan nyatanya tidak.” Jawaban yang Nancy berikan membuat mereka tertawa bersama.

***

Seorang pria yang menggunakan jas hitam berjenis single breasted baru saja memasuki mansion mewah. Manik ambernya menyapu bersih seluruh ruangan. Terlihat dari arah dalam datang seorang pelayan pra yang memakai seragam seperti pelayan di mansion ini. Dia terlihat menunduk ke arah pria bermanik amber itu.

“Kenapa mansion ini terlihat sangat sepi? Kemana semua orang?” tanya pria itu yang lalu memilih duduk di sofa. Tak lupa kakinya menyilang.

Pria itu bernama Sean Casey. Penerus satu-satunya nama Casey. Kakak kandung dari Stephanie Casey.

“Tuan dan nyonya Casey sedang berada di taman, Tuan,” jelas pelayan tersebut.

“Stephanie?” tanyanya lagi sambil menaikkan alis sebelah.

“Nyonya Stephanie sedang bersiap-siap di kamarnya.”

“Untuk apa?” tanya pria itu lagi. Kali ini dia terlihat sangat kesal. Akibat banyaknya urusan pekerjaan membuatnya sangat ketinggalan informasi tentang keluarganya.

“Tuan Aiden mengajak Nyonya Stephanie untuk pergi malam ini. Oleh sebab itu Nyonya Stephanie sedang bersiap dibantu oleh Nancy.”

Sean mengangguk paham. Dia hanya baru mendapat kabar dari sang Daddy kalau perjodohan adiknya berhasil. Sean juga baru teringat belum pernah berbicara dengan sang adik selama satu minggu ini.

“Permisi, Tuan.” Seorang pria berpakaian hitam masuk dari luar. Pakaian itu adalah pakaian yang khusus digunakan untuk bagian keamanan. “Tuan Aiden Chayton sudah berada di luar.”

Sean diam beberapa saat. Dia masih kaget akan kabar itu. Tapi pada akhirnya, dia memilih untuk berbicara sambil berdiri.

“Persilahkan dia masuk. Aku akan menyambutnya,” sahut Sean yang lalu tersenyum penuh misteri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Billionaire Aiden   Selesai

    Stephanie menghela napasnya bosan melihat Aiden yang terus saja mondar mandir mengelilingi kamar.“Apa kau tidak akan mengizinkannya tidur?” Stephanie bertanya yang berhasil membuat Aiden berhenti.“Dia sudah tidur, Sweetie,” jawab Aiden dengan suara pelannya. Dia menoleh ke bayi yang ada dalam gendongannya lalu kembali ke Stephanie. “See … dia bahkan tidak bergerak sama sekali.”Stephanie yang awalnya kesal malah terkekeh kecil. “Ya, kau sangat hebat. Tapi sekarang dia membutuhkan mommy-nya. Kemarikan putraku, aku ingin tidur bersamanya sekarang!”Aiden merubah wajahnya menjadi masam. Tidak ada pilihan lain. Dia pun berjalan dengan pelan lalu meleta

  • My Billionaire Aiden   Bab 49 Menyadari

    “Ma—ma—ma—ma!”Wanita berambut seleher itu terkekeh kecil karena mendengar ocehan bayi yang berada dalam pangkuannya. Karena tak tahan, akhirnya wanita itu memberikan ciuman bertubi-tubi di pipi gembulnya.“Kenapa kau sangat lucu sekali, hm?” tanya wanita tersebut sembari mengangkat bayi perempuan yang terkekeh karena kegiatan tersebut.“Rasanya aku ingin mengurungmu disini,” lanjutnya sesudah memberikan lagi dot yang berisi susu.Bayu tersebut sontak terdiam. Terlihat jelas dirinya yang sedang berusaha menyedot susu itu. Tak lu

  • My Billionaire Aiden   Bab 48 Pergi

    2 hari kemudian …Mata Aiden tak pernah luput dari Stephanie. Dia bersandar ke daun pintu dan tangan yang bersedekap.Entah sudah berapa lama Aiden terus memandang Stephanie, yang jelas dia tidak pernah meninggalkan perempuan yang sedang terduduk di ranjang rumah sakit dengan pandangan kosong itu.Setelah berperang dengan kepalanya— berusaha mengambil keputusan, Aiden kemudian berjalan mendekat. Mendudukkan setengah bokongnya di kasur yang Stephanie tempati. Meskipun demikian, Stephanie tetap tidak menyadari kalau Aiden sudah berada di sampingnya.

  • My Billionaire Aiden   Bab 46 Menemukan

    Pria dengan setelan jas itu duduk terdiam di ruangan tertutup salah satu restoran Jepang. Ruangan yang semulanya ingin digunakan untuk membahas proyek namun tak kunjung terjadi karena mereka mendapat kabar buruk. Pria itu terus menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Pria itu tidak melakukan apapun setelah mendengar teriakan Stephanie dan kata tolong yang ia katakan sebelum panggilan tadi terputus.“Apa yang harus kita lakukan?!” Bentakan itu keluar dari bibir Joshua yang terus mondar mandir. Dia berhenti dan menjatuhkan pandangannya ke arah Aiden yang masih setia diam. Melihat itu, emosi Joshua mendadak tak terkontrol.“KENAPA KAU DIAM SAJA?!”Alex yang berdiri di depan pintu sudah menduga hal itu akan terjadi. Sebelum Joshua meluka

  • My Billionaire Aiden   Bab 45 Perasaan tidak enak

    Satu gelas susu panas sudah berada di tangan Stephanie. Kaki yang dibalut oleh sandal tipis itu melangkah ke luar. Mencari tempat paling nyaman untuk menjatuhkan bokongnya.Pilihannya jatuh di belakang villa yang menyuguhkan pemandangan sawah yang baru ditanam. Warna hijaunya terlihat sangat menyegarkan di mata Stephanie. Ditariknya oksigen banyak-banyak untuk masuk ke dalam paru-parunya. Udara di sini sungguh berbeda dengan udara kota mereka berasal.Jelas saja, ini adalah pulau pribadi Aiden dimana kendaraan sangat jarang lalu lalang. Bukan pulau baru, melainkan pulau yang sama dengan yang Stephanie kunjungi bersama Aiden, entah berapa bulan yang lalu, Stephanie tidak mengingatnya.

  • My Billionaire Aiden   Liburan

    Erland dan Diana kompak masuk ke ruangan Stephanie, diikuti dengan Rose. Mereka mengabaikan Ransom yang sedang berhadapan dengan Alex.“Kau harus makan—“Kalimat Aiden berhenti karena mendengar suara pintu yang terbuka. Sontak mereka berdua menoleh bersamaan. Mendapati Erland dan Diana yang diam berdiri. Sedangkan Rose, dia berjalan, mendekap sang putra untuk melampiaskan rasa rindu yang sudah mengendap lama.“Mommy kangen.” Diana bergumam, mengelus punggung Aiden yang masih setia mendekap Rose.“Aku juga,” sahut Aiden. Mengecup puncak kepala Rose sebelum melepaskan pelukan tersebut.“S

  • My Billionaire Aiden   Bab 43 Menyelinap

    “Apa yang kau bilang, Stephanie?” Aiden bertanya dengan nada tidak suka dan sedikit meninggi. Dia bahkan sudah mengganti panggilannya— menandakan kalau dirinya tidak menyukai apa yang Stephanie katakan.“Bagaimana bisa kau ingin menggugurkan darah dagingku?” tanyanya, mendesak Stephanie dengan mengguncang kedua bahu wanita yang sedang memejamkan mata karena rasa sakit dari apa yang Aiden lakukan.Stephanie membuka matanya. Bertemu dengan manik Aiden. “Kau menginginkannya karena harta, bukan? Agar Daddy Ransom memberikan harta kekayaan ini padamu, ‘kan?”Untuk sesaat, Aiden terkejut karena Stephanie mengetahui rahasia tersebut, tetapi Aid

  • My Billionaire Aiden   Bab 42 Datang

    “20 menit lagi kita akan meeting, Pak,” kata seorang pria yang menjabat sebagai sekretaris baru di perusahaan Aiden kepada Aiden yang sedang sibuk berperang dengan berkas-berkas.Aiden hanya mengangguk pelan saja lalu menggerakkan tangannya untuk menyuruh pria itu keluar.Dan tak menunggu waktu lama, seorang pria dengan muka yang babak belur masuk ke ruangan Aiden. Aiden menatapnya dengan tajam seraya berdiri menjumpai dirinya yang masih diam memaku di pintu.“Katakan!” desak Aiden setelah menutup pintu ruangan itu. Dia mendorong Alex sampai ke dinding. Mengambil kerahnya lalu berkata, “Jangan buat kepercayaanku hilang sepenuhnya untukmu! Harusnya kau berterima kasih padaku karena masih membiarkanmu hidup, Pengkhianat! Tapi sep

  • My Billionaire Aiden   Bab 41 Terbongkar

    Aiden menahan dirinya untuk tidak menemui Alex yang sedang berjalan ke arah luar. Dan karena emosi yang ada dalam dirinya tak bisa disalurkan dengan benar, membuatnya mengepalkan kedua tangan.Mengetahui fakta tentang dalang dari kejadian dimasa lalunya tentu membuat Aiden kaget. Ditambah lagi ternyata hal itu sudah dirancang sedemikian rupa.Amanda tak bersalah … dapatkah Aiden menyimpulkan itu sekarang?“Akhhgg,” teriak Aiden sambil melemparkan ceret kaca tersebut. Suara gaduh terdengar disaat ceret itu sudah berbentuk kepingan-kepingan dengan ljnggiran tajam yang dapat membuat darah segar mengalir jika tersentuh.Pria yang sedang emosi itu langsung melenggak pergi. Menga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status