Share

5. Mempersiapkan Pengantin

Dua bersaudara Xiao itu menekan gadis cerewet itu dengan ucapan. Walau Wu Mei Xiang sebenarnya tidak begitu takut dia tetap saja kesal. Sang raja iblis baru saja datang dan pergi begitu saja. Dia bahkan meninggalkan dua pelayan yang bodoh bersama Wu Mei Xiang.

"Sialan, Cheng Li! Cheng Li, sialan! Bisa-bisanya kau bertindak sok begini, biasanya juga kau mengejar aku!" teriak Wu Mei Xiang mengembuskan napas berat karena kesal.

"Sebaiknya kau perhatikan sikapmu, atau tuan akan marah, kau tidak akan bisa menanggun akibatnya" ucap Xiong Hai mulai menasihati Wu Mei Xiang.

Wu Mei Xiang menyilangkan kedua tangannya di dada dan bersedekap.

"Aku tidak peduli. Lihat saja apa yang bisa dia lakukan padaku, dia sudah lama menguntitku sejak aku kecil. Tentu saja dia tidak mungkin membiarkan aku mati begitu saja. Astaga, sialnya hidupku. Mengapa semua kejahatan dan kesialan selalu mengikuti aku?"

Wu Mei Xiang mengeluh dan tanpa sadar dia membocorkan rahasianya bagaimana dia bisa mengenal raja iblis itu dan bahkan tahu nama kecilnya.

Dua iblis pria yang di hadapannya belum bisa mempercayai gadis ini.

"Lebih baik jangan pikirkan hal itu, kau harus berfokus pada kondisi sekarang."

Xiao Fan menyeret tangan Wu Mei Xiang ke ruangan lainnya. Dia merasakan cengkeraman tangan lelaki itu cukup kuat, sehingga dia tidak bisa menolak. Dengan pasrah gadis itu mengikuti keduanya, dia tahu bahwa dirinya tidak akan mati, tetapi bisa saja akan mengalami hal lain yang lebih kejam dibandingkan kematian.

Setibanya di ruangan merah lainnya, Wu Mei Xiang terkejut dengan tindakan iblis yang pemarah itu.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Wu Mei Xiang menutup kedua dadanya yang bagai perawan yang hendak digagahi ketika keduanya mendekat seolah akan mengganggu dirinya.

Xiong Fan memanggil pelayan dan menyuruhnya melucuti pakaian atasnya hanya dengan tiga gerakan. Tentu saja dia terkejut meski perempuan itu sama sekali tidak menyentuhnya hanya ingin membantu melepaskan pakaiannya.

"Memandikan dan mendandani," ucap Xiong Fan dengan nada dingin. Kedua pria itu masih ada di sana, entah apa yang mereka pikirkan.

"Aku bisa mandi sendiri. Apa di alam kalian tidak mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan? Aku bisa sendiri, keluarlah!" perintah Wu Mei Xiang pada semuanya.

Tanpa peduli pada yang lainnya, gadis tersebut sudah masuk dan berdiri di depan kolam pemandian yang besar hanya mengenakan pakaian tipis selapis untuk mandi. Airnya tampak hangat dan dipenuhi dengan bunga-bunga mawar merah. Sangat wangi dan aromanya menenangkan.

Tanpa berpikir entah apa yang akan terjadi, Wu Mei Xiang mulai acara mandinya. Dia menikmati air yang hangat dan aroma bunga mawar merah yang segar dari ratusan kelopak yang ditaburkan dalam air mandiannya. Kolam berukuran dua kali tiga meter itu sangat mewah.

"Kolam ini nikmat juga, kalau di Shanghai ini harus dibayar dengan harga mahal. Di sini aku bisa menikmati fasilitas mewah dengan gratis," ucap tanpa peduli apa yang akan terjadi nanti.

Dia mandi dan menenggelamkam dirinya dalam aroma wangi itu mungkin akan membuatmu semakin fokus untuk melarikan diri nanti. Dia harus mencari cara, sekalipun dirinya memang sudah menjadi iblis, setidaknya masih memiliki kebebasan dan bukannya malah menjadi tawanan atau sandera.

Dia memejamkan matanya menikmati sentuhan air hangat yang terasa seperti sedang memulihkan tubuhnya.

Setelah beberapa saat seperti itu, Wu Mei Xiang membuka matanya da terkejut mendapati semua bekas lukanya sudah menghilang. Dia bisa melihat tubuhnya kini begitu putih dan tampak seperti berkilauan.

"Aneh," ucapnya dan naik ke atas, mengenakan pakaian yang sudah disediakan di sana. Warnanya serba hitam, seakan mereka tahu warna kesukaan Wu Mei Xiang.

"Tidak buruk," ucapnya lagi.

Mendengar dia seperti sudah selesai mandi, Xiong Fan dan beberapa pelayan perempuan datang dan menyuruhnya memasuki ruangan lain dan mulai melayani gadis itu.

"Kalian jangan macam-macam, aku tidak suka disentuh!" teriak Wu Mei Xiang setelah kedua orang itu, Xiong Fan dan Xiong Hai memaksanya duduk di sebuah kursi lengkap dengan meja riasnya.

"Tidak akan ada yang berani menyentuhmu," ucap seorang perempuan dan Wu Mei Xiang langsung mencari sumber suara itu.

"Pei Rong?" panggilnya lirih, suaranya nyaring terdengar bagai suara manusia menangis.

"Kau kaget?" ucap perempuan itu dengan senyuman mengerikan, tampak horor, membuat Wu Mei Xiang takut.

"Bai Rong bukan saatnya bermain-main, lakukan seperti yang tuan perintahkan!" ucap Xiong Hai kesal dengan pemandangan tidak penting di hadapannya.

"Kau Bai Rong? Bukan Pei Rong?" tanya Wu Mei Xiang masih tampak gugup dan kesal di saat yang bersamaan.

"Apa aku mirip seseorang?" tanya perempuan itu tersenyum.

"Tidak, tidak juga," ucap Wu Mei Xiang berbohong. Jauh di dalam hatinya dia bersyukur bahwa Pei Rong dan Bai Rong adalah orang yang berbeda.

Namun, di lain sisi dia juga berharap mereka orang yang sama. Dengan begitu, dia bisa membunuhnya dan membalas dendam.

Tidak! Tidak! Membunuh terlalu enak baginya, mungkin lebih enak membuatnya menderita.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Bai Rong setelah berhasil mendadani Wu Mei Xiang tanpa menyentuhnya. Tentu saja dengan kekuatan sihir.

"Mengapa kalian semua menggunakan sihir? Aku jadi penasaran apa aku bisa menggunakannya juga," ucap Wu Mei Xiang tiba-tiba yang terkejut melihat wajahnya di kaca. Dia tampak tampan dan juga manis, tetapi agak mengerikan.

Maksudnya, dia benar-benar terlihat bagai iblis cantik juga kejam. Garis wajahnya menjadi lebih tegas dan juga sorot matanya yang bulat dan besar dibandingkan orang-orang lainnya membuat dia terlihat cantik, anggun dan kejam di saat yang bersamaan.

"Kau harus menanyakan, tuan untuk itu," jelas Bai Rong perempuan yang berpakaian serba hijau itu.

"Apakah begitu? Cheng Li itu ya, hantu hijau?" tanya Wu Mei Xiang sengaja menyebut lagi nama Cheng Li untuk mengulik informasi.

Semuanya hiasan yang Bai Rong kenakan berwarna hijau, itulah sebabnya Wu Mei Xiang sudah memutuskan menamainya dengan hantu hijau.

"Jangan memanggilku begitu dan jangan memanggil tuan begitu," ucap Bai Rong dengan sedikit gemetar.

"Namanya memang Cheng Li, kan? Lalu, masa aku memanggilnya dengan nama orang lain?" ucap Wu Mei Xiang dengan wajah tidak puas.

"Ya, memang. Namun, tak ada yang boleh menyebut namanya, atau akan mati," jelas Bai Rong dengan tubuh semakin gemetaran.

Wu Mei Xiang tersenyum senang, dia puas akhirnya mengonfirmasi nama lelaki itu memang Cheng Li. Tinggal menyusun langkah berikutnya, kali ini dia harus berhasil lepas dan merdeka. Kalau sebagai manusia dia gagal, maka menjadi iblis pun tak apa-apa, asalkan berhasil mencegah bencana kemanusiaan pikirnya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status