Share

GELANG

Author: ADRI AUSTIN
last update Last Updated: 2021-05-07 14:44:53

"Ada masalah?" Tanya Katnis. 

"Oh nggak. Nggak ada apa-apa. Hanya ... ya, cuma hal sepele. Nggak penting," alihnya. 

"Aku lelah. Aku ingin istirahat." 

Gerry diam sejenak, lalu berkata, "Ya sudah kamu masuk lah ke dalam kamar. Nanti aku susul. Aku selesaikan dulu makan malamku." 

"No! Aku nggak mau satu kamar denganmu. Aku di kamar lain saja." 

Bola mata Gerry membulat. Karena pikiranya masih menggelegar kepada anak buahnya yang berkhianat, Gerry memilih untuk tak menanggapi debat dengan Katnis. 

"James," panggil Gerry lantang. Pria bertato itu pun gegas menghampiri bosnya. "Antar gadis ini ke kamar bawah," perintahnya. 

"Baik, Bos," sahut James. Dia pun mengawal Katnis sampai ke kamar.

"Silakan Nona, ini kamar anda," kata James, setelah membuka pintu dari sebuah ruangan cukup mewah yang berada di lantai dasar. 

"Terima kasih," balas Katnis sekenanya. Dan kemudian, Katnis masuk ke dalamnya. 

"Kalau membutuhkan sesuatu, Nona tinggal panggil saya," ujar James dari balik pintu. Katnis tak menanggapi. 

Bola matanya menebar ke seluruh area. Hatinya sedikit mengungkap kagum atas apa yang dilihatnya. Namun, semua itu hanya berlalu begitu saja lantaran perasaan Katnis yang belum mendapatkan kenyamanan. 

"Aaarrrgh! Seperti di penjara hidupku. Tidak ada kebebasan," gumamnya. Katnis merebahkan diri di atas ranjang. Menatap langit-langit. 

"Eden. Kenapa dia yang harus melakukan itu? Tapi, apa benar kalau Eden yang sudah membunuh papaku? Aku masih belum yakin betul. Tapi, kenapa dia tidak membela diri saat Gerry menuduhnya? Aaaaaargh!" 

Katnis memiringkan tubuhnya ke kiri lalu ke kanan. Dia nampak gusar. 

"Apa ini akhir dari hidupku? Menjadi tawanan dalam rumah Gerry? Oh sialnya aku. Nggak pernah terbayangkan untuk menjadi istri Gerry yang psikopat itu." 

Katnis uring-uringan. Tanpa sengaja, tanganya menyentuh gelang tangan yang selalu dia bawa ke mana-mana, yang dia simpan dalam saku. Katnis meraihnya. 

"Apa aku masih bisa menemukan laki-laki ini? Kenapa perasaanku begitu semakin kuat? Dan aku percaya kalau dia masih mencari dan menungguku," ucapnya pelan, sambil memperhatikan gelang yang dia genggam. 

Pikiranya menerawang, menceritakan sepenggal kisah lama. Mengingat kejadian masa lampau memang sangat menyedihkan. 

"Aaaach, apa dia juga masih memegang kata-kata itu? Bisa saja dia saat ini sudah bersama perempuan lain dan hidup bahagia." 

Katnis menghela napas. Dia meletakan genggaman tanganya yang mengepal gelang diletakan di atas dada, sambil memejamkan mata. 

****

Saat ini, pagi sudah menjelang. Katnis tertidur dengan posisi telentang. Bola matanya membesar. Dan kemudian, dia mengingat kalau semalam dia menggenggam sebuah gelang. 

"Gelangku. Di mana gelangku?" Gumamnya, sambil matanya mencari. 

Katnis mengibas-kibas kain alas ranjang. Sampai setiap sudut dia perhatikan. "Di mana gelangku?" Gumamnya. 

KNOK-KNOK. 

"Selamat pagi, Non, boleh saya masuk," sapa seseorang dari balik pintu. 

Tak ada tanggapan dari Katnis yang masih sibuk mencari gelangnya yang hilang, sehingga membuat pelayan perempuan itu pun membuka pintu kamar Katnis. 

"Non Katnis lagi cari apa?" Tanyanya. 

"Gelang. Aku kehilangan gelangku," sahut Katnis tanpa menoleh ke wajah Ellen.  

"Boleh saya bantu, Non?" 

Katnis mengangguk. Dan kemudian Ellen ikut membantu mencari gelang Katnis. 

"Seperti apa gelangnya, Non?"

"Gelang dari tali kulit, warnanya coklat." 

"Kau mencari ini?" Suara lantang Gerry membuat Katnis cepat memalingkan wajahnya. 

"Kembalikan gelangku," pinta Katnis. Katnis menghampiri Gerry. Gerry mengelak saat gelang ditanganya hendak diambil Katnis. 

"Aku akan membelikan kamu gelang emas. Untuk apa gelang murahan seperti ini," ujar Gerry. 

"Nggak perlu. Aku nggak mau. Cepat kembalikan gelangku." 

Gerry menghunuskan tatapan heran memandangi Katnis. 

"Sini, kembalikan gelangku." 

Gerry mengangkat tanganya lalu memperhatikan gelang yang ada di genggamannya. "Berharga sekali rupanya gelang ini. Apa ini dari Eden?" 

Bola mata Katnis membulat. "Bukan. Cepat kembalikan gelangku." 

Gerry menyeringai. "Kalau begitu, aku akan membuangnya." 

Wajah Katnis seketika menjadi tegang. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TEARS of WITNESS   PERTEMUAN DENGAN EDEN KEMBALI

    "So beuatiful," ungkap Gerry. Bola matanya berbinar melihat kecantikan Katnis yang baru saja nampak di depan matanya. "Kalian liat apa? Nggak pernah liat cewek cantik, hah!" Umpat Katnis marah kepada pengawal Gerry yang menatap seronok kepadanya. Gerry mengedarkan pandangan satu per satu ke pengawalnya. "Apa yang kalian lakukan?" Tanya Gerry tajam. "Maaf Bos, kami cuma ... " "Jangan pernah tatap calon istriku seperti itu," ucap Gerry dingin. "I-iya Bos, maaf," ucap semuanya. Sementara Katnis sedang tertawa dalam hati. Pede sekali kau Gerry! Aku bukan calon istrimu. Simpan saja angan-anganmu itu! "Mau pergi sekarang atau ... ? Kalau begitu aku masuk ke kamar lagi." "Hei, jangan. Kita akan berangkat sekarang." Gerry menahan lengan Katnis.

  • TEARS of WITNESS   HADIAH CANTIK UNTUK KATNIS

    "Jangan harap kau bisa menikahiku kalau kau buang gelang itu!" Suara lantang bersamaan dengan hunusan pandang mata yang serius menghujam Gerry. Laki-laki yang dianggap psikopat itu sontak tercengang. "Sampai segitunya kau mempertahankan gelang ini," sahutnya. Katnis pun meraih gelang miliknya dari tangan Gerry dengan kasar. Lalu dia menyahuti, "gelang ini lebih berharga dari nyawaku." "What! Come on! Itu hanya gelang kulit. Aku akan belikan gelang emas untukmu." "Bik Ellen. Kau dengar apa yang dikatakan Tuan Gerry? Dia akan membelikan gelang emas untukmu," alih Katnis. Seketika raut wajah Ellen berubah rona, canggung. Bagaimana mungkin dia bisa terlibat pertikaian mulut dari kedua majikanya ini. Ada-ada saja Non Katnis, pikirnya. "Sudah sana! Aku mau mandi!" Ucap Katnis tajam. Sement

  • TEARS of WITNESS   GELANG

    "Ada masalah?" Tanya Katnis."Oh nggak. Nggak ada apa-apa. Hanya ... ya, cuma hal sepele. Nggak penting," alihnya."Aku lelah. Aku ingin istirahat."Gerry diam sejenak, lalu berkata, "Ya sudah kamu masuk lah ke dalam kamar. Nanti aku susul. Aku selesaikan dulu makan malamku.""No! Aku nggak mau satu kamar denganmu. Aku di kamar lain saja."Bola mata Gerry membulat. Karena pikiranya masih menggelegar kepada anak buahnya yang berkhianat, Gerry memilih untuk tak menanggapi debat dengan Katnis."James," panggil Gerry lantang. Pria bertato itu pun gegas menghampiri bosnya. "Antar gadis ini ke kamar bawah," perintahnya."Baik, Bos," sahut James. Dia pun mengawal Katnis sampai ke kamar."Silakan Nona, ini kamar anda," kata James, setelah membuka pintu dari sebuah ruangan cukup mewah yang berada di l

  • TEARS of WITNESS   PERSEMBAHAN MANIS UNTUK KATNIS

    "Bagaimana, sudah kau buang mayatnya?""Sudah, Bos.""Bagus!" Gerry tersenyum licik. Lalu dia menutup jendela kaca mobil. Dan kemudian memerintahkan supir untuk menancapk gas.Katnis menunduk lesu dengan meremas kedua tangan, duduk dihadapan Gerry di dalam limosin mewah."Kenapa kau tidak senang? Aku sudah membantumu membalaskan dendam atas kematian papamu," ujarnya.Katnis tidak menghiraukan. Luka membelah perasaanya yang lirih. Pikiranya kalut tak menentu."Sebaiknya, kau rawat diri setelah ini karena aku akan mempersiapkan pernikaham kita."Katnis mendongakan wajahnya menatap Gerry dengan sorotan mata tajam.Mobil pun melaju dengan cepat membelah angin di kelapnya malam tanpa bintang.****"Iko, cepat perbaiki jaringnya."Seorang bocah kecil melompat dari perahu kayu untuk memperbaiki mata kail jaring yang tersangkut."Ayo cepat! Se

  • TEARS of WITNESS   GERRY BERHASIL MEMPENGARUHI KATNIS

    "Hei, boleh mampir ke sana?" pinta Katnis, sambil menepuk pundak Eden di kala melintas di depan pasar rakyat.Eden membelokan sepeda motornya, menuju keramaian pasar."Kau baik sekali, terima kasih ya," ucap Katnis dengan wajah berseri, sambil berusaha turun dari sepeda motor. Dan kemudian, Eden membantu Katnis melepaskan pengikat tali pada helmet."Waaaaah bagus sekali," ungkapnya kagum."Memangnya sekarang hari apa? Kenapa malam ini ada pasar rakyat?""Ayo kita ke sana." Katnis menarik tangan Eden menuju tempat permainan anak-anak. Mereka menyebutnya fantasi bergerak. Di mana sebuah mesin memutarkan benda-benda yang ditunggangi oleh kebanyakan anak-anak. Namun, tidak menutup kemungkinan juga orang dewasa menaikinya.Katnis memperhatikan benda itu sambil melepas senyum lebar. Sementara Eden geleng-geleng kepala melihatnya."Ayo," ajak Eden."Aku ingin mencobanya, boleh?" pinta Katnis. Ed

  • TEARS of WITNESS   UNKNOWING

    BYURRRRRR!Katnis menggigil kala air mengguyur sekujur tubuhnya. Dia membersihkan ujung kaki sampai ke kepala dengan sentuhan lembut bercmpur sabun."Nikamat sekali rasanya," ungkap Katnis.Katnis membasuh kembali tubuhnya dengan air, membilas sampai bersih hingga tak sedikitpun sisa sabun menempel.Setelah itu dia mengusap lembut dengan handuk kering. Lalu membalut tubuhnya dengan handuk sampai ke lingkaran dada.Katnis beranjak keluar kamar mandi dengan rambut yang masih basah.Dia menatap cermin, melihat dirinya dengan seksama. Perlahan, Kartnis membuka lilitan handuknya.Bersamaan dengan itu, Eden membuka pintu kamar Katnis karena hendak mengajaknya pergi keluar, tanpa mengetuk dan meminta ijin terlebih dahulu.Eden tidak tahu kalau Katnis sedang memasang pakaianya. Itu yang membuat wajah Eden tercengang kala bola matanya menangkap pemandangan indah. Tanpa sengaja Eden melihat tubuh Katnis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status