Share

Curahan Hati Bang Imron

#POV Imron

21 thn+

Namaku Ali Imron Butarbutar, aku bekerja di sebuah perusahaan besar, jabatanku manager keuangan, aku telah menikah dengan gadis Sunda bernama Humaira Salsabila, dia cantik tapi lamban dalam pekerjaan, masakan nya pun tak ada enak-enak nya, terkadang tempe, tahu, sayur bayam, kangkung, ikan asin, tak ada selera sama sekali aku tengok, boros pulak, kerjaan mintak uang teros, ga ada cukup-cukupnya, heran aku.

Aku berasal dari kisaran, orangtuaku petani, tak pernah aku tengok mamakku ku mintak uang sama bapakku, apapun dikasih bapak cukupnya itu, beda kali sama istriku si Huma, apa-apa minta, apa-apa kurang, ada nyah kebun kecil kami di halaman rumah, dasar dia nya aja yang boros.

Gajiku lumayanlah, tapi tak kukasih kan sama si Huma semua, kadang kukasih dia tiga ratus ribu sebulan kadang juga lima ratus ribu, untuk peganganku pun sama lima ratus juga, tapi cepat kali habis uang dia, entah apa yang di belik.

Sisa gajiku kuamankan di rekening pribadiku, tanpa sepengetahuan dia, bisa habis sama dia tu, andai dia tahu gajiku yang sebenarnya, aku mengaku padanya kalau aku hanya staf biasa.

Aku sudah sangat muak berumah tangga dengan dia, apalagi sekarang makin kucel saja kutengok, kulit pun hitam dan kusam, beda dengan Laras udah cantik pintar cari uang pulak, kalo aku jadi suami dia mantap kali lah tu, tak usahlah kukasih uang belanja.

Tak ada nyesal sama sekali sudah kutalak si Huma, sudah tersedia ganti yang lebih baik lagi.

Hubunganku dengan si Laras belum terlalu lama sebenarnya, ada jalan dua bulan-an lah, entah macam mana awal mulanya, akhirnya kami berpacaran, dia hanya karyawan biasa ditempat aku bekerja, tapi perhatian, dan kecantikannya yang membuatku tergoda, dan dia pun tau aku sudah beristri.

Hari tu nekat pula si Laras datang kerumahku, amang tahe, mati aku , dag dig dug der hatiku dibuatnya bisa ancor dunia percintaan.

Warga pun kurang asem kali mereka itu, macam tak suka tengok orang senang, habis aku dicaci-maki para tetangga yang kepo itu.

Si Huma entah kemana dia pigi, tak peduli aku, aku malah bisa lebih leluasa bisa bersama si Laras.

Seminggu sudah sejak kejadian si Huma minggat,  aku kerja seperti biasanya, terkadang kupikir susah juga ga ada si Huma, rumah berantakan, makanan tak ada, walaupun ga ada enak-enak nya masakan dia, masih bisa ganjal perut ku yang kelaparan, baju-baju pun tak ada yang nyucikan, terpaksa aku harus ke laundry, makanan pun sering beli jadi, pusing kepalaku, tekor juga lama-lama kalau begini.

Tak sabar pengen cepat-cepat kuresmikan dengan si Laras,  tak sanggup aku begini terus apalagi dia udah hamil duluan. Mana surat cerai masih belum kelar-kelar juga.

Kriing....

"Pucuk dicinta ulam pun tiba, Pas pula dia telpon, memang jodoh kami ini," batinku

"Halo, apa sayang? "

"O iya, dimana? Oh oke siap meluncur," lalu segera aku pergi sambil menyambar kunci motor dan siap berangkat menjemput Laras di kost an nya.

"Ada apa suruh Abang kemari, Dek?" ucapku setelah sampai di kost an Laras.

"Lapar Bang, kita makan yuk!" ajaknya, tumben ngajak makan pikirku.

"Memang kamu masak apa Dek, masakin spesial buat Abang ya?" ucapku dengan senyum yang merekah.

"Bukanlah Bang, maksudku Kita makan diluar," ucapnya.

"Kalo lapar kan tinggal masak aja gak susah kali pun" ucapku kesal

"Jangan pelit-pelit lah sama calon bini Bang," ucapnya lagi

Akhirnya aku pun mengalah mengikuti keinginan Laras, kulangkahkan kaki ini dengan sedikit terpaksa menuju rumah makan Padang langganan kami.

Pacaran dengan si Laras banyak kali keluar uangku, mulai dari makan, shopping baju-baju dia, salon, belum lagi biaya kebutuhanku sendiri seperti makan sehari-hari, laundry  dan lain-lain.

Baru pertengahan bulan uang gajiku sudah hampir habis, waktu aku masih sama si Huma bisa kutabungkan uangku sebanyak delapan puluh persen dari total gajiku sebagai manager keuangan.

Kalo aku pikir-pikir lebih banyak ruginya aku berhubungan dengan si Laras, hanya nikmat itu saja yang aku dapat, lainnya zonk.

Mau mundur pun tak mungkin lagi sudah terlanjur hamil duluan dia, itu pun cuma sekali kubuat.

Flashback on

Malam itu ketika kuantar si Laras pulang ke kost an nya, dia menyuguhiku cemilan dan teh manis, aku duduk-duduk di ruang tamunya yang hanya beralaskan karpet, aku menunggu nya selesai mandi sambil bermain hp.

Selesai mandi dia menghampiriku dengan hanya menggunakan handuk yang pendek, dengan rambut yang masih basah, wangi harum menyeruak dari tubuhnya yang baru saja mandi,  berjalan berlenggak lenggok, menuju kamar hendak  berganti  baju, namun ia harus  melewati ruang tamu  menuju kamarnya, karena tempatnya yang sangat sempit, antara ruang tamu dan kamar hanya dibatasi triplek tipis dan lemari yang disusun,, menuju kamarnya pun tanpa pintu.

Melihat ku bengong, ia malah menghampiriku, membuat jantung  awak hampir copot. Tanpa kata-kata hanya mata saling memandang, aku pun berdiri menyambutnya, menyentuh wajahnya lalu kuke*up bibi*nya dengan ga*rah dan penuh na*fsu, suasana di luar hujan begitu derasnya seakan ikut mendukung dua insan yang sedang di mabuk asmara, akhirnya kami pun melakukannya dengan segenap cinta sepenuh jiwa raga.

Flashback off

Rencanaku setelah menikah akan kuboyong istriku ke Kisaran, tapi sayang kali kerjaanku jika kutinggal, orang Mamak di kampung udah kangen kali katanya, kalo mamak yang kesini kasian, jauh kali perjalanan, jangankan yang jauh yang dekat pun mamak suka mabuk perjalanan.

Sudah dua kali aku menikah, tak pernah jumpa pun orang mamak sama mantu-mantunya, waktu baru-baru menikah  sama  si  Huma  ada beliau telpon, entah apa pun yang diomongi, akrab kali kutengok.

Kalau mamak tau aku menikah lagi bisa mengamuk dia, ah aku belum siap jika harus jujur sekarang, tunggu nanti lah begitu anakku lahir baru aku kasih kejutan, akan ada penerus marga Butarbutar sesuai harapannya, karena dirumah aku lah penerus marga karena tiga orang kakakku perempuan semua.

Ayah sudah almarhum setahun sebelum aku merantau ke Kota ini, dengan berbekal ijazah S1 jurusan Akuntansi aku mengadu nasib di kota Jakarta ini, sementara aku numpang tinggal di rumah Namboru, setelah melamar kesana kemari akhirnya aku diterima menjadi karyawan biasa bagian gudang, tak apalah yang penting dapat gaji, pikirku.

Awal aku berjumpa dengan si Huma pun disini juga, dia sudah bekerja duluan, dia kerja di catering perusahaan, sering ku goda dia, akhirnya kami jadian dan menikah.

Setelah menikah, tak kuizinkan lagi si Huma kerja, malu lah satu kerjaan suami istri, biarlah aku yang kerja, dia urusan rumah.

Setahun setelah menikah ada lowongan di bagian manager keuangan aku pun mencoba untuk berbicara dengan atasan untuk ikut seleksi, mana tau masuk ya kan?

Aku kan lulusan Akuntansi, apalagi IPK ku termasuk tinggi, dengan berbagai tes akhirnya aku pun lulus, ini sengaja kusembunyikan dari si Huma, biarlah aku masih dianggap nya masih menjadi staf biasa, biar jangan terlalu banyak nuntut dia, uang gajiku kan aman kalo gini. Bisa aku simpan di rekening pribadiku, kalo orang kampung butuh tinggal kirim. Mantap!

NEXT

Hai teman-teman, terimakasih sudah mampir di ceritaku ya,

Ditunggu like dan komentar serta kritik dan sarannya ya teman-teman,

Dukung terus karya-karya Othor ya? biar Othor semangat lagi up nya,

Jangan lupa juga untuk subscribe dan juga follow akun Othor ya,

Terimakasih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status