Share

Chap. 3. Yakin

Setelah acara bernostalgia selesai, Arshima mampir ke Mall yang biasa dia kunjungi dulu. Ingatan akan kebersamaan mereka bertiga semasa kuliah pun terlintas.

"Waktu, cepat sekali berlalu. Dalam sekejap, kehidupan kita pun berubah drastis," ucap Arshima tersenyum miris.

Arshima berjalan menuju outlet yang menjual khusus pakaian kerja. Karena ia berniat akan melamar kerja besok lusa. Jadi ia harus mempersiapkan semua terlebih dahulu. Apalagi sekarang dia tidak punya teman untuk diajak shopping kapan saja.

Di tempat lain, Rendra begitu disibukkan dengan laporan akhir bulan usaha sampingan miliknya. Ia memiliki sebuah Cafe yang berkembang begitu pesat dalam setahun terakhir ini. Hingga Rendra sudah memiliki tujuh cabang yang tersebar di kota-kota besar.

Sebenarnya, Rendra sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Rayzell. Namun, ditolak oleh Rayzell dengan alasan dia masih membutuhkan Rendra. Rayzell memberi Rendra kelonggaran untuk mengelola Cafe miliknya, dengan syarat bila Rayzell butuh kapan saja, Rendra harus selalu siap.

Rendra juga mengajukan persyaratan yang tidak kalah berat pada Rayzell. Bila suatu saat Rendra sudah menemukan Arshima, ia akan sepenuhnya berhenti menjadi sekretaris Rayzell. Dan Rayzell menyetujui itu.

Setelah selesai dengan laporan keuangan akhir bulan Cafenya, Rendra beranjak keluar ruangan. Ia ingin melihat para pengunjung Cafe, yang rata-rata di penuhi oleh kaum muda millenial.

Rendra bersyukur, banyak yang menyukai menu di Cafenya ataupun hanya sekedar untuk mereka berfoto. Karena, Cafe tempat Rendra sangatlah cocok untuk para kaum instra**mable. Sehingga, selalu rame akan kaum anak millenial. Yah meskipun ada juga dari kalangan pebisnis, yang menjadikan Cafe Rendra tempat mereka melakukan kesepakatan untuk kerjasama dengan para klien mereka.

Setelah puas berkeliling, Rendra kembali masuk ke ruangan kerjanya. Mengambil kunci mobil lalu pergi meninggalkan Cafe. Rendra melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, ia mengemudikan mobil menuju sebuah Mall ternama di kota tersebut.

Setelah memikirkan mobil, Rendra melangkah masuk ke dalam. Ia berencana membelikan mainan untuk baby Narshita. Sebagai buah tangan, saat ia berkunjung ke rumah Rayzell besok.

Entah mengapa, Rendra sangat menyayangi gadis kecil itu. Saat melihat baby Narshita, seolah-olah dirinya melihat ada bayangan wanita yang sangat ia cintai di dalam diri baby Narshita. Kepolosan dan kelucuan baby Narshita lah yang menurut Rendra sama seperti kekasih hatinya itu.

Sampai saat ini, Rendra belum bisa melupakan gadis polosnya itu. Wanita yang selalu setiap malam mengganggu mimpi di dalam tidurnya. Sehingga membuat Rendra, kerap kali terbangun dan meneriakkan nama gadis itu.

Meskipun banyak wanita yang mendekati dirinya, Rendra bersikap cuek pada mereka. Ia dengan setia akan menunggu wanita itu kembali. Dan Rendra yakin, datangnya hari itu tidak akan lama lagi.

Keesokan harinya. Rendra datang ke rumah Rayzell. Ia ingin mengajak baby Narshita berjalan-jalan di taman. Dan kebetulan juga, hari ini hari minggu. Rendra memang biasa membawa anak Rayzell, hanya sekedar berkeliling komplek. Rendra merasa bila berada di dekat baby Narshita, rasa kesepian di hatinya sedikit terobati.

Rendra masuk kedalam rumah Rayzell, ia agak kesusahan karena kedua tangannya penuh dengan mainan yang akan di berikan untuk Narshita. Rendra menaruh barang bawaannya itu diruang tengah.

"Kesini lagi Ren? Nggak kencan gitu? Kan hari minggu!" celetuk Mama Ayumi yang datang dari arah dapur.

"Tante mau ngeledek aku? Apa mau tanya?" ucap Rendra, kemudian ia duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut, "sudah tahu jawabannya kan, Tant?" imbuhnya lagi dengan nada yang dibuat memelas.

Memang, semenjak Hana dan Rayzell punya anak. Renda selalu datang ke rumah Papa Nugroho di waktu luang. Ia hanya ingin menghabiskan waktu senggangnya itu, untuk anak dari sahabatnya, Rayzell.

"Kamu itu, mbok ya cari pasangan Rend. Biar ada yang ngurus. Massa iya, cakep-cakep masih jomblo! Emang mau sampai kapan tetap nungguin dia?" celoteh Mama Ayumi, sambil menyiapkan camilan untuk keluarga. 

"Mau Om carikan Rend?" sahut Om Nugroho, dari arah belakang Rendra. Kemudian Om Nugroho duduk di sofa depan Rendra.

"Eh, enggak usah Om. Ini bentar lagi palingan dia pulang," jawab Rendra sedikit lirih. Ia menyemangati dirinya, agar tetap setia menunggu kekasih hati-nya itu.

"Yakin, kalau dia akan segera pulang?" tanya Rayzell yang turun dari anak tangga. Lalu ia duduk di samping Rendra.

"Yakin, seyakin-yakinnya gue!" jawab Rendra mantab, "oh ya, dimana Shita? Kok nggak ikut turun juga," Rendra menanyakan keberadaan anak Rayzell dan Hana.

"Dia masih nenen sama Mommynya. Biar nanti nggak rewel kalau kamu ajak pergi," jelas Rayzell.

Tidak berselang lama, turunlah Hana dengan menggendong Narshita di lengan kurusnya. Karena, semenjak kelahiran baby Narshita, Hana sering sekali begadang setiap malam. Untuk memberi baby Narshita ASI yang cukup.

Rendra yang melihat baby Narshita di gendong Hana, ia langsung berjalan menghampiri mereka. Rendra mengambil alih baby Narshita dari tangan Hana.

"Iiihhhh tantiknya Pipi, dah hayuuumm. Cini tium duyu," ucap Rendra di buat seimut mungkin. Lalu menciumi seluruh wajah mungil baby Narshita, yang begitu menggemaskan.

Kemudian, Rendra kembali duduk di tempatnya semula. Hana juga duduk di samping Rayzell, suaminya.

"Rend...Rend. Kamu tuh aneh!" ucap Mama Ayumi, saat melihat Rendra begitu begitu bangga menyebutkan dirinya sebagai 'Pipi' pada baby Narshita, cucu-nya.

"Dia kan emang aneh Ma. Semenjak ditinggal pujaan hatinya," sahut Rayzell, "tempatku sebagai suami dan Daddy aja di serobot sama dia. Masih untung nggak ngenak-ngenakin Hana," celoteh Rayzell. Kemudian mendapat pukulan dari Hana.

"Ngomongnya tuh di filter dulu napa! Dia begitu karena kesepian, makanya ikut jagain aku sama Shita. Nggak usah lebay deh, Kak," kesal Hana pada Rayzell.

"Tenang aja Ray...Aku nggak akan ngerebut Hana. Tapi, aku akan mengklaim Narshita sebagai anakku," kelakar Rendra yang mendapat sebuah tonyoran dari Rayzell.

"Pa! Jodohin aja dia sama pegawai kita. Biar nggak ganggu milikku," kesal Rayzell.

Semua orang yang melihat pertengkaran Rendra dan Rayzell, hanya menggeleng kepala. Dua orang yang sama-sama sudah dewasa, namun tingkah mereka seperti anak kecil bila sudah adu mulut.

Semenjak di tinggal oleh sang pujaan hati, kepribadian Rendra memang sedikit berubah. Yang semula dia kaku bila bersikap kepada orang lain, dan tidak banyak bicara maupun bercanda. Kini dia lebih hangat dan suka bercanda kepada orang terdekat. Meskipun bila di depan para karyawan-nya, dia bersikap dingin dan tegas. Walau nggak se-galak seperti dulu lagi.

Rendra berusaha hidup bahagia, seperti pesan seseorang di masa lalu, yang sangat berarti untuk hidupnya.

*

*

*

*

Hidup itu sangat indah, bila kita menikmatinya dengan hati yang lapang. Jangan buat hidupmu berat, hanya dengan secuwil masalah yang sedang kamu alami. Karena, banyak orang diluar sana yang masalahnya lebih berat darimu. Jadi, bersyukurlah dengan apa yang kau nikmati sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status