Dua bersaudara Xiao itu menekan gadis cerewet itu dengan ucapan. Walau Wu Mei Xiang sebenarnya tidak begitu takut dia tetap saja kesal. Sang raja iblis baru saja datang dan pergi begitu saja. Dia bahkan meninggalkan dua pelayan yang bodoh bersama Wu Mei Xiang.
"Sialan, Cheng Li! Cheng Li, sialan! Bisa-bisanya kau bertindak sok begini, biasanya juga kau mengejar aku!" teriak Wu Mei Xiang mengembuskan napas berat karena kesal.
"Sebaiknya kau perhatikan sikapmu, atau tuan akan marah, kau tidak akan bisa menanggun akibatnya" ucap Xiong Hai mulai menasihati Wu Mei Xiang.
Wu Mei Xiang menyilangkan kedua tangannya di dada dan bersedekap.
"Aku tidak peduli. Lihat saja apa yang bisa dia lakukan padaku, dia sudah lama menguntitku sejak aku kecil. Tentu saja dia tidak mungkin membiarkan aku mati begitu saja. Astaga, sialnya hidupku. Mengapa semua kejahatan dan kesialan selalu mengikuti aku?"
Wu Mei Xiang mengeluh dan tanpa sadar dia membocorkan rahasianya bagaimana dia bisa mengenal raja iblis itu dan bahkan tahu nama kecilnya.
Dua iblis pria yang di hadapannya belum bisa mempercayai gadis ini.
"Lebih baik jangan pikirkan hal itu, kau harus berfokus pada kondisi sekarang."
Xiao Fan menyeret tangan Wu Mei Xiang ke ruangan lainnya. Dia merasakan cengkeraman tangan lelaki itu cukup kuat, sehingga dia tidak bisa menolak. Dengan pasrah gadis itu mengikuti keduanya, dia tahu bahwa dirinya tidak akan mati, tetapi bisa saja akan mengalami hal lain yang lebih kejam dibandingkan kematian.
Setibanya di ruangan merah lainnya, Wu Mei Xiang terkejut dengan tindakan iblis yang pemarah itu.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Wu Mei Xiang menutup kedua dadanya yang bagai perawan yang hendak digagahi ketika keduanya mendekat seolah akan mengganggu dirinya.
Xiong Fan memanggil pelayan dan menyuruhnya melucuti pakaian atasnya hanya dengan tiga gerakan. Tentu saja dia terkejut meski perempuan itu sama sekali tidak menyentuhnya hanya ingin membantu melepaskan pakaiannya.
"Memandikan dan mendandani," ucap Xiong Fan dengan nada dingin. Kedua pria itu masih ada di sana, entah apa yang mereka pikirkan.
"Aku bisa mandi sendiri. Apa di alam kalian tidak mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan? Aku bisa sendiri, keluarlah!" perintah Wu Mei Xiang pada semuanya.
Tanpa peduli pada yang lainnya, gadis tersebut sudah masuk dan berdiri di depan kolam pemandian yang besar hanya mengenakan pakaian tipis selapis untuk mandi. Airnya tampak hangat dan dipenuhi dengan bunga-bunga mawar merah. Sangat wangi dan aromanya menenangkan.
Tanpa berpikir entah apa yang akan terjadi, Wu Mei Xiang mulai acara mandinya. Dia menikmati air yang hangat dan aroma bunga mawar merah yang segar dari ratusan kelopak yang ditaburkan dalam air mandiannya. Kolam berukuran dua kali tiga meter itu sangat mewah.
"Kolam ini nikmat juga, kalau di Shanghai ini harus dibayar dengan harga mahal. Di sini aku bisa menikmati fasilitas mewah dengan gratis," ucap tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti.
Dia mandi dan menenggelamkam dirinya dalam aroma wangi itu mungkin akan membuatmu semakin fokus untuk melarikan diri nanti. Dia harus mencari cara, sekalipun dirinya memang sudah menjadi iblis, setidaknya masih memiliki kebebasan dan bukannya malah menjadi tawanan atau sandera.
Dia memejamkan matanya menikmati sentuhan air hangat yang terasa seperti sedang memulihkan tubuhnya.
Setelah beberapa saat seperti itu, Wu Mei Xiang membuka matanya da terkejut mendapati semua bekas lukanya sudah menghilang. Dia bisa melihat tubuhnya kini begitu putih dan tampak seperti berkilauan.
"Aneh," ucapnya dan naik ke atas, mengenakan pakaian yang sudah disediakan di sana. Warnanya serba hitam, seakan mereka tahu warna kesukaan Wu Mei Xiang.
"Tidak buruk," ucapnya lagi.
Mendengar dia seperti sudah selesai mandi, Xiong Fan dan beberapa pelayan perempuan datang dan menyuruhnya memasuki ruangan lain dan mulai melayani gadis itu.
"Kalian jangan macam-macam, aku tidak suka disentuh!" teriak Wu Mei Xiang setelah kedua orang itu, Xiong Fan dan Xiong Hai memaksanya duduk di sebuah kursi lengkap dengan meja riasnya.
"Tidak akan ada yang berani menyentuhmu," ucap seorang perempuan dan Wu Mei Xiang langsung mencari sumber suara itu.
"Pei Rong?" panggilnya lirih, suaranya nyaring terdengar bagai suara manusia menangis.
"Kau kaget?" ucap perempuan itu dengan senyuman mengerikan, tampak horor, membuat Wu Mei Xiang takut.
"Bai Rong bukan saatnya bermain-main, lakukan seperti yang tuan perintahkan!" ucap Xiong Hai kesal dengan pemandangan tidak penting di hadapannya.
"Kau Bai Rong? Bukan Pei Rong?" tanya Wu Mei Xiang masih tampak gugup dan kesal di saat yang bersamaan.
"Apa aku mirip seseorang?" tanya perempuan itu tersenyum.
"Tidak, tidak juga," ucap Wu Mei Xiang berbohong. Jauh di dalam hatinya dia bersyukur bahwa Pei Rong dan Bai Rong adalah orang yang berbeda.
Namun, di lain sisi dia juga berharap mereka orang yang sama. Dengan begitu, dia bisa membunuhnya dan membalas dendam.
Tidak! Tidak! Membunuh terlalu enak baginya, mungkin lebih enak membuatnya menderita.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Bai Rong setelah berhasil mendadani Wu Mei Xiang tanpa menyentuhnya. Tentu saja dengan kekuatan sihir.
"Mengapa kalian semua menggunakan sihir? Aku jadi penasaran apa aku bisa menggunakannya juga," ucap Wu Mei Xiang tiba-tiba yang terkejut melihat wajahnya di kaca. Dia tampak tampan dan juga manis, tetapi agak mengerikan.
Maksudnya, dia benar-benar terlihat bagai iblis cantik juga kejam. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan juga sorot matanya yang bulat dan besar dibandingkan orang-orang lainnya membuat dia terlihat cantik, anggun dan kejam di saat yang bersamaan.
"Kau harus menanyakan, tuan untuk itu," jelas Bai Rong perempuan yang berpakaian serba hijau itu.
"Apakah begitu? Cheng Li itu ya, hantu hijau?" tanya Wu Mei Xiang sengaja menyebut lagi nama Cheng Li untuk mengulik informasi.
Semuanya hiasan yang Bai Rong kenakan berwarna hijau, itulah sebabnya Wu Mei Xiang sudah memutuskan menamainya dengan hantu hijau.
"Jangan memanggilku begitu dan jangan memanggil tuan begitu," ucap Bai Rong dengan sedikit gemetar.
"Namanya memang Cheng Li, kan? Lalu, masa aku memanggilnya dengan nama orang lain?" ucap Wu Mei Xiang dengan wajah tidak puas.
"Ya, memang. Namun, tak ada yang boleh menyebut namanya, atau akan mati," jelas Bai Rong dengan tubuh semakin gemetaran.
Wu Mei Xiang tersenyum senang, dia puas akhirnya mengonfirmasi nama lelaki itu memang Cheng Li. Tinggal menyusun langkah berikutnya, kali ini dia harus berhasil lepas dan merdeka. Kalau sebagai manusia dia gagal, maka menjadi iblis pun tak apa-apa, asalkan berhasil mencegah bencana kemanusiaan pikirnya dalam hati.
Seorang perempuan dewasa berpakaian hijau tua yang entah berapa usianya (karena usia iblis berbeda dengan manusia) berlari menghampiri Cheng Li dan langsung berlutut dengan tubuh gemetaran. Lelaki itu, terlihat takut dan wajahnya sudah pucat sempurna, nyaris menghitam---iblis tidak memiliki darah seperti manusia.Setiap kali Cheng Li muncul di istana, tak ada satu iblis pun yang berani mengangkat kepalanya, apalagi menatap mata tuannya itu. Auranya terlalu tinggi dan mendominasi, membuat siapa pun di akan patuh dan tunduk tanpa kata-kata. Begitulah sang raja iblis dihormati dan ditakuti dalam satu waktu. Tidak ada yang mau patuh jika tuan iblis itu tidak kuat dan kejam. Hukum alam iblis sudah menggariskan nasib mereka---pemenang adalah yang terkuat dan terkejam. Kadangkala, mereka harus membunuh tanpa pilih kasih. Bahkan, ayah atau ibu bisa menjadi sasaran pembunuhan jika diperlukan.Sebenarnya, hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di alam manusia, di mana yang ku
"Wow, ternyata kau laki-laki!" kekeh Wu Mei Xiang menyadari perubahan penampilan Bai Rong begitu si iblis hijau memasuki ruangan dengan wajah cerah, berbeda ketika dia pergi tadi.“Sepertinya perempuan ini, bukan laki-laki, terserahlah dia iblis, sebut saja iblis hijau karena pakaiannya serba hijau, kurasa dia mendapatkan hal baik makanya berani menampakkan wujudnya,” pikir Wu Mei Xiang.Si iblis hijau mendekat perlahan. Sebagai laki-laki cara jalannya masih tetap anggun dan wajahnya sudah sangat feminim. Sangat wajar jika dia suka menyamar menjadi perempuan.Dia menampakkan penampilan aslinya, karena tidak ada lagi gunanya merayu gadis iblis baru itu. Tugasnya sudah akan selesai dan tak perlu memaksa Wu Mei Xiang berpakaian dengan warna yang awalnya dipilihkan."Memang," ucap Bai Rong mencoba tenang. Padahal, jauh di dalam lubuk jiwanya dia merutuki kebodohannya. Tadi dia muncul sebagai perempuan, kini laki-laki. Wajar saja kalau Wu Mei Xiang
Setelah dua jam drama pakaian dan dandanan akhirnya selesai juga. Wu Mei Xiang akhirnya mau mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam dengan jubah merah seadanya, hanya mirip kain yang digunakan sebagai tambahan untuk menghangatkan tubuh. "Aku begini saja. Tidak mau dandan. Tidak mau memakai gaun. Aku sudah cantik dari awal. Lalu, buat apa memakai pakaian macam itu?" Wu Mei Xiang menendang semua gaun merah yang disediakan oleh pelayan. Bai Rong, Xiong Fan dan Xiong Hai menarik napas mereka, seolah mereka bertiga bisa mendadak serangan jantung akibat melihat pemandangan di hadapan mereka. Baru beberapa jam, Wu Mei Xiang sudah terlihat mengacaukan alam iblis dengan caranya sendiri. "Astaga, aku ini malah mirip seperti akan menikah," keluh Wu Mei Xiang kesal. "Memang," ucap Xiong Fan keceplosan. "Hah? Ternyata benar, kalau aku menikah? Hahahaha siapa yang mau menikahi aku? Hem, tetapi bagus juga kalau bisa menikah setelah mati
Sesampainya calon pengantin---Wu Mei Xiang di singgasana, Cheng Li berdiri dan mengulurkan tangannya. Merasa tidak masalah, Wu Mei Xiang membalas uluran tangan itu dan membiarkan tangannya digenggam oleh raja iblis itu.Seluruh hadirin berdiri dan kemudian berlutut memberikan hormat sambil berkata, “Hidup sang Raja! Hidup Yang Mulia!”Sorak-sorai ribuan iblis terdengar nyaring dan indah, seolah mereka sedang mengumandangkan lagu yang indah untuk menghibur atau memberikan penghormatan.Wu Mei Xiang masih bingung dengan apa yang terjadi. Dalam beberapa waktu dia memasuki alam iblis tanpa tahu alasannya dan bertemu dengan pria yang sering muncul dalam mimpinya. Memang Wu Mei Xiang sama sekali tidak takut pada Cheng Li, tetap pernikahan yang tiba-tiba ini juga mengejutknya. Untungnya dia menjadi ratu dan bisa dipertimbangkan. Wu Mei Xiang masih ingin melakukan pembalasan pada kehidupannya yang lalu, itulah sebabnya dia menerima pernikahan yang aneh ini.
Cheng Li menggendong Wu Mei Xiang ke kamar pengantin mereka. Perempuan berpakaian hitam itu hanya diam saja dan tidak memberikan banyak reaksi. Layaknya pengantin perempuan yang masih suci dia tidak banyak berbicara atau memberikan perlawanan. Entah pasrah atau masih memikirkan banyak hal.Kamar berukuran besar itu dihiasi dengan kain warna merah dan hitam, ribuan bunga mawar merah menghiasi kamar itu membuatnya aromanya menyeruak ke seluruh sisi ruangan. Aroma kesukaan Wu Mei Xiang membuat dirinya semakin tenang dan nyaman.“Cheng Li sungguh menakutkan. Sungguh tahu bagaimana caranya membuat orang nyaman. Ini berbahaya,” pikir Wu Mei Xiang tanpa diketahui oleh Cheng Li.Tak hanya itu, ada ratusan atau ribuan kupu-kupu emas keperakan yang beterbangan di sana. Tampak seperti imajiner, tetapi mereka nyata. Kupu-kupu emas itu bagaikan lampu-lampu portable yang menambah keindahan kamar yang megah dan besar. Berbagai perlengkapan seperti teko, canngkir, l
“Bisakah kau mundur sedikit? Aku merasa sesak dan napasku kurang bagus, berikan aku udara,” kata Wu Mei Xiang. Wajahnya mulai memerah dan terasa panas sekujur tubuhnya.“Tidak,” jawab raja iblis dengan tenang, suaranya berat dan dalam. Aura penolakan Wu Mei Xiang tidak mampu mendorong sang raja mundur.“Baiklah, aku tidak akan menolak lagi. Lagipula aku sudah menjadi istrimu. Hanya saja aku ingin meminta sesuatu padamu, bisakah?” tanya Wu Mei Xiang.Mendengar permintaan lembut dari istrinya, sang suami setuju dan mundur beberapa sentimeter untuk memberikan ruang pada Wu Mei Xiang yang suda terdesak. Lagipula dia tidak akan bisa kabur.“Katakan, suami ini akan menurutinya walau harus membagikan separuh kerajaanku,” kata Cheng Li berpikir bahwa itu soal kekuasaan dan harta atau sebagainya.Wu Mei Xiang tersenyum. Dia menatap suaminya dengan intens.“Apa yang kau pikirkan? Ini bukan so
Keesokan harinya, raja iblis Kota Ye---Cheng Li menggelar rapat di istana hitam dan merah untuk mengumumkan ratu mereka yang baru. Pemberian gelar akan diberikan pada ratu yang baru sehari setelah pernikahan. Cheng Li berencana akan mengumumkan beberapa perubahan dan mungkin juga aturan tambahan.Biasanya, di hari pertama pengantin baru akan mengunjungi orang tua mereka dan memberikan teh sebagai bentuk sopan santun. Namun, karena keduanya, baik Wu Mei Xiang dan Cheng Li tidak lagi memiliki orang tua. Jadi agenda itu di-skip saja.Wu Mei Xiang direncanakan hadir sebagai ratu. Namun, hingga waktu rapat tiba, perempuan itu tidak muncul juga di aula besar tempat rapat akan digelar."Tuanku, sang Ratu masih tidak mau memasuki ruangan ini," lapor Xiong Hai dengan nada pasrah. Dia siap dihukum kapan saja karena ratu mereka yang baru sejak awal sudah begitu menyulitkan kehidupan para iblis kecil dan pelayan.Lelaki itu sangat jarang bicara dan nadanya memang bia
Melihat itu jiwa iblis yang lainnya terselamatkan, tidak jadi mati mendadak karena tidak sanggup melihat rajanya terlalu lembut dan romantis. Pemandangan yang belum pernah ada selama ribuan tahun mereka di sana."Baiklah, aku mengumumkan pemberian gelar pada pasanganku dan semua orang harus memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia," ucap Cheng Li.Wu Mei Xiang hanya diam tak bereaksi. Itu artinya perempuan itu tidak marah atau tidak menolak.“Lumayan juga,” gumam Wu Mei Xiang dalam hatinya. Dia sedikit malu saat ini. Bagaimana bisa mendapatkan suami yang tidak tahu malu begitu."Selain itu, dia akan diberikan gelar sebagai Huang Hou," kata Cheng Li lagi."Huang Hou?" ulang Wu Mei Xiang pelan. Dia memikirkan gelar pemberian suaminya itu. Pada masa kerajaan gelar ini hanya dimiliki oleh satu orang saja, yaitu istri sah sang raja atau empress.*Empress (皇后; huáng hòu).Cheng Li menatapnya dan bertanya, "B