"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,
"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi.
"Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal.
"Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi.
"Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya.
"Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi.
"Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.
Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
🥀🥀🥀🥀#Pov Humaira"Bang, minta uang, ga ada stok lagi di dapur, gas habis, beras habis, bumbu menipis," ucapku pada suamiku yang baru bangun tidur."alah uang mulu yang ada di otakmu, baru Minggu lalu kukasih limpul udah mintak lagi, dasar boros," ucap Bang Imron suamiku seraya pergi ke kamar mandi, untuk mandi dan siap-siap pergi kekantor."Ya sudah hari ini, aku ga bisa masak apa apa, jangan salahkan aku" ucapku tak mau kalah.Jengkel menghadapi suami pelit macam dia, apa apa perhitungan apalagi kalau masalah uang. Bang Imron siap duduk dimeja makan "mana sarapan? udah jam segini belum ada apa-apa dimeja, dasar pemalas," sambil memukul meja. " Kan tadi sudah kubilang ga ada apa-apa lagi makanya kasih uang," ucapku kesal. "Hari ini ga ada uang
🥀🥀🥀🥀#POV: Humaira"Laras ...." pekik Bang Imron kaget."Laras? siapa dia Bang?" Ucapku."Pegawai baru di perusahaan" imbuhnya"Ngapain kamu kesini? Kan bisa urusan kantor diselesaikan besok saja," imbuhnya lagi."Aku kesini mau menanyakan kejelasan hubungan kita," ucap Laras sambil menatap Bang Imron, dan sedikit pun seperti tak menganggap keberadaan ku."Aduh, apa pulak kamu ini," ucap Bang Imron yang mulai gusar."Ini, coba lihat!"ucap Laras sambil menyerahk
🌷🌷🌷🌷 #POV Huma "Huma!" seseorang berteriak memanggilku. "Eh Maya, apa kabar May? kamu ngapain disini?" ucapku, Maya adalah sahabatku dari kampung. "Kamu sendiri ngapain disini?" ucapnya lagi balik bertanya. "Ceritanya panjang, lain kali aja ceritanya ok!" jawabku "O iya kenalin ini Tante Rena, Om Burhan, Angga, dan ini Rani" lalu mereka pun bersalaman sambil menyebutkan nama masing-masing. "Kamu ngapain sih kesini? Siapa yang sakit?" ucapku. "Aku ga sakit kok, aku mau medical check up, buat lamaran kerja" "Oooh... " ucapku. "Huma, minta no hapemu" ucapnya lagi. "Waduh aku gak punya hape" ucapku jujur, selama menikah boro-boro kebeli hape, makan aja susah. "Sini simpan di hp aku aja," ucap Rani Lalu mereka saling bertukar no hape, lal
#POV Imron21 thn+Namaku Ali Imron Butarbutar, aku bekerja di sebuah perusahaan besar, jabatanku manager keuangan, aku telah menikah dengan gadis Sunda bernama Humaira Salsabila, dia cantik tapi lamban dalam pekerjaan, masakan nya pun tak ada enak-enak nya, terkadang tempe, tahu, sayur bayam, kangkung, ikan asin, tak ada selera sama sekali aku tengok, boros pulak, kerjaan mintak uang teros, ga ada cukup-cukupnya, heran aku.Aku berasal dari kisaran, orangtuaku petani, tak pernah aku tengok mamakku ku mintak uang sama bapakku, apapun dikasih bapak cukupnya itu, beda kali sama istriku si Huma, apa-apa minta, apa-apa kurang, ada nyah kebun kecil kami di halaman rumah, dasar dia nya aja yang boros.Gajiku lumayanlah, tapi tak kukasih kan sama si Huma semua, kadang kukasih dia tiga ratus ribu sebulan kadang juga lima ratus ribu, untuk peganganku pun sama lima ratus juga, tapi cepat kali habis uang dia, entah apa y
❤️❤️❤️❤️#POV ImronAkhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga, beberapa saat lagi akan ku ikrar kan janji suci di depan Bapak penghulu.Seharusnya dari minggu-minggu kemaren terlaksana, ditunda gara-gara surat ceraiku masih belum ketuk palu, biarlah terlambat yang penting resmi aku nikah sama si Laras.Sidang perceraian pun cukup lancar, tanpa kehadiran kedua belah pihak, saat sidang ketiga barulah dihadiri kedua belah pihak, untunglah si Huma tak ada nuntut harta Gono gini, amanlah harta-hartaku.Saat pengucapan ikrar talak pun tak ada kutengok dia sedih ataupun menyesal, malah kutengok ceria kali wajahnya, macam senang kali lepas dari awak yang ganteng ini."Hei, Bang.... Bang Imron, ayok kita pigi!" ucap Laras secara tiba-tiba."Amang tahe, terkejut aku, kamu pun datang-datang bukannya salam malah ngagetkan pula,"ucap Bang Imron yang masih dud
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasKupandangi wajah tampannya yang kelelahan, ia masih tertidur dengan pulasnya, disaat aku masih terjaga setelah kami menyelesaikan tugas kami sebagai suami istri.Masih teringat awal perjumpaan kami waktu itu, disaat aku sedang dirundung suatu masalah yang besar, ia datang menawarkan cinta, tentu aku menerimanya dengan senang hati.Namun dibalik itu semua, ada sesuatu hal yang aku sembunyikan , tiada sesiapa pun tau, aku menyimpan rahasia ini rapat rapat seorang diri.Aku Larasati Anggraeni, aku seorang pendatang di kota ini, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Bang Imron sebagai karyawan biasa bagian produksi.Asal ku dari Jambi, kedua orangtua telah lama meninggal, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku di kampung tinggal menumpang di rumah saudara, sementara rumah kami sudah lama dijual.
🥀🥀🥀🥀#Pov LarasAku terbangun di kala sang surya mulai menyapa, cahayanya mengintip melalui sela-sela gorden yang tersingkap oleh hembusan kipas angin yang menyala sepanjang malam.Lantunan lagu Jambi 'Tapisah Dek Urang Tuo' terdengar berkali-kali dari handphoneku pertanda ada panggilan masuk.Dengan mata yang masih lengket seolah belum mau terbuka dan kepala yang agak pusing, aku mencoba bangun sekuat tenaga untuk mengambil hp di atas nakas."Halo""mmm ya, kapan? ""Oke, iya nanti Ayuk jemput""Siapa Dek?" tiba-tiba Bang Imron terbangun."Laura besok mau kesini Bang, " jawabku"Kok ga ijin dulu sama abang si Dek?" ucapnya"Tempo hari kan udah kubilang ma abang, biar dia bisa nempati kost an ku yang d
🌷🌷🌷🌷🌷#Pov HumairaSetelah seminggu berada di rumah Om Burhan aku pun pulang ke kampung halamanku di Bandung, diantar oleh Angga dan Rani, sesampainya di rumah, Mamah sangat kaget mengetahui putrinya tiba-tiba pulang bersama orang lain pula.Aku pun menceritakan perihal kehidupan rumah tanggaku kepada Mamah, tanpa ada yang ku tutup-tutupi, Mamah sangat sedih dan terpukul mengetahui anaknya menderita, beliau lalu memelukku, menguatkanku, dari keterpurukan.Berhari-hari aku dirumah, selama itu juga aku tak pernah keluar rumah, apalagi sejak menerima surat panggilan gugatan cerai dari pengadilan agama, aku nencoba menata hati, menguatkan diri dengan semakin mendekatkan diri ini pada-Nya.-Aku sengaja tak menghadiri sidang perceraianku, biar prosesnya lancar, barulah pada sidang yang ket