🥀🥀🥀🥀
#Pov Laras
Kupandangi wajah tampannya yang kelelahan, ia masih tertidur dengan pulasnya, disaat aku masih terjaga setelah kami menyelesaikan tugas kami sebagai suami istri.
Masih teringat awal perjumpaan kami waktu itu, disaat aku sedang dirundung suatu masalah yang besar, ia datang menawarkan cinta, tentu aku menerimanya dengan senang hati.
Namun dibalik itu semua, ada sesuatu hal yang aku sembunyikan , tiada sesiapa pun tau, aku menyimpan rahasia ini rapat rapat seorang diri.
Aku Larasati Anggraeni, aku seorang pendatang di kota ini, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan Bang Imron sebagai karyawan biasa bagian produksi.
Asal ku dari Jambi, kedua orangtua telah lama meninggal, aku anak pertama dari dua bersaudara, adikku di kampung tinggal menumpang di rumah saudara, sementara rumah kami sudah lama dijual.
Adikku masih sekolah kelas tiga SMA, setiap bulan aku yang mengiriminya uang untuk keperluannya, dengan gajiku yang kecil, aku harus berhemat, agar kebutuhanku juga bisa bisa terpenuhi.
Pernah suatu hari uangku tak ada sisa sama sekali, adikku Laura minta uang tambahan untuk membayar uang sekolah.
# Flashback on
"Iya nanti Ayuk usahakan dalam beberapa hari ini ya Dek," ucapku kala itu.
"Jangan lama-lama ya Yuk, sebelum ujian harus sudah lunas," ucapnya dari sebrang sana melalui jaringan seluler.
Aku pun termenung selepas menerima telepon dari adikku sambil duduk di halte bis, menunggu bis yang lewat yang akan membawaku ke tempat kerjaku. Tanpa kusadari ada sepasang mata yang memperhatikanku dari tadi.
"Aku bisa menyelesaikan semua masalahmu, " ucapnya to the point
"Kenalkan namaku Alex" imbuhnya lagi sambil menyodorkan tangannya tanpa menunggu aku buka suara.
"Laras, bagaimana caranya?" ucapku sambil menyambut uluran tangannya menunggu penjelasannya lagi
"Aku tidak bisa menjelaskannya disini, ayo kita duduk di dalam cafe itu," imbuhnya sambil menunjuk sebuah cafe yang terletak di seberang jalan.
Kami berdua pun segera pergi menuju cafe tersebut dan memesan minuman.
"Jadi gimana caranya?" ucapku lagi masih penasaran
"Nanti malam kita pergi ke suatu tempat, dan kamu harus menemani seseorang" ucapnya setengah berbisik.
"Apa?" ucapku sambil menutup mulut.
"Kamu pikirkan baik-baik, ini kartu namaku, segera hubungi kalau kamu sudah siap," ucapnya, lalu ia pun hendak berdiri meninggalkanku setelah menyeruput coffe latte yang di pesannya.
"Tunggu! aku mau," ucapku sebelum dia beranjak meninggalkanku, pikiranku benar-benar buntu saat itu, dia pun kembali duduk dengan senyum yang penuh arti.
"Baiklah, sekarang kamu ikut aku, " ucapnya.
"Kemana? Tapi aku mau kerja sekarang. Kulirik jam tanganku limabelas menit lagi aku sudah harus berada di kantor.
"Ok, sekarang aku antar kamu pergi kerja nanti pulangnya aku jemput," ucapnya.
"Baiklah, aku setuju," ucapku.
Lalu kami sama-sama keluar dari cafe menuju kendaraan roda dua milik Alex menuju tempatku bekerja.
***
Saat aku pulang kerja, Alex sudah menunggu di depan gerbang, lalu kami berdua melajukan motor nya ke suatu tempat, tiga puluh menit kemudian kami pun telah sampai di tempat yang kami tuju.
"Salon?" ucapku setelah tiba.
"Ada apa gerangan dia membawaku ke salon, akan bertemu siapakah?" Batinku dalam hati.
"Kamu tenang aja, yuk" ucapnya mengajakku masuk ke sebuah salon yang besar dan mewah, kulihat sudah banyak orang didalam.
Aku menjalani perawatan di salon ini secara menyeluruh, mulai dari rambut, muka, seluruh badanku, tak lupa kuku-kuku ku pun entah apa namanya aku pun tak tau, aku memang orang desa yang tak mengerti hal-hal semacam ini, jangankan perawatan, masuk ke salon aja baru kali ini.
Selesai di make over, aku pun di pakai kan pakaian yang sangat bagus dan mahal lengkap dengan perhiasannya, tas branded dan sepatu high hills yang sepertinya harganya sangat mahal semua, aku pun pangling menatap diriku sendiri di cermin. Aku yang dulu berwajah kusam, rambut pun asal-asalan aku ikat memakai ikat rambut yang murah, aku bagaikan upik abu yang berubah menjadi Cinderella dalam sekejap, aku pun berjalan menjumpai Alex di ruang tunggu, dia pun terperangah melhatku.
"Ayo mas?" ucapku menyadarkan nya.
"Kamu luar biasa, " ucapannya.
"Ayo kita langsung berangkat" imbuhnya lagi, kami pun berjalan menuju parkiran
"Bukan naik itu, ayo sini!" ucapnya ketika aku mendekati motor yang tadi kami naiki.
"Kita naik ini sekarang, bisa hancur dandananmu jika naik motor lagi," ucapnya seraya membuka pintu mobil Mercy keluaran tahun rendah, namun masih kelihatan bagus.
"Ini mobil siapa? Kita mau kemana lagi? " ucapku, kini giliran aku yang terperangah
"Ga usah banyak tanya, ikuti saja" ucapnya penuh misteri.
Akupun kembali menurut dan mengikuti keinginannya.
Aku pun tiba di suatu hotel bintang lima, kami pun masuk ke dalamnya, lalu kami duduk di lobi hotel menunggu seseorang yang harus kutemui.
Beberapa saat kemudian muncullah seseorang pria yang lumayan sudah berumur, orangnya tinggi besar, perut sedikit buncit, hidung mancung, seperti nya dia berkebangsaan Jepang sebab Alex berbahasa Jepang dengannya, "apakah dia yang akan... ?" batinku.
Pria itu sesekali melihatku lalu berbicara lagi dengan Alex, entah apa yang diomongin, aku ga ngerti sama sekali.
"Sekarang kamu ikut dengannya," ucap Alex kepadaku.
"Kamu ga ikut? Nanti kalau dia ngomong aku ga ngerti loh" ucapku.
Lalu kulihat Alex kembali berbicara dengan pria itu, entah apa yang diomongin yang jelas akhirnya kami pergi bertiga.
Kami menaiki lift menuju lantai 3, kemudian kami memasuki ruangan yang di pintu nya bertuliskan 305. Begitu masuk kedalam ternyata seperti sebuah kamar yang lengkap dengan isinya kami bertiga pun duduk di sofa yang sangat mewah.
Lalu pria itu berbisik kepada Alex, dan Alex pun nampak manggut-manggut.
Tiba-tiba lampunya dimatikan, suasana menjadi gulita, ada seseorang mendekati ku, membelai rambutku, ku coba menerka siapa dia, "apa itu Alex?" Batinku bertanya-tanya.
Dia pun memeggendongku lalu a diturunkan di tempat tidur, "iya, dia Alex, ini seperti wangi parfumnya Alex," ucapku dalam hati. akupun hanya bisa pasrah ketika seseorang hendak melampi**kan nafs*nya dan kini semuanya telah terjadi.
Kini, keper*wanan ku telah t*renggut oleh pria tua itu, kurasa Alex pun ikut menc*cipi t*buhku, aku sangat j*jik dengan diriku sendiri, Lalu akupun lelah dan tertidur.
***Pada pagi harinya, ketika mataku terbuka, kulihat Alex duduk di sofa sambil sarapan pagi, menu roti tawar selai coklat kacang, seperti nya dia baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang klimis. Pria tua itu entah kemana dia pergi."Cepatlah mandi, setelah itu sarapan, sebentar lagi kita check out, " ucapnya.
Aku pun segera beranjak dari tempat tidur, sambil berjalan tertatih tatih menuju kamar mandi.
Lama kusiram diri ini di bawah shower, ada juga bathtub seperti yang sering kulihat di tv, tapi aku lebih nyaman mandi dengan air bak dan disiram dengan gayung, sayangnya disini tidak tersedia, jadilah aku menggunakan shower, setelah mencoba dan memencet semua tombolnya, akhirnya berhasil juga.
Selesai membersihkan diri aku pun mengenakan bajuku kembali, baju yang sama waktu aku datang kemari, karena memang tak membawa baju ganti.
"Ini bagiannmu! "ucap Alex sambil memberikan lembaran-lembaran merah yang sangat banyak.
"Wah banyak sekali" ucapku dengan mata berbinar, ini kali pertama aku melihat tumpukan-tumpukan uang yang sangat banyak.
"Tapi kok bagianmu lebih banyak dari aku," ucapku sambil melirik uang yang ada di genggaman Alex.
"Jangan banyak protes, Kalau ga ada aku, kamu tak kan menerima uang sebanyak itu, bukan?" ucapnya.
"Sudah jangan cemberut, habis ini cepatlah bersiap, kita pulang, " ucapnya lagi.
# flashback off
Segera kukirimkan uang untuk adikku Laura di kampung, sisanya masih lumayan banyak aku gunakan untuk kesenanganku, beli baju-baju baru, ke salon, beli hp mahal, makan-makan yang enak, aku benar-benar menikmati hidup, mengubah penampilanku menjadi semakin cantik dan menarik.
Ibarat seperti bunga yang sedang mekar, para kumbang pun datang mendekat, aku yang dulu tak dipandang kini jadi rebutan, apalagi di tempat kerja, banyak pria yang menyatakan cintanya namun mereka semua aku tolak, karena mereka tak sesuai dengan kriteriaku. Hanya cowok kaya apalagi tampan yang akan menjadi pilihanku.
Sebulan setelah kejadian, aku merasa tak enak badan, mual-mual, pusing, tak sanggup rasanya jika hari ini kerja, aku pun segera menelpon atasanku untuk izin tak bekerja har ini, lalu aku pergi ke klinik yang tak jauh dari tempat kost.
Betapa kagetnya aku setelah mengetahui kalau ternyata aku hamil, mana Alex sudah tak bisa dihubungi lagi, aku benar-benar putus asa, kepada siapa aku harus minta pertanggungjawaban.
Kini masa-masa sulit itu sudah terlewati, kupandangi wajah suamiku yang masih tertidur, suami yang berhasil aku jebak untuk berhubungan denganku sehingga dengan mudah aku untuk meminta pertanggungjawabannya, dan aku pun tersenyum penuh kemenangan.
NEXT
Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,
Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,
Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,
Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,
Terimakasih
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p