Home / Young Adult / DERSIK / 4.Meminta tolong (1)

Share

4.Meminta tolong (1)

Author: Fitri
last update Last Updated: 2021-04-13 10:04:11

Beberapa hari setelah kejadian waktu itu. Mereka sudah memutuskan untuk membatalkan rencana untuk menulusuri sekolah mereka.

Disinilah mereka sekarang dalam kegiatan belajar mengajar. Hingga kedatangan sosok yang kemarin baru mereka kenal.

'Hai' sapa kak Rita yang berada di samping Disa.

"Hai kak" jawab Disa tanpa mengalihkan pandangannya.

'Aku boleh minta bantuan sama kamu?' tanya kak Rita dengan nada penuh harap.

"Bantuan? Kalau bisa kami bantu kami usahain bantu kak. Memangnya minta bantuin apa?" tanya Disa heran.

'Boleh minta tanganya?' tanya kak Rita sambil menjulurka tangannya di depan Disa.

"Tangan?" kata Disa dengan bingung.

'Hm, aku mau nunjukin sesuatu' kata kak Rita dengan nada sedih.

"Oh, ini" kata Disa dan kak Rita mulai memegang tangan Disa.

Setelah itu...

{ Disa POV }

Disa tiba-tiba berpindah ke tempat yang tak dia ketahui bahkan tempat ini sangat gelap tak ada pencahayaan sama sekali.

Disa memutuskan berjalan walau ada rasa takut di dirinya. Baru beberapa langkah bisa dia lihat ada satu buah lilin yang menyala di tempatkan di dalam teko yang ada di film aladin tapi ini lebih besar dan tak ada penutupnya.

Disa mengambil lilin tadi sebagai pencahayaannya saat dia mengambil lilin tadi tiba-tiba tubuhnya seperti berpindah tempat.

Saat Disa membuka mata dia sedikit terkejut karena dia berada di kelasnya tadi tapi dalam keadaan kosong tak ada orang satu pun. Dengan tergesah-gesah Disa berlari keluar kelas dan betapa terkejutnya dia sekolahannya yang saat ini sangat berbeda tak seperti yang dia kenal.

"Aku di mana?" tanya Disa kepada dirinya sendiri.

"Disini sangat sepi, bahkan satu manusia tak ada" katanya sambil melihat sekelilingnya.

Disa memutuskan untuk berkeliling siapa tau dia bisa menemukan seseorang yang bisa membantunnya.

Saat di belokan koridor Disa mendengar bisik-bisik seseorang dengan semangat Disa berlari ke arah tersebut.

Tapi saat Disa mendengar ucapa bebarapa lelaki tadi, dia merasa terkejut.

'Gimana sampek di sini lancar?' tanya salah satu di antara mereka yang berpenampilan cukup berantakan.

'Hm, lancar bentar lagi dia dateng' kata yang lainnya dengan senyum puas.

'Bego amat sih tuh cewek' kata yang lainnya menimpali.

'Gak papa yang penting dia udah masuk perangkap' kata cowok yang tadi.

"Apa maksudnya? Perangkap?" tanya Disa bingung sambil menatap ke arah tiga cowok tadi.

Saat Disa sedang sibuk memikirkan ucapan para lelaki tadi. Tiba-tiba ada yang berjalan di sampingnya tapi bagikan tak terlihat, orang itu menghiraukan kehadirannya.

Saat Disa melihat ke arah orang tadi betapa terkejutnya dia.

"Kak Rita?" Kata Disa tak percaya dengan raut wajah terkejut.

"Jangan-jangan perempuan yang mereka bicarain kak Rita" kata Disa dengan raut wajah terkejut.

'Hai' sapa Rita dengan senyum manisnya.

'Hai' balas ketiga lelaki tadi dengan senyum jail, tapi Rita tak tau maksud dengan itu semua.

"Mau apa mereka?" ucap Disa dengan geram dan was-was.

'Mana buku aku' kata Rita sambil menyodongkan tangannya.

'Ada di sana' kata salah satu cowok tadi sambil menunjuk ke arah tempat Disa.

'Ya udah ayo ambil' kata Rita dan berjalan ke arah tempat yang orang tadi tunjuk.

'Ayo' kata salah satu di antara mereka dan berjalan di depan Rita dan yang dua berjalan di belakang Rita.

Saat mereka berjalan ke arah tempat tadi, Disa di buat terkejut saat salah satu laki-laki yang berjalan di belakang Rita mengambil kayu dan mengangkatnya tinggi-tinggi untuk memukul Rita dari belakang.

"Kak Rita awas!" teriak Disa sambil berlari ke arah Rita tapi nihil tubuhnya menembus tubuh Rita begitu saja.

"Apa-apaan ini?" gumam Disa tak paham.

Bhuk

Disa mendengar suara hantaman itu, saat dia melihat ke arah belakang dirinya di kejutkan dengan sosok Rita yang sudah tak berdaya di atas lantai.

"Kak Rita!" teriak Disa dengan histeris.

'Bawa dia di gudang' kata salah satu pria tadi dengan nada menyuruh.

'Elah nyusahin lu, padahal elu yang nikmatin kita yang susah' kata yang lainnya dan mau tak mau membawa Rita ke gudang yang tadi di tunjuk.

'Entar juga kebagian' ucap orang tadi dengan tenang.

Disa masih mematung di tempat dan menatap ke depan dengan sorot mata kosong. Sekarang dia paham maksud dari kata-kata mereka tadi.

"Kak Rita!" teriak Disa setelah sadar dari diamnya. Setelah itu dia dengan cepat berlari ke arah tempat tadi. Disa mulai berjalan untuk mendekati tubuh kak Rita yang sedang terbaring lemah di atas lantai tapi langkahnya terhenti karena dia merasa tubuhnya terlempar ke tempat yang baru yaitu dekat batu besar yang ada di depan ruang guru.

Dia mulai berlari mencari sosok Rita. Saat dia berlari mencari sosok Rita betapa terkejutnya dia saat melihat keluar sekolahan lebih tepatnya jalan raya yang ada di sana.

Disana dia melihat tubuh rita yang tak berdaya dengan tubuh penuh dengan darah. Tak jauh dari sosok Rita ada sebuah mobil hitam dengan lampu yang masih menyala.

"Kak rita!" teriak histeris Disa sambil berlari ke arah tubuh Rita.

"Kak bangun" kata Disa dan ingin menyentuh tubuh tak berdaya Rita tapi tangannya menembus begitu saja.

"Kak Rita" kata Disa mulai meneteskan air matanya.

Saat dia memejamkan mata...

"Kak Rita!" teriak Disa sambil bangun dari tidurnya.

"Dis?" kata Yara bingung.

"Loh?" kata Disa kaget saat dia melihat ke sekeliling ruangan.

"Lu tadi tiba-tiba pingsan" kata Fia dengan datar.

"Tapi.." kata Disa tergantung dengan wajah sedihnya.

Fia yang melihat perubahan raut wajah Disa pun merasa heran.

"Lu mau kemana?" tanya Yara saat melihat Disa turun dari atas kasur uks dan berjalan keluar.

"Ke kelas" kata Disa dengan raut sedih.

"Tap-" kata Yara terpotong dengan tepukan di bahunya.

"Ikutin aja" kata Fia dengan raut serius setelah itu berjalan mengikuti langkah Disa dan di ikuti Yara di belakangnya.

Di sepanjang koridor Disa hanya menunduk dengan ekspresi sedih. Saat dia melewati gudang yang tadi. Tiba-tiba dia teringat kejadian tadi setelah itu air mata yang dia tahan sendari tadi pun turun begitu saja.

Fia yang melihat itu pun dengan segera menghampiri Disa dan memeluknya.

"Tenangin diri lu" kata Fia dengan nada lembut.

"Disa kenapa Fi?" tanya Yara sambil menatap heran ke arah Disa.

"Jalan dulu" kata Fia dan menuntun Disa jalan ke arah kelas mereka berada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DERSIK   Chapter 198 (Tamat)

    Sudah satu minggu setelah kejadian itu, dan Fia sudah tak sesedih kemarin dan menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Yara.Dia juga sesekali mampir ke rumah Yara untuk menjenguk mama Yara atau di ajak adik Yara untuk mampir ke rumah. Dengan senang hati Fia menerima ajakan adik Yara.Satu yang membuatnya heran, kenapa orang tua Sasa tak pernah sekali pun mencari keberadaan sang anak yang hilang bagaikan tertelan bumi? Dan ternyata Fia mendapat satu fakta yang tak terduga, Sasa adalah anak dari papanya dengan selingkuhannya, sebab itu mereka tak peduli dengan sosok Sasa, bahkan saat ini orang tua Sasa sedang menyiapkan sidang penceraian mereka.Fia yang mendengar cerita itu hanya memasang raut wajah sedih dan prihatin.Tapi, walau orang tua tak mencarinya, masih ada Alvin yang menanyai keadaan Sasa dan menanyakan kondisi Sasa kepada Fia. Seperti menanyakan ‘Sasa di mana ya? Bagaimana kondisinya? Kenapa dia menghilang tanpa memberi kabar?’ dan di jawab Fia dan Yuan dengan mengangkat b

  • DERSIK   Chapter 197

    Yuan yang melihat tingkah lucu Fia hanya memasang raut wajah gemas dan senyum geli.“Ayo” ucap Yuan sambil menatap Fia dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya.“Iya” balas Fia dengan lesu dan dengan malas Fia membuka pintu mobil. Fia keluar dan di sambut oleh Yuan dengan senyum kecil.Yuan memegang tangan Fia dengan lembut dan membawanya ke arah pintu rumah. Mereka memasuki rumah Fia dengan kerutan di dahinya.Bagaimana tidak, di depan mereka sudah berkumpul keluarga Fia. Fia yang melihat keluarganya yang sedang canda tawa hanya memasang raut wajah datar dan sorot mata ke tidak sukaan.Yuan yang tahu akan pikiran Fia hanya bisa menguatkan pegangannya di tangan Fia dan memberi usapan kecil di punggung tangannya.“Fia, sini sayang” ucap salah satu bibinya dengan senyum mengembang indah.Fia yang mendengar panggilan dari sang bibi hanya diam membisu dan masih di tempatnya dengan raut wajah datar.“Fia?” kata sang bibinya lagi dengan kerutan di dahinya.“Ada apa ini?” tanya Fia deng

  • DERSIK   Chapter 196

    Pemakaman Yara berjalan dengan sangat hikmat, banyak orang yang meneteskan air mata saat melihat peti Yara memasuki lian lahat.Fia mengikuti acara pemakaman dengan raut wajah datar dan sorot mata kesedihan. Dia berada di samping mama Yara. Mama Yara yang memintanya untuk di sampingnya dan Fia hanya menurut tak bisa membantah. Dengan langkah pelan keluarga Yara mulai menjauh dari mekan Yara. Mama Yara sudah mengajak Fia untuk pulang tapi Fia menolaknya, dia ingin menetap di sini untuk beberapa saat.Fia menatap ke arah gundukan tanah di depannya dengan sorot mata kepedihan. Dia masih merasa bersalah dengan Yara, tak jauh dari tempatnya berdiri ada sosok Disa yang menatap ke arah gundukan di depannya dengan air mata yang masih mengalir.Fia menatap ke arah Disa dengan senyum kecil dan berjalan ke arah Disa dengan perlahan.“Ayo” ajak Fia sambil memegang pundak Disa dengan senyum kecil di bibirnya.Disa menatap ke arah Fia sebentar dan kembali menatap ke gundukan tanah tadi setelahnya

  • DERSIK   Chapter 195

    Hari pemakaman Yara, Fia datang dengan Yuan di sampingnya. Dia sudah membulatkan tekatnya, entah di terima atau tidak kehadirannya di sana. Niatnya untuk mengantarkan Yara ke peristirahatan terakhirnya, sebagai bentuk terima kasih dan penyesalan.Fia berjalan memasuki ambang pintu rumah Yara, saat dia masuk matanya sudah melihat banyak orang di sana dan tak lupa peti jenazah Yara yang di kelilingi oleh keluarganya. Sanak saudara berhilir mudik dan bergantian melihat wajah Yara untuk terakhir kalinya. Sosok Yara terlihat sangan memukau di hari terakhirnya sebelum di kebumikan.Fia mulai berjalan memasuki rumah Yara dengan Yuan di belakangnya. Mereka berdua memakai baju berwarna hitam polos tanpa ada corak seperti yang lainnya.Saat Fia memasuki rumah Yara, ada beberapa pasang mata yang menatap ke arahnya tapi tak dia anggap.Dengan langkah pelan, Fia mendekat ke arah peti Yara, saat langkah kakinya semakin dekat dengan peti Yara berada tiba-tiba langkahnya terhenti saat sosok mama Yara

  • DERSIK   Chapter 194

    “Semua ini di sebabkan oleh saya” ucap Fia setelah menguatkan dirinya untuk jujur.Saat mendengar perkataan Fia barusan, membuat pandangan mama Yara langsung tertuju ke arah Fia.“Apa maksudmu?” tanya Mama Yara dengan sorot mata tak bersahabat.“Yara meninggal karena saya, dia mengorbankan nyawanya untuk saya,” ucap Fia terhenti sejenak untuk mengambil nafasnya karena dadanya terasa sesak.“Dia melindungi saya dari tusukan yang seharusnya saya terima, seharusnya saya yang berada di posisi Yara” ucap Fia dengan tertunduk dalam.Mama Yara yang mendengar perkataan Fia hatinya merasa marah, bahkan tangannya terkepal sangat erat. Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah Fia dan menamparkan begitu keras untuk melampiaskan kemarahannya.Plak!Sang suami yang melihat tingkah sang istri merasa sedikit terkejut dan mencerna semua kejadian tadi, ucapan Fia tadi kembali mengulang di otaknya.“Pembawa sial!” ucap Mama Yara di depan wajah Fia.“Mah!” ucap sang suami saat sadar akan keterkejutannya

  • DERSIK   Chapter 193

    Lama Fia dan Yuan berpelukan hingga Fia melepaskan pelukan itu, dengan raut wajah sembab Fia menatap Yuan.“Makasih” gumam Fia dengan senyum tulus.“Hm” balas Yuan sambil mengelus rambut Fia dengan senyum simpul.“Ayo” ajak Yuan sambil menggenggam tangan Fia dan menuntunnya masuk ke dalam ruangan tadi.Di dalam ruangan ada sosok Disa yang menangis sesegukan sambil menatap sosok Yara yang terbaring kaku di depannya.Fia berjalan mendekat ke arah Yara dan menggenggam tangannya pelan.“Maaf” ucap Yara dengan lirih dan sorot mata sedih.‘Maaf, semua ini gara-gara gue Yar. Andai dulu lu gak deket sama gue, andai lu gak ngelindungi gue pasti lu masih ada di sini’ batin Fia dengan senyum getir.“Gue bener-bener minta maaf” ucap Fia penuh sesal.Suara hening mulai mengisi ruangan tadi, Disa yang menangis dalam diam sedangkan Yuan dan Fia menatap ke sosok Yara dengan raut wajah sedih.Tak lama, suara langkah kaki terdengar di dalam ruangan tadi. Dengan refleks mereka melihat ke sumber suara, d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status