Share

KAU INGIN MELIHATKU BUANG AIR KECIL

Tatapan matanya seperti Elang, sangat tajam dan teliti sekali. Dia sudah membuka pintu, sambil menggandeng Katnis. 

Nampak dua petugas penjaga keamanan lantai sedang berpatroli. "Tuan, anda mau kemana?" Mereka menahan langkah pria itu. "Anda tidak boleh membawa perempuan ini ke luar." 

Tak menghiraukan, pria asing itu tetap bergerak. Tidak terima diacuhkan, para penjaga menarik tangan pria itu untuk melepaskan Katnis. Dengan cepat, pria itu mengelak lalu melepaskan timah panas ke masing-masing tubuh mereka. Hingga mereka jatuh terkapar. Gerakanya sangat cepat, brutal dan tak kenal kompromi. 

Dia bergerak cepat, menuju pintu darurat tanpa melepaskan Katnis dari genggamanya. Tangga demi tangga dia turuni. Kejadian tadi, membuat suasan ricuh. Semua petugas kocar-kacir, menyebar ke seluruh area untuk mencari Katnis yang dibawa lari oleh tamu misterius. 

"Ayo." Suara dingin milik pria dengan wajah datar ini, membelai lembut telinga Katnis. Mereka pun menuruni anak tangga dengan langkah cepat. 

Katnis mengikuti perintahnya tanpa berani menolak. Dengan apa yang dilihatnya, membuat Katnis tidak mungkin bertindak bodoh untuk lari darinya. 

Sudah sampai di lantai 12. Derap langkah kaki sangat keras terdengar. "Diam di sini," katanya kepada Katnis. 

Pria itu pun menoleh ke arah bawah tangga yang tersusun. Banyak sekali para pengejar dengan memegang senjata api lengkap. Namun yang dilakukan pria asing itu adalah memutar stop watch pada jam tanganya. Lalu, dia bergerak memutari anak tangga dari tiang pegangan. 

Dengan cepat, dia melepaskan timah panas secara bergantian ke tubuh lawan. Mereka yang menerima serangan mendadak, terlihat panik saat berhadapan dengan pria misterius ini. 

Semua jiwa terkapar berserakan di anak tangga. "35 detik," ucapnya, sambil mematikan stop watch. Dan kemudian, pria itu menyuruh Katnis keluar untuk menghampirinya. 

Dia menggenggam Katnis kembali, seperti barang berharga yang harus dilindungi. 

Hingga sampai di lantai dasar, sekelompok penjaga banyak terlihat, berurai mencari Katnis. Tujuan dari pria ini adalah keluar dari tempat ini untuk menuju ke mobilnya yang terparkir di belakang gedung.

"Kau lari ke sana dan tunggu aku," kata pria itu, sambil menujuk ke arah belakang. 

Katnis pun berlari sesuai dengan yang diarahkan. Langkah kakinya ternyata mengundang orang-orang yang mengejarnya, serentak menoleh ke arah Katnis. 

"Hei berhenti!" Seru salah-satu pria. Dan mereka pun dikejutkan oleh sergapan timah panas yang dilontarkan oleh Eden. Sebagian orang pun berpencar, mencari tempat perlindungan. Eden bergerak, lalu berlari menyusul Katnis. 

Dan mereka pun berhasil keluar. Katnis bersama pria itu masuk ke dalam mobil. 

Siapa dia? Kenapa dia melakukan ini? Apa setelah ini, aku yang akan dibunuhnya? Setumpuk pertanyaan mengantri di benak Katnis dan ingin mendapatkan jawaban sesegera mungkin. 

****

Sebuah bangunan nampak terlihat di depan mata. Mobil yang ditumpangi Katnis pun memasuki garasi. 

"Cepat keluar," kata pria itu, sambil membukakan pintu mobil. Dengan langkah takut, Katnis keluar dari mobil dan mengikuti pria asing itu menuju dalam rumah. 

Sebelumnya, pria itu mengaktifkan sebuah mini desk  yang ada di dekat pintu. Sebuah alat yang dipergunakan untuk mengetahui gerak seseorang. Dinamakan sensor gerak. Sangat terampil sekali pria ini, pikir Katnis. 

Seluruh ruangan gelap dan hanya minim cahaya. Hampir tidak terlihat apa yang ada di dalam rumah ini. 

"Duduk di sana dan jangan kemana-mana." Eden menyuruh Katnis untuk ke sofa. Katnis pun tak banyak bicara, dia langsung saja mendaratkan pantatnya di tempat itu.

Dan kemudian, Eden menjauh sedikit dari Katnis.  Lalu, dia menghubungi seseorang melalui telpon genggam. 

"Paket sudah ada ditanganku. Kau siapkan uangnya dan surat jaminan untukku," kata Eden berbicara di telpon. 

"Tenang saja. Kau antarkan gadis itu dengan selamat, uang dan surat jaminanmu akan aku siapkan," balasnya seseorang dari seberang telpon. 

"Perjanjian kita hanya sampai di sini. Aku sudah mengeluarkanya dari tempat itu. Dan-." 

Potongnya cepat, "Aku tidak mau berdiskusi denganmu, Eden. Lakukan saja apa yang aku perintahkan dan jangan berdebat. Antar gadis itu ke sini dengan selamat, paham!" 

Eden menghela napas tipis. Lalu, lawan bicaranya berkata kembali, "Alamatnya akan aku kirimkan segera Via pesan singkat." Dan kemudian, pembicaraan pun terputus. 

"Sial!" umpatnya kesal. 

Diam-diam, Katnis menguping pembicaraan Eden. Wajahnya semakin berubah tegang. 

Paket? Jadi aku ini paket? jangan-jangan aku akan dikirim ke kelompok penjual gadis-gadis ke luar negeri, gumam Katnis dalam hati. 

Sesaat kemudian, Eden datang menghampiri Katnis. Tatapan tajam seperti binatang buas yang siap menerkam mangsa terhunus dari wajah pria dingin itu. Membuat Kanis gemetar. Apalagi, dia sudah tau kalau dirinya adalah sebuah paket yang akan dikirim kepada seseorang. 

"Sebaiknya kau makan ini, setelah itu aku akan mengantarmu," kata Eden, sambil memberikan sepotong roti yang masih utuh dalam bungkusan. 

"Kau akan membawaku kemana?" Katnis mencoba memberanikan diri bertanya. Walaupun takut. 

"Aku menyuruhmu makan bukan bertanya, paham!" Sahutnya. 

"Ayo makan!" 

"I-Iya."

Perasaanya semakin bergetir, ketika makan pun ditatap tajam oleh pria itu. Bersamaan dengan itu, Katnis berpikir untuk lari dari pemuda ini. Entah bagaimana caranya, harus bisa, pikir Katnis. 

"Apa yang kau lihat?" 

Katnis menggeleng, sambil cepat menundukan pandanganya. Sementara roti dimulutnya tidak habis-habis dikunyah. 

Dan kemudian, Eden beranjak dari hadapan Katnis. Kesempatan yang baik, pikir Katnis. Dia celingak-celinguk ke seluruh ruangan yang minim cahaya ini. Dan setelah memastikan aman, Katnis bergerak. 

Katnis berjalan pelan seperti mengendap-endap. Sambil memperhatikan sekeliling, dia terus melangkah maju menuju pintu. 

Sepertinya berhasil, ungkap Katnis dalam hati. Di mana tanganya sudah memegang gagang pintu dan selangkah lagi dia akan keluar dari tempat ini. 

Namun sialnya, alarm berbunyi ketika gagang pintu diputar oleh Katnis. Katnis panik. Dahinya mengerut. Dan bersamaan dia memutar tubuhnya ke belakang, secara tiba pria itu sudah berada tepat di belakang Katnis. Nyaris tidak terdengar langkahnya. Katnis pun tercengang. 

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya pelan, namun mengandung intimidasi tajam. Membuat Katnis gugup dan merinding menatapnya. 

Katnis tidak bisa berkelit. Dirinya kepergok basah memang ingin melarikan diri. 

"Ak. Ak-, Tuan." 

Tanpa banyak bicara, Eden menarik paksa lengan Katnis lalu memasukanya ke dalam mobil. Namun sebelumya, kedua lengan Katnis diikat olehnya. 

"Jangan pernah melakukan hal bodoh ini lagi, paham!" ucapnya pelan namun penuh penekanan.

"Tolong lepaskan aku ... " mohon Katnis. Matanya sudah berkaca-kaca. Tak ada tanggapan dari Eden, selain segera menjalankan mobil keluar dari rumahnya menuju ke suatu tempat. 

Hari masih nampak gelap. Jalan masih terlalu jauh. Entah mau dibawa kemana Katnis olehnya. Yang pasti, Katnis adalah paket istimewa yang akan diberikan kepada seseorang.

Perlahan, matahari mulai menampakan wujudnya. Sementara, wajah pria itu masih terlihat sama. Masih sama datar tanpa urat senyum terlukis di aura ketampanya. Dia menatap lurus ke depan sambil berkonsentrasi bekendara. 

Rasa lelah di tubuh Katnis membuatnya terlelap sementara. Hingga dua jam berikutnya, di kala sinar mentari sudah panas menyengat, Katnis terbangun. 

Yang nampak di wajahnya hanyalah aspal yang tak berujung. 

"Aku ingin buang air kecil," pinta Katnis. Namun tak dihiraukan oleh pria itu. 

"Oke. Jangan salahkan aku terpaksa membuangnya di sini." 

Pria itu pun terpaksa menepikan kendaraanya di pinggir jalan. 

"Awas! Jangan coba-coba melarikan diri!" ancamnya serius. Lalu, dia membantu Katnis untuk buang air kecil di semak-semak rumput.

"Kau ingin melihatku buang air kecil?" Katnis yang sudah siap melepas celana dalamnya, menatap serius pria yang berdiri di sebelahnya itu. 

Merasa mengganggu, pria itu pun membalik tubuhnya. Namun, dia tidak meninggalkan Katnis seorang diri. 

Katnis geleng-geleng kepala sambil melepas hajatnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status