Share

2.Pramuka

Saat ini adalah ektrakulikuler pramuka dan disinilah mereka, duduk di bangku koridor sambil menunggu waktu jam pramuka dimulai. Karena mereka memutuskan untuk tinggal di sekolah, sebab bagi mereka jika pulang ke rumah akan membuang-buang waktu dikarena jarak waktu pulang dan pramuka tak terlalu lama.

Mereka membahas apa saja yang bisa di bahas. Sampailah di pembahasan masalah sekolah ini.

"Em, aku mau bicara" kata Disa dengan tiba-tiba.

"Apa?" kata Fia dengan raut wajah masih datar.

"Mau bicara apa Dis?" tanya Yara dengan antusias.

"Aku penasaran sama sejarah sekolah ini, gimana ya jelasinnya?" kata Disa sambil menggaruk kepalanya bingung. Bingung ingin memulai dari mana.

"Setelah mendengar cerita dari beberapa guru dan kakak kelas, aku ngerasa aneh aja" lanjut Disa dengan tatapan menatap ke depan.

"Terus" kata Fia dengan raut wajah tenang.

"Aku mau cari kebenarannya,  emang bener di sini ada siluman harimau?" kata Disa dengan nada bertanya.

"Entah" kata Fia sambil mengangkat bahu tak tahu.

"Lu yakin Dis? Gue gak mau, takut" kata Yara dengan raut wajah takut.

"Lu yakin gak mau?" tanya Fia kepada Yara dengan senyum misteriusnya.

"Gak! Bahaya tau, entar kalau mereka gak terima gimana?" kata Yara lagi dengan nada suara takut.

"Kita cuma nyari tahu, udah itu doang kok Ra" kata Disa menyakinkan.

"Tapi gue takut" kata Yara masih dengan nada tak mau.

"Gue jamin keselamatan lu" kata Fia tiba-tiba.

"Yakin lu?" kata Yara sambil menatap Fia serius.

"Hm" jawab Fia dengan tenang.

"Ya udah gue ikut, tapi inget kalau ada yang aneh-aneh kita harus berhenti nyelidiki" kata Yara dengan nada suara serius.

"Oke" kata Disa dengan senyum mengembang.

"Mulai kapan?" tanya Yara dengan antusia.

"Sekarang?" tanya Fia dengan raut wajah bertanya.

"Boleh tuh 'kan masih 30 menit lagi masuknya" balas Disa dengan raut wajah bahagia.

"Oke, ayok" kata Yara sambil menarik tangan Fia dan Disa dengan semangat.

"Tadi katanya takut" kata Disa dengan senyum jahilnya.

"Ck! Gue semanget lu pada kek gitu" ucap Yara dengan nada tak suka.

"Iya-iya untuk hari ini kita cuma ngeliat suasana sekolahan" kata Fia dengan nada serius.

"Oke, yuk jalan" kata Disa sambil mendorong tubuh Yara. Yara yang merasa tak suka tubuhnya di dorong oleh Disa secara tiba-tiba menarik tangan Fia ke depan tubuhnya.

"Gue tengah" kata Yara setelah tubuh Fia berada di depannya.

"Hm" balas Fia dan mulai berjalan mengelilingi lingkungan sekolah dengan langkah tenang.

"Gila kalau sepi gini nakutin ya" kata Yara tiba-tiba dan pegangan di baju Fia bertambah kencang. Posisi mereka, seperti orang yang sedang main kereta api, saling berpegangan di ujung baju temannya.

"Hm" jawab Fia sekenanya.

"Dis, jangan lepasin tangan lu dari baju gue" kata Yara sambil menarik tangan Disa yang tadi ingin di lepas.

"Kalau kayak gini gak enak Ra, mending satu di lepas aja" kata Disa memprotes.

"Gak, gue gak mau" kata Yara.

"Ini masih siang Yara gak akan ada apa-apa" kata Disa sambil melepaskan tangannya dari baju Yara dan berjalan di sisi Fia.

"Gue gak mau di belakang" kata Yara dan tiba-tiba tubuhnya menyelinap di tengah-tengah Fia dan Disa.

"Fia jangan cepet-cepet dong jalannya" keluh Yara dan memeluk tangan Fia dengan erat.

"Tangan gue pegel, lepas" kata Fia dan melepaskan tangan Yara dengan paksa.

Yara yang tangannya di lepas secara paksa oleh Fia pun merasa cemberut dan beralir ke tangan Disa, tapi dia hanya mengenggamnya tak seperti yang tadi dia lakukan kepada Fia.

"Dis, jangan jauh-jauh" kata Yara sambil melihat ke sekelilingnya dengan sorot mata waspada.

Posisinya Disadan Yara berada di depan dan Fia di belakang mereka sambil melihat sekelilingnya dengan sorot mata tanpa emosi.

Sekarang mereka berada di lantai dua sekolah lebih tepatnya di depan perpustakaan.

Disa terus berjalan dan di ikuti oleh Yara di belakangnya. Fia juga masih berjalan dan melihat ke sekeliling dengan waspada. Jarak Fia dan kedua temannya cukup jauh.

Tiba-tiba langkah Fia terhenti di depan lab komputer dan tatapanya menajam ke dalam ruang lab komputer.

'Apa tadi?' batin Fia sambil menelisik kedalam ruangan lab komputer mencari sesuatu yang dia lihat tadi.

Tanpa di sadari ternyata jaraknya dengan Yara dan Disa semakin jauh.

Fia tak mempermasalahkan itu, dia masih mencari sosok tadi dengan teliti.

Sedangkan di sisi lain.

Yara masih mengenggam tangan Disa bahkan genggamannya semakin erat.

"Dis gue kok merinding ya" kata Yara dan semakin mengenggam erat tangan Disa.

"Sama aku juga merinding, auranya gak enak Ra" kata Disa sambil melihat ke sekeliling seperti mencari sesuatu.

"Dis jangan nakut-nakutin gue dong" kata Yara dengan nada suara ketakutan.

"Tapi bener Ra auranya gak enak dari..." kata Disa terhenti sambil melihat sekeliling.

"Dari sana Ra" kata Disa sambil menatap tajam ke ruangan di ujung koridor yang sepertinya gudang lantai dua, ruangannya bersebelahan dengan lab komputer 3.

"Disa..." kata Yara dengan tangan yang mengenggam lengan disa kencang. Disa tak perduli dengan panggilan Yara.

Disa mulai berjalan mendekati gudang tadi dengan perlahan dan hati-hati. Pintu gudang yang terbuka sedikt pun membuat Disa semakin penasaran karena semenjak dia masuk sekolah ini pintu gudang itu tak pernah dibuka atau terbuka seperti ini.

Disa masih berjalan dengan perlahan dan Yara mau tak mau juga mengikuti langkah Disa, karena tak mungkin baginya untuk melepaskan tangannya dari lengan Disa. Entah kenapa Yara merasa sulit melepaskan tangannya dari lengan Disa. Seperti ada lem yang membuat tangannya susah di lepaskan.

Masih beberapa langkah lagi untuk sampai di depan pintu gudang. Disa berjalan dan sampai di depan pintu, dia mulai membuka secara perlahan pintu gudang itu.

Dan saat Disa baru memperluas sedikit pintu tadi, dapat ia lihat sosok yang mengintip di balik rak-rak yang sudah usang, tiba-tiba sosok tadi merayap ke arah Disa dengan cepat. Dengan refleks Disa berlari meninggalkan Yara yang mematung di tempat.

"Akhhh!" teriak Disa dan berlari berbalik arah.

Fia yang mendengar teriakan dari Disa pun merasa terkejut dan melihat ke sumber suara. Di sana dia melihat sosok Disa yang berlari dengan raut wajah terkejut  dan Yara yang masih diam mematung di tempat. Dengan terburu-buru Fia berlari ke arah Yara dan menutup pintu gudang tadi.

Saat Fia menutup pintu gudang, sempat ia melihat sosok tadi secara sekilas.

Yara masih berdiam diri di tempat dengan kaku. Sedangkan Disa sedang menetralkan deru nafasnya.

"Apa tadi? Aku baru lihat sosok seperti tadi" gumang Disa sambil menetralkan detak jantungnya.

Sedangkan di lain sisi, Fia sekarang sedang berusaha menyadarkan Yara dari rasa terkejutnya.

"Yara, hey" kata Fia sambil memukul pelan pipi yara.

"T-tadi..." kata Yara dengan wajah terkejut bercampur takut.

"Udah gak ada kok, jangan takut ya" kata Fia dan kembali menenangkan Yara dengan mengelus punggungnya pelan untuk menetralkan rasa terkejut dan takut yang menghampiri Yara.

Fia membisikan sebuah kata dan kata-kata tadi berhasil membuat Yara menenangkan diri.

Yara sudah mulai tenang dan Fia membawa Yara ke tempat dimana Disa berada. Saat sampai disana terlihat Disa sedang duduk dengan punggung yang menyender ke tembok.

"Kamu gak papa Dis?" tanya Fia dengan lembut.

"Gak, aku gak papa cuma terkejut aja gak lebih" jawab Disa sambil tersenyum manis ke arah Fia.

"Ya udah kalau gitu kita turun yuk, situasi gak mendukung" kata Fia dan mengulurkan tangan yang satunya untuk membantu Disa berdiri.

"Iya" kata Disa dan menerima uluran tangan dari Fia.

"Ayo Yar" kata Fia dan membawa Yara berjalan ke lantai satu.

Mereka duduk di anak tangga untuk mengistirahatkan fikiran. Yara duduk di  antara Fia dan Disa.

"Gue gak mau ngelanjutin" kata Yara secara tiba-tiba.

"Kalau gak mau lanjutin ya udah gak di lanjutin" kata Fia sambil tersenyum ke arah Yara.

Sedangkan Disa sedang fokus menatap ke satu arah.

"Dis" panggil Fia sambil menguncang pelang lengan Disa.

"Eh? Iya ada apa?" tanya Disa sambil menatap ke arah Fia bingung.

"Liatin apa?" tanya Fia dengan nada serius.

"Itu.." kata Disa sambil menujuk ke arah lantai tiga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status