Home / Romansa / Hello, My Second Husband / Ngaca Dong Pelakor!

Share

Ngaca Dong Pelakor!

Author: Namira
last update Last Updated: 2021-03-29 11:08:31

Kedekatan anak kembar Sinar dengan Sariti makin membuat Sinar tak ingin berlama-lama menyimpan kebusukan suaminya dengan sang pembantu. Sinar sudah memiliki beberapa bukti akurat yang akan membuat mereka tak bisa mengelak.

"Bunda, tadi di sekolah Mbak Saliti nyuluh Aulola nyanyi!" curhat putrinya. 

Sinar hanya tersenyum sambil melihat ke arah Sariti, sedangkan Sariti hanya membalas senyuman majikannya. 

"Terus Aurora nyanyi apa?"

"Nyanyi balonku ada lima! Tapi kak Ala gak ikutan nyanyi malah diam aja. Katanya Aulola belisik, Mbak Saliti juga pelgi dengan Ayah."

Mampus kau Sariti. Akhirnya Aurora cerita sendiri kau memang pergi dengan suamiku, batin Sinar. 

"Pergi ke mana, Sar?" tanya Sinar. 

Mendadak raut wajah Sariti tak bisa diterka. Menunduk dan meremas ujung dasternya. Hah, sudah pasti berduaan mengambil kesempatan mojok sama suami orang.

"E.. anu, Bu.. anu.. Nemenin bapak ke minimarket beli rokok," sahut Sariti bohong. 

Padahal Sinar tahu ke mana mereka pergi. Dan apa saja yang mereka lakukan. Sinar mendapat foto suaminya menepikan mobilnya di dekat perumahan yang sepi dan jarang orang lewat. Beruntung sekali Sinar mempercayai Gina yang sekarang bertugas memata-matai suaminya dengan Sariti. 

Kelakuan suaminya memang sudah di luar nalar dan tak tahu batas. Bahkan setelah menepikan mobil dan bercumbu dengan sang pembantu, Bagas langsung cap cus ke hotel. Apalagi kalau bukan untuk berbuat hal yang tidak patut untuk dilakukan. Dasar pezina! Padahal Bagas adalah orang yang berpendidikan. Gak bermoral! Gak ingat istri sama anak!

Mendengar suara mobil suaminya dari dalam, akhirnya Sinar tidak jadi untuk menanyakan untuk apa beli rokok sampai harus bersama dengan Sariti.

Bagas masuk dan langsung mencium pipi Sinar, dengan sengaja Sinar membalas ciuman dari suaminya. "Mas, aku lagi pingin makan nasi goreng depan komplek nih, kita keluar yuk sama anak-anak. Nanti kan kita bisa pesan level berapa, mereka kan belum bisa makan yang pedas-pedas,"

Sinar bergelayutan manja di lengan suaminya yang bahkan belum sempat untuk melepaskan jas dan menaruh tas kerja. Bagas melirik anak-anaknya yang langsung bersemangat. "Iya, tapi Sariti diajak kan? Kasihan kalau malam-malam begini dia sendirian di rumah,"

Bagas tahu kalau Sinar memang ingin berduaan dengan dirinya dan anak-anak. Akhirnya ia lebih memilih untuk tidak mengajak Sariti dan mengedepankan istrinya sendiri. Mendengar Bagas akhirnya tidak mengajak dirinya, Sariti hanya membuang muka dan balik ke dapur. Ia pasti sakit hati dan merasa di istri tirikan. Padahal kan belum menikah. Hello, sadar diri dong! Wahai pelakor kampung!

Akhirnya Sariti ditinggal dan kini Sinar sedang menikmati momen bersama dengan keluarganya. Kalau saat seperti ini, Sinar tidak tega untuk menceraikan suaminya. Tapi saat mengingat bagaimana kedua pengkhianat itu bercinta membuat Sinar tak bisa menahan diri lagi. 

"Mas Bagas sibuk banget, dari tadi main ponsel terus," sela Sinar. 

Sejak keluar dari rumahnya, Bagas memang terlihat tidak semangat sama sekali. Ia kasihan dengan Sariti yang sendirian di rumah, padahal seharusnya ia lebih mengedepankan istrinya daripada simpanannya.

Sambil mengaduk nasi gorengnya, Bagas terus mengetik dan mengirimkan pesan-pesan mesra untuk Sariti. Padahal sejak tadi Sinar terus mengamati tingkah laku suaminya.  

Kebetulan mereka posisi duduk lawan arah dan Sinar tak bisa mencabut ponsel suaminya di depan orang banyak. Warung nasi goreng depan komplek memang selalu ramai kalau malam hari. 

'Awas kamu Sariti! Kamu ternyata sudah menebar virus pelakormu di rumah tanggaku dan Bagas. Aku gak akan kasih ampun kalian!' 

Sinar terus mengancam pembantunya lewat batinnya. Ia sangat membenci wanita licik itu yang selalu punya banyak alasan mendekati suaminya.  

Setelah selesai, Sinar makin tak suka saat Bagas memesankan satu lagi dan dibungkus untuk dibawa pulang. Tentu saja untuk Sariti, kasihan katanya. Halah, bilang saja cinta! Cinta buta modal dusta!

"Bunda, tadi pagi Dikta bilang dia punya adek balu. Katanya kalau punya adik balu kita nggak disayang lagi ya Bunda?l tanya Aurora dengan polosnya. Dikta adalah teman Aurora di sekolah. 

Sinar mengelus puncak kepala anak perempuannya. "Enggak dong, nanti kalau Aurora punya adik baru, itu tandanya Aurora bakalan jadi kakak," terang sinar. 

Mata Aurora seakan bersinar. Ia pikir  menjadi kakak sangatlah seru. Ia sering disuruh Aksara dengan dalih sebagai adik. Pasti kalau punya adik bisa disuruh-suruh, begitulah pikirnya. 

"Kamu setuju punya anak lagi, Sinar?" tanya Bagas. Pria itu masih fokus menyetir. Rencananya Sariti sering sekali meminta Bagas untuk diakui di depan Sinar dan keluarganya. Siapa tahu si kembar setuju memiliki adik tapi beda ibu. 

Sinar menyipitkan mata. Ia tahu kalau Bagas memang menyukai anak-anak. Tapi Sinar sudah tak ingin memiliki anak dari hubungannya dengan Bagas. Cukup dengan si kembar saja.

Sekali diselingkuhi, tak ada kata maaf bagi Bagas dari Sinar. Ia sudah memberi label pria itu buaya darat. 'Tunggu saja, Bagas. Aku akan menghancurkanmu juga menghancurkan nama Sariti di depan keluarga kalian saat waktunya sudah tepat.'

"Belum terpikirkan sampai ke sana, Mas."

Mereka sudah sampai di rumah

Aurora dan Aksara segera keluar dan langsung berlari menuju kamar mereka.  tapi sebelum itu Sariti sudah masuk dan menghadang si kembar. 

"Hayo, sebelum tidur sikat gigi dulu ya anak-anakku."

Sinar agak kaget mendengar ucapan terakhir Sariti. Apa tadi? Anak-anakku? Apakah Sariti lupa kalau ibu kandung si kembar adalah Sinar, bukan Sariti. Ngaca dong ngaca! Gak punya cermin ya di kamar?

Si kembar sudah masuk ke kamar mandi diantar oleh Sariti. Sebelum tidur, si kembar memang diharuskan mencuci muka, tangan, kaki juga menggosok gigi agar punya gigi yang sehat dan tidak berlubang. 

"Nanti kalau Sariti sudah selesai mengantarkan si kembar tidur suruh Sariti menemui aku di ruang keluarga, Mas," titah Sinar. Ia langsung berlalu meninggalkan Bagas yang hanya mematung di depan kamar anak-anaknya. 

Apa yang akan Sinar bicarakan pada Sariti, cemas Bagaskara. 

"Kamu disuruh Sinar ke ruang keluarga, katanya mau ngomong penting. Ini nasi goreng buat kamu," Bagas memberikan sekantong kresek yang berisi nasi goreng dan sate. 

"Mau ngomong apa, Mas? Temenin yuk!" rayu Sariti. 

Tentu saja Bagas tidak mau karena mengantuk. Apalagi ia masih memiliki banyak pekerjaan di kanto besok pagi. 

Dengan langkah gontai, Sariti berjalan ke ruang keluarga dengan perasaan ketar-ketir. Apakah Sinar sudah mengetahui hubungan gelap dengan suami sekaligus majikannya? 

"Duduk, Sar. Aku mau ngomong serius sama kamu." 

Pandangan Sinar sangat terlihat tegas dan dingin. Ia tahu kalau sebenarnya Sariti adalah wanita muda yang sedang bergelut dengan rasa penasarannya. Makanya Sariti memilih pria yang bisa ia goda yaitu suaminya Sinar. 

"Ada apa, Bu?" tanya Sariti ragu-ragu. 

Sinar meneguk air putih dan menghabiskannya saat itu juga. Ia menaruh gelas dengan kasar dan membuat Sariti sangat ketakutan. 

"Tadi kenapa kamu memanggil si kembar dengan panggilan anak-anakku? Memangnya kamu adalah wanita yang melahirkannya?" tegas Sinar. 

Sariti membasahi bibirnya yang mendadak kering. Ia tak tahu kalau hal sepele seperti sangat sensitif bagi Sinar. 

"Ma-maksud saya bukan begitu, Bu. Saya terbiasa mengurusi si kembar, jadinya terbawa suasana. Saya sudah menganggap mereka seperti anak-anak saya." 

Sinar sangat kaget dengan jawaban si penggoda itu. "Kamu harus tahu posisi kamu, Sariti. Kamu hanya pengasuhnya, hanya pembantu di sini. Sampai kapanpun akan selalu seperti itu, jangan diulangi lagi. Karena aku tidak suka!" 

Sinar langsung berdiri dan meninggalkan Sariti yang menunduk. Padahal Sariti sejak tadi sudah mengepalkan tangannya karena sangat kesal dimarahi oleh istri kekasih gelapnya.   

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hello, My Second Husband   True Love

    Karena pernah hamil bahkan kembar, Sinar tak susah adaptasi dengan bentuk tubuhnya yang mulai berubah. Kini usia kandungannya memang memasuki bulan ke enam. Sungguh, tak terasa ia akan melahirkan 4 bulan lagi, jadi tak sabar menyambut anak ke tiganya."Aku gak kelihatan gendutan kan pakai ini? Aku takut kamu malu kalau aku kelihatan gendut, Sayang."Sejak perutnya mulai membesar, Sinar sering insecure. Padahal suaminya tak masalah dengan itu, baginya Sinar malah terlihat seksi karena hamil tua."Pakai apa aja kamu selalu cantik kok, Sayang. Lagian mana ada hamil gak gendut sih, kalau nanti ada yang ngomong macam-macam tentang penampilanmu, bakapan kubeli omongannya biar malu."Duh, semenarik itu memang suaminya. Bahkan mereka jarang sekali berantem ataupun cek-cok. Arya terlalu santai saat Sinar merajuk, bahkan Sinar lupa kapan terakhir mereka bertengkar.Mereka akan datang ke pesta pernikahan Gebby dan Yudis, menitipkan si kembar ke rumah orang tu

  • Hello, My Second Husband   Akhirnya Dung-dung

    Setelah meminjamkan uang kepada mantan suami beberapa minggu yang lalu, Bagas dan Sariti bagai hilang ditelan bumi. Entahlah, mungkin mereka malu menunjukkan batang hidung di depan Sinar."Kalau mereka gak balik-balik, 100 jutanya gimana, Mas?" Sinar masih sibuk mengupas apel. Mumpung Arya sedang mengambil cuti beberapa hari karena ingin menikmati liburan di rumah dengan keluarga."Gak masalah, toh hitung-hitung bagiin rejeki. Jangan karena kamu punya masalah sama mereka, kamu gak rela mereka bahagia. Uang bisa dicari lagi kan?" jawab Arya dengan entengnya.Membicarakan uang memang terasa mudah dan enteng bagi suaminya. Pria itu bahkan selalu mengajak Sinar rutin ke salon karena mutlaknya wanita memang suka perawatan. Sinar sendiri makin ayem dong."Aku mau apelnya dong, yang gede kayak punya kamu."Ucapan Arya barusan membuat Sinar refleks mencubit perut suaminya. Ia tahu betul apa maksud ucapan suaminya tadi, duh dikit-dikit minta nyusù ka

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pahlawan Buat Mantan

    Kenapa Sariti membicarakan soal tumpangan? Maksudnya wanita itu meminta ikut ke timpat tinggalnya? What! Demi apa!"Jangan konyol!" bentak Wira.Sinar masih berdiri dan menepis tangan Sariti. Sebenarnya ia masih tak sudi bertatapan apalagi berbicara dengan mantan pembantunya."Maksudnya?"Sebelum Sariti menceritakan kemalangannya tinggal bersama mertua, Laras sudah lebih dulu menarik tangan Sariti untuk masuk ke ruangannya kembali. Sinar jelas tak tega karena mantan mertuanya terlihat kasar sekali."Bu, aku akan mendengar penjelasannya. Tolong jangan kasar, dia sedang hamil cucumu bukan?"Ah, pertanyaan Sinar sangat menyentil hati Laras. Ia sungguh tak sudi memiliki cucu dari seorang pelakór seperti Sariti.Tepat setelah permohonan dari Sariti, Bagas tiba dan mendatangi mereka. Ia agak terkejut melihat Sinar bisa ada di lokasi yang sama dengannya."Mas!" Sariti kembali keluar dari kamar rumah sakit dan terjun ke pelukan

  • Hello, My Second Husband   Pelakôr Tak Akan Bahagia

    Kalau dipikir-pikir, setelah pensiun hampir dua bulan pekerjaan Sinar di bumi hanya menganggur dan bernapas. Tapi wanita itu amat beruntung memiliki pasangan super baik seperti Arya Sagara."Duh, lama-lama badan gue bakalan makin melar deh. Gue jarang banget masak, Arya selalu bangun lebih pagi bahkan di saat gue masih keliling dunia halu gue," ungkap Sinar."Hahaha. Perfecly imperfect ya! Harusnya lu bahagia dong karena gak semua pria mempercayakan uang mereka kepada istrinya. Seribu satu deh yang kayak Arya!"Kalau dipikir-pikir memang iya sih, suaminya begitu istimewa. Dari memanjakannya di ranjang, tabungan bulanan kartu kredit masih sisa banyak, belum lagi merawat si kembar dengan limpahan kasih sayang yang begitu tak terhingga."Eh tapi, kalian kan udah seminggu ya menikah. Ada gak sesuatu yang gak lu suka dari dia?" kepo Gebby.Sontak pertanyaan dari temannya membuat Sinar tak tahu harus menjawab apa. Apalagi sejauh ini suaminya terlalu semp

  • Hello, My Second Husband   Couple

    Sambil bercengkrama dengan keluarga baru, Arya masih sibuk memangku Aurora. Manja minta dipangku oleh ayah barunya, mereka memang sudah sedekat itu."Ra, kasihan dong Ayah Arya. Biarin istirahat Ayahnya, kamu katanya rindu sama Bunda kok nempel-nempelnya sama Ayah Arya?"Si kecil nyengir kuda. Baginya kasih sayang seorang ayah sangat berarti untuknya sekarang. "Gak apa-apa dong. Kan Ayah Arya gak keberatan, Bunda gak boleh mangku aku. Nanti perutnya sakit terus gak bisa bikin dedek baru lagi."Hadeh, siapa pula yang mengajarkannya sampai bisa memikirkan perkataan sampai sejauh itu? Apalagi Aurora baru berumur 7 tahun."Eh, emangnya kamu siap punya adik? Nanti gak disayang Bunda lagi loh?" pancing Aksara.Urusan membuat tangis kembarannya, Aksara jagonya. Aksara memang suka usil dan banyak akalnya. Lihat, mata Aurora hampir berkaca-kaca.Biasanya saat Aurora menangis, Bagas akan memarahinya habis-habisan.Memberikan hukuman dan menguncinya di

  • Hello, My Second Husband   Pulang Ke Bandung

    Setelah lima hari tinggal di Bogor, Sinar mengusulkan diri untuk mengunjungi orang tuanya yang memang liburan di Bandung. Apalagi ia memang punya janji mengadakan syukuran pernikahan dengan beberapa rekan agensinya."Semuanya udah siap kan? Baju-baju kamu gak ada yang tertinggal?""Enggak ada, Mas. Nanti kalau ada yang tertinggal kan bisa diambil lagi, Bogor-Bandung gak jauh-jauh amat kok."Baiklah, sepertinya Sinar tak keberatan diajak bolak-balik ke kota kelahirannya. Betah kali, dingin dan bikin nyaman.Mereka sudah menenteng koper mini. Arya hanya membawa beberapa baju ganti, semua bajunya sudah tersimpan rapi di rumahnya. Rumah impian yang akan ditinggalinya dengan istri dan si kembar."Bu, pamit ya. Maaf belum bisa mengobrol banyak. Nanti kapan-kapan kita main, Sinar juga kayaknya betah di sini," pancing Arya."Oh, jelas. Kan adik iparku suka yang dingin-dingin kayak Bogor. Iya kan, adik ipar?""Ah, bisa aja Kak."Riani m

  • Hello, My Second Husband   Mager Gerak Deh, Sayang!

    Kesiangan adalah hal yang wajar bagi pengantin baru. Bahkan Arya malas keluar dari zona nyamannya, masih terbungkus selimut dengan sang istri.Lucunya adalah Sinar memiliki tabiat tidur yang heboh. Tak bisa diam seperti dirinya, unik juga istrinya. Ia masih menatap punggung polos Sinar dari belakang."Sayang, mau bangun apa enggak?""Hmm."Ya. Sinar memang mager, sama sekali tak rela untuk membuka mata setelah semalam dibuat melayang karena perbuatan suaminya. Ah, kalau diingat-ingat bikin senyum-senyum sendiri."Kalau bahagia ajak-ajak dong, Sayang. Kelihatan banget kamu ketawa sendiri tadi."Ih, ganggu aja orang lagi halu. Sinar tahu Arya pasti paham apa yang sedang dipikirkannya sekarang."Aku masih ngantuk."Baiklah, Arya maklum. Dinginnya Bogor pasti membuat istrinya di mode off untuk diajak bercanda. Ia kembali bersembunyi di balik punggung istrinya yang hangat, tanpa sehelai kain sama sekali. Memang begitu nyaman sampai-

  • Hello, My Second Husband   Unboxing Istri

    Aneh, tumben si kembar sama sekali tidak rewel selama resepsi pernikahan. Bahkan mereka peka membawakan makanan dan minuman agar pasangan pengantin tidak kelaparan saat banyak tamu undangan berpamitan.Mereka mendekati Arya dan Sinar. Seakan merestui untuk memberikan waktu hanya berdua bagi pengantin baru. Duh, manisnya."Ayah Arya, kami tidur sama kakek-nenek dulu ya," ucap Aksara saat Mahesa hendak ke rumah Sinar di Bandung.Eh, maksudnya si bocil memberikan waktu berdua bagi Sinar dan Arya? Begitulah kira-kira batin sang pengantin. Pengertian banget si bocil kalau Arya memang tak tertahankan pingin iya-iya dengan sang bunda."Yakin? Bukannya kalian semalem bilang rindu banget sama Bunda sampai gak mau pisah?" pancing Sinar.Ia tahu kalau Aksara sangat paham yang dilakukan pengantin baru adalah sesuatu hal yang dewasa. Belajar dari siapa sih, anaknya?"Yakin, Bunda! Pamit dulu ya, nanti kalau ke rumah bawain makanan yang banyak!"Au

  • Hello, My Second Husband   Jadi Pasutri

    "Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Arya Sagara dengan Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dengan mas kawin dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya Sinar Mentari binti Mahesa Anugrah dibayar tunai.""Bagaimana para saksi, sah?" tanya penghulu."SAH!" sahut para tamu undangan serempak.Sesepuh perumahan di daerah tempat tinggal Riani memimpin doa, memberikan keberkahan pada pasangan yang sudah sah barusan.Arya melirik ke arah Sinar, sudah pasti terselip rasa haru di hatinya. Istrinya mencium punggung tangannya dan pria itu merasa tersengat tubuhnya karena baginya ini adalah pengalaman pertamanya.Dielusnya ubun-ubun sang istri, memejam lalu berdoa untuk kebaikan mereka berdua. Kini baik Arya maupun Sinar sama-sama jadi pusat perhatian.Usai ijab qabul, banyak adat pernikahan yang harus dilewati. Sinar memang tahu kalau mertuanyanya menginginkan adat Sunda sesuai pakaian yang dipakainya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status