Share

Bab 6 Melarikan Diri Bersama Tetangga Menyebalkan

Mendengar itu Yoona melirik tajam ke arah Dante. "Apa maksud kamu berdecak seperti itu?!" Yoona masih menatap wajah Dante dengan tatapan tajam dan menghunus.

"Sepertinya Kamu senang sekali tidak jadi menikah dengan pria itu?" Dante mengangkat sudut bibirnya.

"Siapa? Yang tadi?" tanya Yoona memastikan siapa orang yang dibicarakan oleh pria di hadapannya ini.

"Iya. Dia yang menjemputmu di Jakarta bukan?" Dante masih ingat saat tidak sengaja melihat gadis di depannya ini pergi dengan pria yang mengejar mereka tadi.

"Dari mana kamu tahu, apa kamu menguntit?!" tuduh Yoona dengan lirikan tajam. Yoona sendiri bingung mau disebut keberuntungan atau malapetaka bisa bertemu dengan pria ini di Bandung. Apa memang benar adanya jika dunia ternyata hanya selebar daun kelor. Jika tidak mengapa dia bisa bertemu dengan pria menyebalkan ini.

"Aku, menguntit!" Dante menunjuk dirinya sendiri. "Cih, kamu pikir kota ini milikmu?! Enak saja aku di bilang penguntit!" Dante memandang wajah Yoona dengan intens. "atau jangan-jangan, Kamu yang menguntitku?" dengusnya tanpa mengalihkan pandangan dari Yoona.

"Apa! Aku? Gila kali! Jangan bermimpi!" elaknya memalingkan wajah dari pria dihadapannya. Saat itulah Yoona tahu bahwa mereka sudah sangat jauh dari kota Bandung. Bahkan Yoona sudah tidak tahu mereka ada di mana.

"Tunggu, ini di mana? Aku mau turun!" Yoona meraba seluruh tubuhnya mencari sesuatu, "Dompet aku mana? Aarrgghh! bagaimana aku bisa pulang ke Jakarta!!" Yoona terus berteriak di atas mobil pick up.

Sementara pria yang bernama Dante terus saja memperhatikan pergerakan wanita yang menurutnya sangat berisik dengan bibir yang mengejek.

"Kenapa kamu sesantai itu, heh?!" tanyanya dengan dengan nada memekik, "apa kamu tahu kita akan dibawa kemana oleh sopir ini? Kenapa kamu santai sekali?!" Yoona semakin jengkel karena pertanyaan semakin di acuhkan oleh pria yang kini malah sudah membaringkan tubuhnya dengan tangan sebagai alas kepalanya.

Tak lama Yoona mendengar suara ponselnya berbunyi. Dengan perhatian penuh ia mencari sumber suara tersebut. Warna kulit dari dompetnya yang hampir sama dengan lantai mobil membuatnya memfokuskan matanya pada setiap permukaan lantai, dan ternyata dompet itu tepat di sisi kanan ia duduk. 

Dompet itu berada di sudut dinding bagian belakang mobil, dengan posisi berdiri dan menempel pada dinding mobil. Jelas saja Yoona tidak dapat melihatnya ditambah senja yang mulai menyingsing.

Ponsel Yoona kembali berbunyi mencari perhatiannya. Dengan gerakan cepat ia melihat layar ponsel yang menunjukkan nama Ayahnya.

'Ahh...! gimana nih, aku gak mau nikah sama dia! Kenapa ayah sekejam itu sih?!' Yoona menghentak-hentakkan kakinya. Suara dentingan dari heels yang digunakan oleh Yoona membuat mata Dante terbuka dengan sorot mata yang tajam.

"Apa kamu tidak bisa jika tidak berisik?!" hardik Dante. Masalahnya tempat di mana Yoona menghentak kakinya tak jauh dari sana kuping Dante berada.

Mendengar bentakan keras dari Dante, membuat Yoona semakin berteriak, "Huaaaaaa... Ini semua gara-gara Kamu, jika aku tidak menarikmu mana mungkin ayah mengira bahwa Kamu adalah kekasihku.. huaaaa.. kenapa ketidak adilan ini selalu datang padaku, Tuhan...!!"

Dante menutup telinganya agar suara berisik Yoona yang memekakkan telinga bisa ia hindari.

Melihat keacuhan Dante membuat Yoona murka. Dengan gerakan cepat Yoona melangkahkan dengkulnya kearah Dante dengan kepalan tangan yang sudah siap ia tikam pada pria itu.

"Kenapa kamu sesantai ini, heh? kita sudah ada di mana?!" Yoona memukuli tubuh Dante dengan membabi buta, "kenapa Kamu diam saja. Kita ada di mana?! Aku mau turun...!!" Yoona masih terus memukuli tubuh Dante.

Sebenarnya pukulan Yoona tidak lebih dari kilitikan untuk Dante, tapi teriakan Yoona lah yang membuat kupingnya sakit. Dengan mata tertutup Dante menggenggam tangan Yoona yang sudah siap kembali memukulnya dan sedikit menarik tangan itu.

Yoona yang tidak siap malah menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Dante. Dengan cepat ia mengangkat tubuhnya, tapi guncangan dari mobil malah membuat tubuhnya kembali menghantam tubuh Dante. Bahkan sialnya bibirnya mendarat sempurna di atas bibir pria itu yang sedikit merona seolah memakai pewarna. Debaran jantung Yoona sudah tidak bisa terkontrol lagi. Apa lagi ketika ia merasa lidah pria itu yang sudah mulai mencari lidahnya.

'Apa yang dia lakukan?' tanya Yoona yang hanya dapat terucap dalam benaknya.

Dante yang merasakan benda hangat dan kenyal sedikit membuka bibirnya, satu kelopak bibir Yoona lolos di antara bibir Dante yang terbuka. Merasakan itu Dante mulai membuka matanya, betapa terkejutnya dia ternyata dirinya sedang mengulum bibir wanita yang menindih tubuhnya. Dengan satu tangan yang bebas Dante menahan tengkuk Yoona agar wanita itu tidak menjauhkan wajahnya.

Entah keberanian dari mana Dante malah memperdalam se sapannya. Seolah tidak ada penolakan Dante semakin kuat menyesap apapun yang ada di sana. Di luar prediksinya Yoona malah membalas setiap lumatan dan sesapan bertubi-tubi yang ia berikan. Dante menjelajah isi dalam mulut Yoona yang manis dan memabukkan. Mereka terhanyut dalam permainan dua benda lunak yang dapat membangkitkan gairah. Terutama bagi Dante yang seolah merasa hidup kembali setelah sekian lama seakan mati.

Mobil yang tiba-tiba berhenti karena lampu merah membuat kesadaran mereka kembali hanya dalam hitungan detik. Bukan hanya itu, suara klakson di sekitar mereka ikut andil dalam terhentinya aktivitas yang tengah mereka lakukan.

Dengan gerakan cepat Yoona mengangkat tubuhnya dengan wajah nyaris seluruhnya merona. Begitupun dengan Dante, pria itu bahkan seolah tidak terjadi apapun.

"Ehem! Thanks—" Dante menjeda ucapanya, "Aku tidak akan minta maaf atas apa yang terjadi," ucapnya datar. Bahkan pria itu tidak memandang Yoona.

'Apa dia bilang, thanks!! Setelah—Ohh damn. Lebih sialnya lagi kenapa aku bisa tergoda hanya dengan sentuhan bibirnya yang tidak terduga itu. Bodoh kamu Yoona...' ucapnya dalam hati yang tak henti memaki diri sendiri.

Entah mendapat angin dari mana Yoona menatap wajah Dente dengan berang. "Apa? Thanks Kamu bilang?! Pintar sekali kamu memanfaatkan keadaan wanita yang tidak berdaya!!" tuding Yoona dengan mata yang hampir keluar.

Melihat tingkah wanita di hadapannya ini hanya membuat Dante mendengus dengan kasar. "Aku hanya menikmati apa yang Tuhan suguhkan. Lagi pula itu setimpal dengan apa yang telah kamu lakukan padaku," sanggahnya dengan nada sedikit mencemooh. "Kau bisa mengambilnya lagi jika kau mau," uajarnya lagi dengan seringai licik.

Mendengar itu Yoona hanya bisa mengeram dengan tangan seolah mau mencekik Dante hidup-hidup, bahkan mata hampir melompat dengan gigi yang beradu. 'Ingin rasanya aku membunuhnya saat ini juga,' batinnya memaki hebat. Di tengah kemarahannya yang tertahan di tenggorokan, ponsel Yoona kembali berbunyi.

Yoona menurunkan lengan yang hendak mencekik Dante dan langsung menyambar ponselnya. Tertera nama Bunda di sana. Yoona hanya bisa menggigit bibir bawahnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Masalah ...," gumamnya.

***

Salam sayang Buenda Vania ...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nini
ribet deh ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status