Share

Arya Sagara Memang Menggoda

Satu kata untuk pelakor, tenggelamkan! Sinar harus bermental baja saat berada di rumahnya. Bagas memang tak pernah menunjukkan kemesraannya dengan Sariti, tapi Sinar sudah sering melihat suaminya pergi tengah malam. Alasannya selalu sama yaitu mencari udara terbuka untuk merokok. 

Malam itu Sinar masih ingat jelas bagaimana suaminya memperlakukan Saritu begitu perhatiannya. Bahkan panggilan kesayangan untuk Sinar juga diberikan oleh Sariti. 

"Kamu pasti sangat merindukanku kan, Mas Bagas?" suara Sariti seakan dibuat-buat agar suami Sinar terpancing. 

Sinar bisa mendengarkannya karena Arya memang sudah meletakkan alat perekam di beberapa titik yang memungkinkan mereka melakukannya. 


Bagas terdengar seperti menciumi Sariti karena wanita itu terdengar mendesah pelan. Sebenarnya hati Sinar sangat terluka, apalagi mereka sudah melakukannya berulang kali. Mungkin hubungan mereka memang sudah lama. Dan bodohnya Sinar baru tahu hal itu sekarang. 


"Aku ingin menjadikanmu milikku seutuhnya, Mas," pinta Sariti lagi. 


Selalu pernyataan itu yang keluar dari mulut pembantu gatal itu. Gundik tak tahu malu! Batin Sinar menyumpahi Sariti. 

"Sabar, adik ayu. Aku juga ingin menjadikanmu milikku. Anak-anak kan juga sangat menyukaimu, jadi ini akan mudah. Soal Sinar pasti dia juga akan menerimanya kok," yakin Bagas. 


Rasanya Sinar ingin muntah. Apa tadi? Menerima Sariti? Pembantu tak tahu diri itu? Enggak, Bagas! Sampai jantungku sudah tak berdetak Sariti tak akan kuterima! Sinar sejak tadi hanya bergumam sendiri. Mencengkram sprei ranjang kuat-kuat. 


Sebelum Bagas memintanya menerima Sariti, Sinar akan lebih dulu membawa Aksara dan Aurora ke tempat orang tuanya di Jakarta. Lalu Sinar akan meminta cerai. Peduli amat dengan status janda. Wanita itu punya tabungan yang cukup untuk hidup bertiga bersama anak kembarnya tanpa Bagas. 


Setelah itu, Sinar kembali tidur karena percakapan mereka sudah memasuki lempar gombalan. Bagas pasti sudah membuat Sariti keenakan sampai wanita itu sangat menikmatinya. Ah, sangat menjijikkan!


***

"Aku berangkat kerja dulu, Sar. Nanti sekolah si kembar masuknya jam 10 pagi. Awasi mereka terus, jangan sampai makan dan jajan sembarangan."

Sariti hanya mengangguk dan masih sibuk menyiapkan sarapan. Sinar sudah siap-siap untuk berangkat ke kantor dan bersalaman dengan Bagas. Wanita itu sengaja mencium pipi suaminya demi membuat Sariti cemburu. 


Tentu saja suaminya tak bisa menolak karena Sinar adalah istri sahnya sedangkan Sariti hanya kekasih gelapnya. 


Sinar sudah siap dengan mobilnya dan melajukannya keluar dari rumah. Sebelum itu Sinar kembali memuntahkan semua makanan yang dimasak Sariti. Wanita itu hanya berjaga-jaga, siapa tahu Sariti memberikan sesuatu di dalamnya. 


Hari ini Sinar sudah menyuruh orang dari tim Arya untuk melakukan pengecekan. Bagaimana Sariti menemani si kembar di sekolahnya. Siapa tahu nanti suaminya dan Sariti tertangkap kamera dan itu menjadi tambahan bukti saat di pengadilan. 


"Aku sudah di kantor, Ar. Nanti pembantuku akan tiba di sana sekitar jam 10 bersama si kembar."

[Oke, Mbak Sinar. Nanti aku akan langsung mengirimkan lokasi kepada orang kepercayaanku. Untuk mempermudah, aku akan memberikan kontaknya pada Mbak Sinar.]

Sinar tersenyum puas karena akhirnya memiliki orang-orang yang membantunya. Gebby, Arya dan Gina. Baiklah, Sinar rasa itu sudah menjadi saksi yang cukup nanti saat ia dimintai keterangan oleh hakim. 

Wanita yang masih berusia 25 tahun itu memang sudah siap untuk bercerai setelah misi balas dendamnya tercapai. Menghancurkan nama Bagas di kantornya juga menghancurkan nama Sariti di kampung halamannya. Sinar bahkan sudah membagi harta gono-gini dengan pemilik tanah yang lama. 

Sesampainya di kantor, Gebby langsung kepo tingkat dewa. Baginya mendengarkan cerita tentang perselingkuhan memang seru. Bukannya menyumpahi kesialan temannya, tapi Gebby rasa itu bisa menjadi obat stressnya berhadapan dengan beberapa model dan akstris yang kadang suka semena-mena pada timnya.  

"Nanti pokoknya kalau lu mau ngelabrak si Sariti rombeng itu harus ajak gue! Gue bagian streaming deh!" seru Gebby. 

Sinar langsung membekap mulut temannya dengan tisu. Itu masih lama. Rencananya saja baru berjalan satu minggu. "Dasar! Suka bikin rusuh. Gue sih emang gak bakat nyleding orang, cuma kalau orangnya dia.. gue juga bisa nyerang kok. Ini kan masalahnya dia selingkuh sama suami gue. Ayah dari anak-anak, gue jelas gak terima. Udah berbaik hati gue memberi kesempatan pada mereka bersenang-senang sedangkan gue gigit jari dan nyesek. Sekarang tinggal nunggu waktu yang tepat buat balikin keadaan. Hwaiting, Sinar!"

Wanita itu mengepalkan kedua tangannya dengan penuh semangat. Beruntung kantor memang masih sepi. Kebetulan Sinar memang punya job mengawasi dan mengabseni deretan artis yang berada di bawah naungan perusahaannya. 

"By the way, kok lu kepikiran sih buat hubungin si Mas Arya Saloka? Kalian kenal di mana?" 

"Arya Sagara kaliii bukan Arya Saloka!"

Gebby nyengir kuda. Ia teringat dengan mas Aldebaran RCTI yang memang sedang digilai barisan betina di seluruh Indonesai. Dari Sabang sampai Merauke semuanya sibuk membicarakan pesona Aldebaran. Nama asli Aldebaran memang Arya Saloka.

"Sebenarnya kami kenal udah lama. Dan kebetulan dia memang tinggal di Bandung sedangkan orang tuanya di Bogor. Tetangganya Bagas meskipun jauh sih, kita satu kampus juga. Tapi beda angakatan," terang Sinar. 

Gebby mencoba berfikir. Ia memang kuliah di tahun setelah Sinar lulus, tapi ia tak pernah absen menilai beberapa senior yang tampan. Siapa tahu Arya tampan kan?

"Mukanya kayak gimana? Cakep nggak?"

Kini gantian Sinar yang berpikir. Menurutnya Arya kelihatan cool sih, dengan dagu belah, jidat yang semena-mena kayak lapangan dan bibir yang lumayan tebal untuk dinikmati. 

Ah, gila! Kenapa malah mikir yang enggak-enggak sih, Sinar! 

"Gak tahu, lu cari aja sendiri akun Instagramnya. Arya_ra, kalau gak salah sih," ragu Sinar. 

Dan benar saja, Gebby langsung mencari nama yang disebutkan Sinar. Ia tersenyum penuh kemenangan karena Arya memang tampan, bahkan lebih tampan daripada mas Yudis si barista dekat kantor. 

"Oke juga bodynya. Kayaknya dadanya enak banget buat sandaran. Apalagi wajahnya ala-ala mas-mas CEO tampan. Udah matang lagi, cocoklah jadi ayahnya si kembar yang kedua."

Sinar menyipitkan mata. Maksudnya apa? Bukannya Gebby sendiri yang penasaran dengan sosok Arya seperti apa? Kenapa bawa-bawa si kembar sih?

"Jangan ngaco, Geb! Gue tuh murni cuma partner kerja. Kita temen juga kok awalnya. Lagian status gue masih istrinya Bagas, yeah meskipun sebenarnya gue tuh pingin cepat-cepat cerai sih sama si buaya darat itu," akunya. 

Sebenarnya Sinar banyak yang suka. Bahkan saat kuliah dulu banyak yang mendekatinya, tapi karena Bagas lebih berani mengajaknya untuk berpacaran dan menjalani hubungan yang serius, Sinar akhirnya menerima pria itu sebagai pasangannya. Ia pikir Bagas adalah pria yang akan selalu menemaninya sampai rambutnya memutih. Tapi ternyata suaminya tak bisa menahan hasratnya saat ada daun muda yang nampak hijau padahal batangnya berduri. 

Ya, bagi Sinar pembantunya tak lebih dari orang yang menusuknya dari belakang.

"Sekarang temen, besoknya demen! Haha, ya udah gue mau ke lantai 8 dulu, artis-artis junior memang selalu aneh permintaannya. Bye, Sinar!"

Sinar hanya menatap punggung Gebby yang sudah keluar dari ruangannya. Ah, Gebby saja jomblo bisa bahagia, masa Sinar gak bisa sekuat Gebby? Harus bisa pokoknya, demi si kembar!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status