Home / Romansa / Hello, My Second Husband / Dasar Buaya Kelas Kakap!

Share

Dasar Buaya Kelas Kakap!

Author: Namira
last update Last Updated: 2021-04-01 19:29:43

Memang cukup gila bagi Sinar. Bisa-bisanya ia malah merayu Bagaskara yang memang nyatanya penggila tubuh wanita. Sinar tahu kalau itu bukan masalah karena mereka masih berstatus suami istri. Tapi rasanya agak gimana gitu harus berhubungan dengan suaminya yang sudah berbagi ranjang dengan wanita lain. 

"Mas, aku mau nengokin anak-anak dulu. Nanti berangkat ke kantor barengan, mau?" ajak Sinar. Ia mengikuti cara Gebby untuk tidak membuat si kembar ke sekolah dengan Sariti. Bagaimanapun caranya, si kembar harus dijauhkan dari wanita gundik itu. Ia tahu kalau Sariti memang sedang berusaha mengambil hati Aurora dan Aksara. 


"Baiklah, kita udah lama juga gak berangkat kerja bareng meskipun beda kantor. Ngomong-ngomong kamu masih bekerja sebagai penata busana dan tema pemotretan kan, Sayang? Aku sering melihat namamu ada di bagian iklan yang dipajang di jalan raya besar," terang Bagas. 


Wah, ternyata suaminya masih tahu tentang pekerjaan Sinar di Victoria Management. "Masih, sekarang banyak banget artis junior yang bandel. Kayak gak mau ngikutin pemotretan sesuai baju yang sudah ditentukan. Kurang seksilah, kurang trendy lah! Tau ah, pusing mikirin mereka!"


Bagas tau kalau di Management tempat istrinya bekerja memang banyak artis muda yang pamornya cukup nyentrik dan jadi pusat perhatian. Mungkin jika seandainya Bagas bekerja di sana, ia akan betah berhadapan dengan banyak wanita cantik dan seksi. 


"Tapi nanti juga anterin anak-anak sekalian. Biar Sariti di rumah saja, udah lama gak ketemu bu gurunya si kembar, mau tahu perkembangan Aurora dan Angkasa di sekolah," ajak Sinar. 


Mendengar itu, Bagas terdiam cukup lama. Jelas lah, pasti pria itu merasa terganggu karena tak bisa berduaan dengan gundiknya sebelum pergi ke kantor. Bagas tak bisa melipir ke tempat sepi buat mojok dengan kekasih gelapnya. 


"Ba-baiklah, kamu keluar dulu gih. Si kembar pasti nunggu bundanya buat sarapan bareng," ucap Bagas. Terlihat sekali kalau pria itu memang tak ingin mengantarkan si kembar dengan adanya Sinar bersamanya. Ah, gagal sudah untuk mencicipi tubuh Sariti hari ini.

Sinar lebih dulu keluar setelah merapikan dasi suaminya. 


Bagas bekerja di perusahaan Farma Wijaya. Perusahaan yang memproduksi obat-obatan seperti obat herbal dan kosmetik dari rempah-rempah. Bagas sering memberikan rekomendasi pada istrinya untuk memakai kosmetik yang benar-benar bagus dan memberi efek cantik di wajah.

"Pagi, Aurora, Aksara. Maaf ya, tadi Bunda lagi sibuk sama Ayah. Kalian sedang makan apa?"


Aksara menatap bundanya dan memperlihatkan piringnya yang sudah terisi nasi dan udang yang sudah dibuang kulitnya. Sinar tahu kalau Aksara memang tak suka dengan kulit udang. 

"Bun, sebentar lagi ada acara di sekolah. Bunda datang ya sama Ayah?"


Sinar terpengarah dengan Aksara. Anak laki-lakinya memang jauh lebih dewasa dan tidak cedal seperti Aurora. Aksara lebih pendiam dan cenderung tidak suka berbicara dengan orang yang tidak dekat dengannya.

"Kapan, Sayang? Nanti Bunda sama Ayah mau ke sekolah kalian, sekalian lihat bagaimana anak-anak Bunda ngapain saja di sekolah. Sar, kamu jaga rumah ya? Nanti temenin bang Halimun ke tukang kayu buat bikin rak baru," titah Sinar. 

Sariti hanya mengangguk. Ia pasti sama kecewanya dengan Bagas karena tak bisa berduaan saat mengantarkan si kembar. Mampus kau gundik! Tahu diri sedikit lah!


"Mungkin dua bulan lagi, Bun. Aulola bakalan jadi princess!" seru putrinya dengan antusias.


Bagas sudah keluar dari kamar dan bergabung di meja makan. Pria itu sempat melirik ke arah Sariti yang memasang wajah muram. Pasti Sinar sudah bilang kalau mereka akan berangkat kerja bersama dan sekalian mengunjungi sekolah si kembar.

Dengan susah payah, Sariti akhirnya melenggang ke dapur dan meninggalkan keluarga yang membuatnya terus-menerus cemburu. Ia juga ingin makan di meja yang sama, bukan sendirian tanpa kepastian.


"Mas, nanti kalau kamu mau duluan setelah mengantarku ke sekolah anak-anak gak apa-apa. Takutnya kantor kamu gak bisa telat lagi, cabang baru kan seringnya gitu. Harus on time," ucap Sinar sambil mengusap bibirnya dengan tisu. 


Ia masih berbaik hati untuk memberikan waktu pada suaminya. Memberi pilihan untuk tetap stay di sekolah si kembar, langsung ke kantor atau putar arah dan berduaan dengan Sariti di rumah. 


Bagas hanya mengangguk saja dan fokus ke makanannya. Ia sedikit tersenyum dan menatap anak-anaknya yang sedang sibuk sendiri. 


Mereka berangkat ke sekolah si kembar terlebih dahulu. Ini memang hari Senin dan jadwal sekolah memang pagi hari, Sinar menggandeng Aurora dan Aksara menyapa teman-temannya dan juga beberapa guru. 


"Selamat pagi, Bu Fani. Maaf, jarang banget mampir ke sekolah anak-anak," Sinar menyalami guru Aurora dan Aksara. Anak-anaknya sudah terlebih dahulu ke kelas mereka dan bermain dengan teman-temannya.

"Iya, saya sampai pangkling loh sama Bu Sinar. Soalnya yang sering nganterin si kembar kan mbak Sariti, dia lagi sakit Bu kok gak datang?"


"Dia sibuk di rumah, saya juga datang sama suami saya. Mas, sini!" 

Bagas berjalan dan melempar senyum ke arah Bu Fani. Ia memang masih di sekolah dan sedang menimang-nimang untuk balik ke rumah atau blabas ke kantor. Karena sejak tadi Sariti terus-menerus menelepon, ia mungkin akan menyerah dan memilih meninggalkan Sinar. 

"Aku ke kantor dulu ya, nanti kamu ke kantormu naik taksi. Kalau pulang aku jemput. Ini ongkosnya," Bagas memberikan uang taksi juga memberikan opsi lain agar istrinya tak curiga sama sekali kenapa dirinya cepat-cepat hendak pergi. Tanpa diberitahu pun Sinar jelas paham ke mana suaminya pergi. Tentu saja untuk menemui kekasih gelapnya, si Sariti ular itu. 

"Hati-hati, Mas."


Melihat suaminya sudah masuk mobil dan meninggalkan halaman sekolah si kembar, Sinar langsung mengeluarkan ponselnya dan agak menjauh dari guru Fani.  "Halo, Gin. Sekarang kamu ikuti suamiku dan stay di depan rumahku. Apakah dia benar-benar pulang atau langsung ke kantor. Jangan lupa awasi juga pembantuku, oke?"


Sinar kembali mengobrol dengan bu Fani dan akhirnya memesan taksi. Kalau dulu ia sangat penasaran mengikuti ke mana saja Bagas dengan Sariti pergi, tapi kini Sinar sudah malas. Nambah sakit hati saja, mendingan juga nyuruh orang. Sama-sama sakit hati tapi tak terlalu terasa karena mendengarnya dari orang lain. 


***


Ternyata dugaan Sinar benar. Bagas, suami sah Sinar putar arah dan kembali ke rumahnya, Gina langsung lapor begitu melihat Bagas masuk ke rumah Sinar. 

Bagas beralasan kepada bang Halimun, tukang kebun rumah kalau ada sesuatu yang tertinggal. Bahkan dengan cerdiknya Bagas mengunci rumah dan memastikan kalau tukang kebunnya tak akan melihatnya bermesraan dengan pembantu rumah. Padahal banyak CCTV yang terpasang tanpa ada yang tahu.  


Di lihatnya Sariti yang sedang menonton tv dan bersantai sambil memakan cemilan. Sariti memang dibolehkan menikmati fasilitas rumah saat Sinar ada maupun tak ada. Wanita itu memanfaatkan waktu dengan menikmati kenyamanan di rumah besar majikannya. Terkadang Sariti berenang saat rumah majikannya sedang sepi. 

"Maaf lama, tadi aku harus mencari alasan agar bisa pergi dari sekolah anak-anak," Bagas dengan sengaja mengecup kening Sariti dan mengendus-ngendus ke area telinga wanita itu. Sariti langsung kaget dan kegelian, Bagas tahu betul bagaimana membuat wanita itu terangsang. 

"Gak apa-apa, Mas. Tapi kamu kan juga harus ke kantor? Kita bisa melakukannya nanti malam." 

Bagas tak mau tahu dan langsung menerobos ke daster kedodoran milik pembantunya. Pria itu dengan penuh nafsu membuat Sariti mendesah dan menikmati sentuhan kekasih gelapnya. 


"Mas, nanti malam jangan pakai pengaman ya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Audwibill
Ah mantapp😅
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hello, My Second Husband   True Love

    Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu

  • Hello, My Second Husband   Akhirnya Dung-dung

    Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pahlawan Buat Mantan

    Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan

  • Hello, My Second Husband   Pelakôr Tak Akan Bahagia

    Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp

  • Hello, My Second Husband   Couple

    Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di

  • Hello, My Second Husband   Pulang Ke Bandung

    Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status