Share

HADIAH CANTIK UNTUK KATNIS

"Jangan harap kau bisa menikahiku kalau kau buang gelang itu!" Suara lantang bersamaan dengan hunusan pandang mata yang serius menghujam Gerry. Laki-laki yang dianggap psikopat itu sontak tercengang. 

"Sampai segitunya kau mempertahankan gelang ini," sahutnya. 

Katnis pun meraih gelang miliknya dari tangan Gerry dengan kasar. Lalu dia menyahuti, "gelang ini lebih berharga dari nyawaku." 

"What! Come on! Itu hanya gelang kulit. Aku akan belikan gelang emas untukmu." 

"Bik Ellen. Kau dengar apa yang dikatakan Tuan Gerry? Dia akan membelikan gelang emas untukmu," alih Katnis. 

Seketika raut wajah Ellen berubah rona, canggung. Bagaimana mungkin dia bisa terlibat pertikaian mulut dari kedua majikanya ini. Ada-ada saja Non Katnis, pikirnya. 

"Sudah sana! Aku mau mandi!" Ucap Katnis tajam. 

Sementara Gerry hanya geleng-geleng kepala melihat sikap Katnis yang masih acuh dengannya. Dan kemudian, Gerry pun meninggalkan kamar Katnis. 

Katnis menutup cepat pintu kamarnya. Lalu, dia bersandar sejenak di balik daun pintu sambil memperhatikan gelang yang ada digenggaman tanganya, yang sudah berhasil dia rebut kembali dari Gerry. 

Dasar laki-laki egois! Kau pikir dengan uangmu kau bisa melakukan segalanya! Aku nggak butuh uangmu! 

Katnis menghela napas pelan. Dia memasang kembali gelang itu ke pergelangan tangannya. Seusai itu, dia pun beranjak masuk ke dalam kamar mandi. 

Byuaaaar! Katnis mendesis pelan karena dinginya air menyengat kulitnya. 

Sesaat berlalu, Katnis sudah nampak dengan tampilan berbeda. Dandananya pun tipis. Pakaian yang dikenakan sangat simple sekali. Namun entah kenapa, aura kecantikanya sangat kuat terpancarkan. 

"My Girl," panggil Gerry. Dia menatap Katnis kagum dari meja makan. Katnis menghentikan langkahnya, lalu membalik tubuh. 

Sial! Kenapa selalu ada dia? Ya memang, ini kan rumahnya. Arrrrrgh! 

Dengan terpaksa Katnis pun menghampiri Gerry di meja makan. 

Sarapan aja sampai dikawal dua orang! Memangnya siapa yang akan melukai dia di rumahnya sendiri? Kayaknya, setan aja takut sama dia. Laki-laki aneh! Ocehnya dalam hati. 

Patrik, pengawal terkuat yang Gerry miliki saat ini, gegas menarik kursi untuk Katnis duduk. Sangat dimanjakan, dilayani dan diperlakukan bak putri. Namun, semua itu tidak membuat Katnis kagum dan menaruh simpati kepada yang memperlakukanya seperti ini. Justru dia merasa risih dengan perlakuan Gerry yang menurutnya berlebihan. Kalau gadis lain, tentu sudah luluh dengan sikap manis Gerry dan perhatianya. 

"Ayo makan," ajak Gerry dengan menebar senyum ramah. 

"Makasih," sahut Katnis sekenanya dengan wajah datar. 

Katnis hanya mengambil sepotong roti gandum dengan selai coklat. Padahal, hidangan di atas meja makan lebih dari 10 item. Itu yang membuat Gerry berkomentar, "kenapa hanya makan sedikit? Aku sengaja mempersiapkan sarapan ini untuk kau." 

Katnis hanya menyunggingkan bibirnya saja menanggapi ucapan Gerry, sebelum potongan roti itu sampai ke bibirnya. 

Di saat yang sama, bola mata Katnis memutar menatapi Patrik dan Yusman, dengan pinggiran roti menempel di bibirnya. "Kalian di sini hanya melihat orang makan aja," ujar Katnis. Sontak Patrik dan Yusman pun mengalihkan pandanganya dengan wajah canggung. 

Rupanya, Gerry mengerti dengan maksud perkataan Katnis. Dan kemudian, Gerry pun menyuruh mereka pergi. 

"Kalian tunggu saja di ruang tamu," perintah Gerry. 

"Baik Tuan," jawab keduanya. 

"Makan aja sampai dijagain begitu. Memangnya anak kecil," gumam Katnis. Gerry menangkap dengan jelas suara tipis Katnis. 

"Mereka aku gaji memang untuk mendampingiku. Mungkin kau belum terbiasa saja," sahutnya. 

"Memangnya siapa yang akan membunuhmu di meja makan ini? Ini kan rumahmu!" 

"Barhati-hati untuk segala kemungkinan jauh lebih baik, bukan?" 

Katnis menyeringai tipis sambil gelemg-geleng kepala. Dan kemudian, dia melanjutkan mengunyah makananya. 

"Aku sudah mempersiapkan pakaian untukmu," ujar Gerry. 

Dahi Katnis berkerut, menatap Gerry heran. Apa dia nggak liat kalau aku udah pakai baju, hah! 

"Pakaian? Pakaian untuk apa? Apa baju ini kurang cukup?" Sahut Katnis.

"Kau ada-ada saja. Mana mungkin kau pakai baju butut itu untuk hadir di pesta klienku," balas Gerry sambil terkekeh. 

Bahkan dia nggak menanyakan dulu! Pede sekali dia kalau aku mau ikut dengannya. 

"Nggak! Aku nggak mau ikut." 

"Come on. Ini acara resmi. Di sana banyak hadir orang-orang besar. Aku ingin memperkenalkan kau," bujuk Gerry. 

"Untuk apa? Lagipula aku bukan siapa-siapa kau. Dan aku rasa, aku nggak ada kepentingan juga untuk menemanimu ke sana." 

"Bukanya bukan, tapi belum. Dan akan menjadi siapa-siapa aku dalam waktu dekat. Sudahlah, ikuti saja perkataanku," balas Gerry dengan percaya diri. 

Katnis terdiam sambil menghunuskan tatapan dingin ke wajah Gerry. Ekpresinya nampak tidak suka dengan sikap Gerry yang selalu memaksakan apapun kehendaknya. 

"Patrik," panggil Gerry lantang. Dengan sigap, Patrik pun cepat menghampiri. "Iya bos," sahutnya, setelah berada di depan Gerry. 

"Ambilkan pakaian Katnis yang baru saja diantar," perintahnya. 

"Baik Bos." 

Sementara Katnis membersihkan remahan roti yang menempel di bibir. Dan sesaat kemudian, Patrik datang dengan membawa sebuah paper bag bagus ke hadapan Gerry. 

"Ini kau pakai dan setelah itu temui aku di ruang tamu," kata Gerry, sambil memberikan bungkusan paper bag ke dekat Katnis duduk. 

Dengan wajah masam, Katnis tidak punya pilihan untuk tidak menerima paper bag itu. Dan kemudian, Katnis pun beranjak menuju kamarnya. 

****

"Aaaargh! Selalu saja laki-laki itu memaksa aku untuk memenuhi keinginanya! Untuk apa aku ikut ke sana. Itu bukan urusanku. Temanku juga bukan. Apalagi kerabatku. Menyebalkan!" 

Katnis melempar paper bag itu ke atas ranjang dengan perasaan kesal. Dan kemudian, dia duduk di pinggiranya. 

Tapi ... siapa tau di sana aku bisa melarikan diri. Iya, benar. Di sana pasti ramai. Dan aku bisa menghindar dari Gerry. 

Tangan Katnis cepat meraih paper bag pemberian Gerry. Lalu, dia membuka isinya. 

Bola mata Katnis berbinar sejenak kala memandang sebuah gaun nan indah. Selama ini, Katnis belum pernah melihat pakaian sebagus dan semewah seperti ini. Gerry tahu betul bagaimana caranya membuat hati perempuan luluh. 

Katnis tidak bisa memungkiri kalau gaun ini memang bagus. Setelah kain halus berbahan sutera itu membalut tubuhnya, nampak sempurnalah diri Katnis. 

Akan tetapi, kekaguman itu hanya sesaat setelah wajah Gerry melintas di benaknya. 

Sudahlah, aku ikuti saja apa maunya. Dan ketika ada kesempatan, aku bisa kabur darinya, batin Katnis sambil tersenyum dingin. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status