Share

Part 6. Mengasihi Anak Jalanan.

"Ayooo kejar Ranggaa... Tendaaang..!! Hahha.. kamu hebat juga..!" Mohzan menyoraki Rangga yang sedang bermain dilapangan bola. Rangga yang baru saja berhasil menjebol gawang lawan nampak tertawa bahagia. Ia mengacungkan jempol tangannya kepada Mohzan yang terus memberi semangat dipinggir lapangan. Anak itu baru berumur 13 tahun, kemampuannya bermain bola sudah diatas rata-rata teman sebayanya.

Kesebelasan Rangga nampak berpelukan ditengah lapangan. Wasit meniup pluit dan permainan bola kembali dimulai.

Sekarang bola dikuasai oleh adit kesebelasan lawan. Adit mengoper kepada Ryan.

"Oper kembali ke Adit Yaaan...! Ya ya begitu.... Tendang Diiiit...!!! Hahhaha gooool...!!!" Mohzan berteriak senang melihat adik-adik angkatnya bermain.

Kedua kesebelasan bermain penuh semangat. Keringat membanjiri tubuh kecil mereka. Mohzan kemudian memberi isyarat untuk menyudahi permainan. Anak-anak dari kedua kesebelasan itu membubarkan diri dan berlari mengerumuni Mohzan yang nampak membagikan minuman.

"Kalian semakin hebat..!" Puji Mohzan pada mereka.

"Iyalah.. adik siapa dulu..!" Sahut Jery menepuk dada sambil mulutnya di monyongkan kearah Mohzan.

"Adik siapa..?" Tanya Mohzan

"Ya adik Bang Mohzan lah.." Jawab mereka hampir serempak.

Mohzan tertawa senang. Ia bahagia melihat anak-anak yang tidak punya keluarga itu nampak begitu akur dan kompak.

"Udah pada makan ?" Tanya Mohzan.

Mendapat pertanyaan seperti ini sontak membuat wajah mereka berseri. Itu tandanya abang mereka akan membelikan makanan atau setidaknya kue.

"Belum Baang..!" Jawab mereka lagi-lagi kompak.

"Ooh." Jawab Mohzan pendek.

"Lho Abang kok jawabnya oooh doang ?" Si kecil Yuda bertanya sambil menatap harap pada Mohzan.

"Lha Abang kan cuma nanya." Jawab Mohzan menggoda mereka semua.

"Abaang..!! Ayolah beli makanan Bang. Kami laper nih.. Tapi Abang Mohzan ada duit gak..?" Riuh rendah pertanyaan dan pernyataan anak-anak itu datang bersahutan.

Mohzan kembali melebarkan senyumannya.

"Ya Abang ada duitlah." Jawab Mohzan sekenanya terus menggoda para anak jalanan yang tiada berayah ibu itu.

"Kalau gitu kita beli bakso ya Bang.., tuh disana baksonya enak banget Baaang..!" Adit merayu Mohzan dengan gayanya yang lucu.

"Ya udah, abang kesana dulu makan baksonya. Kalian tunggu disini ya !" Sahut Mohzan yang belum puas menggoda mereka.

"Nah loh, Abang kok makan baksonya sendirian..?" Tanya Adit sambil menahan air liurnya yang sudah mulai menetes. Kenikmatan bakso sudah menggoda lidahnya.

"Kan Abang mau nyobain, apa bener bakso disana enak." Jawab Mohzan masih berkilah.

"Trus Abang balik lagi kesini..?" Tanya Yuda polos.

"Abang langsung pulang." Jawab Mohzan mulai cekikikan.

"Abang jahaaat..!" Seru mereka bersamaan. Mohzan kembali tertawa senang melihat tingkah manja mereka.

"Hahaha..., Ya udah, sekarang kita beli bakso ya..!" Ujar Mohzan akhirnya menyudahi gurauannya pada anak-anak itu.

"Horeeeee...!!!" Anak-anak itu bersorak sambil menari-nari.

"Eit, tapi ada syarat...!" Mohzan memainkan telunjuk didepan wajahnya.

"Udah tahuuuu..!" Sahut mereka kembali serempak.

"Apa..?" Jawab Mohzan memasang wajah pura-pura serius.

"Pertama bagi anak yang muslim tidak boleh meninggalkan sholat dan yang beragama lain beribadah menurut keyakinan masing-masing..!" Ujar Rangga lancar dan tegas seperti membaca Pancasila.

"Terus..?" Tanya Mohzan.

"Kedua abis makan harus belajar..!" Giliran Egi yang buka suara.

"Hahahaha... Kalian memang adik-adik Abang yang pintar..!" Seru Mohzan.

"Ya iyalah, adik siapa dulu...!" Jery kembali membusungkan dadanya.

"Adik siapa..?" Mohzan kembali bertanya.

"Aah.... Abang nanya nya muter-muter mulu.. makan baksonya kapan Bang !" Seru Yuda kecil mulai merengek memegang lengan Mohzan. Bajunya yang kotor menodai lengan baju Mohzan. Tapi Mohzan sudah terbiasa dengan semua itu. Cinta kasihnya pada anak gelandangan melebihi apapun. Maka dari itu ia tidak pernah marah kalaupun anak-anak itu mengotori bajunya.

"Hahaaha.., ayo sekarang kita makan bakso !" Teriak Mohzan kemudian. Ia kasihan terlalu lama menggoda anak-anak  yang nampak mulai sudah tidak sabaran.

Mohzan mulai melangkah diiringi puluhan anak-anak yang bersorak riang gembira dibelakangnya. Bagaikan orang yang mau berangkat melakukan demontrasi, mereka tidak hentinya bersorak dan kadang berorasi. Tawa cekikikan mereka terdengar lepas tanpa beban. Rombongan mereka jadi perhatian orang yang lalu lalang dijalan itu. Tapi mereka tetap tertawa dan bergembira.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah ruko yang bertuliskan "Bakso Mas Kumis". Mereka langsung merengsek masuk kedalam ruko dan berebut menduduki kursi. Suara mereka yang bising menjadi perhatian beberapa tamu yang sedang menikmati bakso disana.

Seorang laki-laki yang sepertinya adalah penjaga usaha bakso itu nampak kaget melihat puluhan anak-anak jalanan sudah memenuhi ruko tempat usaha bakso yang dijaganya. Sebagian besar mereka tidak mendapat tempat duduk dan memilih duduk dilantai.

Lelaki itu bergegas memberi tahu Bosnya yang berada dilantai atas ruko tersebut.

"Pak, ada puluhan anak jalanan menyerbu kesini !" Ia melapor.

"Puluhan anak jalanan..? Mau apa mereka ?" Jawab lelaki berkumis dan berbadan sedikit tambun yang ternyata pemilik usaha bakso bertanya heran.

"Katanya mau beli bakso Pak. Tapi saya khawatir nanti mereka tidak mampu bayar. Makanya saya bertanya kepada Bapak dulu. Jumlahnya puluhan orang Pak." Lapor si lelaki penjaga usaha bakso nampak khawatir.

Pak Kumis nampak gusar. Ia bergegas turun kelantai bawah tempat usaha baksonya berada.

"Ada apa ini..?" Tanya Pak Kumis alias Bos bakso nampak semakin gusar melihat begitu banyak anak jalanan disana. Mereka semua nampak memenuhi ruangan tempat usahanya.

"Kami mau beli bakso Paaaaak..!!!!" Teriak mereka lagi-lagi serempak. Suara mereka bagaikan paduan suara yang sudah terlatih.

"Eh tidak...tidak... Pergi kalian semua dari sini..!" Bentak si Kumis mengusir.

"Nah loh, kami kok diusir.. kami mau beli Pak. Bukannya mau minta atau nodong!" Protes Arya yang paling besar diantara mereka. Arya berumur sekitar 16 tahun. Ia tidak terima mereka diperlakukan seperti itu.

"Anak jalanan busuk dekil, aku tidak butuh uang kalian. Pergi... Pergiiii.! Teriak si Kumis mulai mendorong mereka satu persatu keluar.

"Pak, anak-anak ini mau makan bakso, mengapa diusir ?" Mohzan bangkit dari duduknya lalu mendekati si Kumis dan mengajukan protes. Lelaki berkumis menoleh kepada orang yang barusan bicara padanya.

"Apakah orang kaya saja yang boleh makan disini..?" Sambung Mohzan.

"Eh.. ka kaamu Nak Mohzan." Ujar Pak Kumis gugup begitu ia beradu pandang dengan Mohzan. Ia mengenali Mohzan karena kepopulerannya yang terkenal sebagai manusia komputer. Kedua putrinya juga menjadi salah satu pelajar yang selalu datang berguru kepada remaja yang kini berdiri tepat dihadapannya itu.

"Jangan begitu Pak, kasihanilah mereka. Mereka tidak punya orang tua dan sanak saudara. Berikanlah apa yang mereka pinta. Saya yang akan membayarnya !" Ujar Mohzan tegas tapi sopan.

"Iii iya... Silahkan duduk..!" Pak Kumis nampak malu karena sikapnya yang telah merendahkan anak-anak jalanan. Dirinya merasa tertampar oleh sosok muda yang mempunyai jiwa pengasih melebihi dirinya yang lebih tua.

"Maafkan Bapak..!" Ujar Pak Kumis sportif.

Mohzan mengangguk sambil tersenyum. Lalu ia memanggil kembali sebagian anak-anak yang sudah berdiri diluar ruko karena tadi diusir oleh Pak Kumis. Ada sekitar tiga puluhan anak kemudian menerima masing-masing semangkuk bakso. Mereka nampak makan dengan lahap. Mohzan berada diantara mereka ikut menikmati bakso bersama. Canda tawa mereka riuh rendah dan menjadi perhatian para tamu lain di ruko itu.

Lelaki berkumis memandang dengan haru. Air matanya tergenang melihat ketulusan dan kesabaran Mohzan melayani anak-anak terlantar itu.

"Pantas Allah memberinya banyak kelebihan. Itu karena ia mempunyai hati yang sangat penyayang." Desahnya dalam keharuan hatinya.

Setelah selesai menyantap semangkuk bakso, anak-anak itu nampak puas dan kenyang. Suara sendawa mereka terdengar bersahutan.

"Sudah selesai semua..?" Tanya Mohzan.

"Sudah Baaang...!!" Suara paduan suara kembali bergema.

"Ya sudah, sekarang bubar dan keluar dengan tertib. Tunggu Abang diluar." Mohzan memberi komando. Anak-anak itu mematuhi perintah Mohzan. Mereka beriringan keluar dan berkumpul dihalaman ruko.

Mohzan mendekati kasir dan bermaksud membayar semua harga bakso yang telah dimakan oleh adik-adik angkatnya.

Kasir mulai menghitung kemudian membacakan sebuah angka total uang yang harus dibayar. Mohzan merogoh tas kecil yang terselempang didadanya. Dia lalu menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu kepada kasir.

"Potong separo saja. Yang separo lagi biar Bapak yang bayar." Ujar seorang Bapak yang antri persis dibelakang Mohzan. Mohzan menoleh kepada Bapak itu, dan Bapak itu mengangguk sambil tersenyum. "Izinkan Bapak ikut berpartisipasi !" Ujar Bapak itu yang ternyata adalah salah satu tamu yang juga sedang makan bakso disana bersama istri dan seorang putri mereka. Si Bapak tersentuh hatinya melihat apa yang dilakukan Mohzan kepada anak-anak jalanan itu.

"Terima kasih Pak..!" Ujar Mohzan sambil menundukkan kepalanya memberi hormat. Bapak itu tersenyum haru membalas sikap santun Mohzan. Tangannya lalu meraba dan sedikit mengusap kepala Mohzan dan dengan suara serak ia berkata " kamu baik sekali Nak. Semoga rejekimu melimpah dan selalu dalam lindungan Allah."

"Terima kasih Pak. Semoga Bapak dan seluruh keluarga juga selalu bahagia." Mohzan membalas doa Bapak yang baik hati itu.

Setelah menerima kembalian uang Mohzan segera pergi meninggalkan ruko itu diikuti anak-anak jalanan yang terus saja bersorak dibelakangnya.

Beberapa pasang mata berlinang mengiringi langkah Mohzan dan tiga puluhan orang anak jalanan yang mengikutinya dari belakang.

Sikap Mohzan telah mengetuk banyak pintu hati.

*********

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Trisno Honda MAJU UNGARAN
sudah 22th ... kmna cerita kluarga besar nya... logika nya... saat suami desma pulang kerja tak mndapati istrinya apa tak mncari dan selama 22th masak g ada ceritanya suaminya mncari istri nya... wah cerita cma sepihak. jadi ingat waktu aq kelas 3 SD dikasih PR mengarang. dalam pelajaran BI...
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
anak jalanan Anak gaul
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status