Mag-log inMendengar ucapan Nazar, Samudra marah sampai memanyunkan bibirnya. Sok berbicara tentang moral dan kebajikan, tetapi ujung-ujungnya tetap ingin menjual dan membagi hasilnya. Benar-benar tidak tahu malu!Ewan juga agak tergoda. Peti itu bernilai 100 triliun. Kalau dijual, 50 triliun akan langsung masuk ke kantongnya.Harus diketahui, 99% orang di dunia ini seumur hidup tidak akan pernah menghasilkan 50 triliun. Dengan uang sebanyak itu, Ewan bisa menjadi salah satu orang terkaya.Setelah merenung sebentar, Ewan menghela napas panjang. "Sudahlah, lupakan saja!""Kenapa?" Nazar bingung.Ewan berkata, "Kita datang ke Gunung Nabesar kali ini sudah mendapat banyak hal. Jangan lagi memikirkan peti itu.""Peti itu langka, jelas layak disebut sebagai harta nasional. Nanti akan kuperintahkan orang-orang Aula Raja Maut untuk datang dan mengangkut peti itu, lalu menyerahkannya kepada negara."Nazar terlihat agak tidak rela. "Bocah, pikirkan baik-baik. Itu bukan cuma sebuah peti, itu adalah kekayaa
Ewan bertanya-tanya, mengapa Tarsa harus memberi dirinya sebuah kaldron perunggu?Selain itu, meskipun kecil, berat kaldron perunggu itu luar biasa, sama sekali tidak masuk akal. Siapa pun yang pernah belajar fisika tahu, densitas perunggu bahkan tidak lebih tinggi daripada emas. Artinya, bahkan kalau sebuah kaldron dibuat dari emas murni, beratnya pun mustahil mencapai 1.000 kilogram.Lantas, mengapa kaldron ini begitu berat?"Eh, ada tulisan di dasar kotaknya!" Nazar tiba-tiba berseru.Ewan menunduk melihat. Benar saja, di dasar kotak itu terukir beberapa baris tulisan, dengan goresan khas Tarsa.[ Ewan, simpanlah Kaldron Kosmik ini baik-baik. Kelak akan sangat berguna bagimu. ]Kaldron Kosmik? Namanya terdengar sangat keren."Tua Bangka, kamu pernah dengar tentang Kaldron Kosmik?" tanya Ewan.Nazar menggeleng. "Nggak pernah."Ewan memegang Kaldron Kosmik di telapak tangan, memeriksanya lama, tetapi tidak menemukan apa pun yang istimewa. Ini membuatnya semakin bingung."Sebuah kaldro
Ewan juga merasa penasaran. Kira-kira apa hadiah pertemuan yang diberikan Tarsa kepadanya?Walaupun belum membuka kotaknya, dia tahu bahwa isinya pasti luar biasa. Bagaimanapun juga, dengan identitas setinggi Tarsa, mustahil memberikan sesuatu yang murahan.Ewan membungkuk, bersiap mengambil kotak kayu itu, tetapi ekspresinya tiba-tiba berubah aneh."Bocah, kenapa buang-buang waktu? Cepat ambil!" Nazar mendesak dengan tidak sabar."Dasar orang tua, kamu buru-buru sekali, ya sudah kamu ambil sendiri!" kata Ewan, lalu mundur dua langkah.Nazar maju, memegang kotak kayu itu dengan kedua tangan, ingin mengangkatnya keluar. Namun, pada detik berikutnya, ekspresinya langsung berubah."Kenapa lama sekali? Cepat keluarin dong!" Ewan tertawa di sampingnya."Hmph! Jangan kira aku nggak bisa angkat!" Nazar mengerahkan tenaga, tetapi kotak itu sama sekali tidak bergerak."Arrghh!" Nazar berteriak sambil mengerahkan seluruh kekuatannya. Wajahnya memerah, urat di dahinya menonjol, tetapi kotak itu t
Ternyata, Tarsa benar-benar sosok setingkat dewa.Sepuluh menit kemudian, Nazar membuka matanya, lalu tertawa keras. "Hahahaha! Semua lukaku sembuh total!"Nazar bangkit, gembira sampai menari-nari seperti anak kecil.Ewan dan Samudra juga ikut senang."Dasar bocah, kukasih peringatan ya, jangan seenaknya tindas aku lagi. Kalau kamu macam-macam, bakal kupukul!" ujar Nazar. Selesai berbicara, aura kuat langsung memancar dari tubuhnya.Energi murni! Hati Ewan bergetar.Nazar tertawa bangga. "Pil Ekstasi yang ditinggalkan oleh leluhur bukan cuma menyembuhkan luka balasan hukum langit di tubuhku, tapi juga membantuku menembus batas dan memahami energi murni.""Sayang, Barry nggak ada di depan mata. Kalau ada, sudah aku tampar sampai terbang! Sekarang aku baru benar-benar paham, ahli tingkat tinggi itu memang kesepian!"'Sok keren!' Ewan memandang Nazar dengan jijik."Oh ya, leluhur bilang juga meninggalkan hadiah untuk kalian berdua. Sudah ketemu belum?" tanya Nazar."Jelas belum! Dari tad
Setelah membaca tulisan di dinding batu itu, hati Ewan dipenuhi guncangan besar. Dia berseru kagum, "Master Tarsa ternyata sudah menghitung sejak ribuan tahun lalu bahwa kita akan datang ke sini. Benar-benar hebat!""Kamu harus tahu siapa Master Tarsa itu," balas Nazar dengan bangga. "Beliau bukan hanya pendiri Akademi Nagendra, tapi juga satu-satunya dari Akademi Nagendra yang berhasil menjadi dewa.""Paman, apa benar di dunia ini ada dewa?" tanya Samudra."Kalau nggak ada dewa, dari mana datangnya semua legenda sejak zaman kuno?" kata Nazar. "Aku yakin leluhur kita benar-benar menjadi dewa.""Tua Bangka, Master Tarsa bilang 'semoga berjodoh dan bertemu kembali.' Apa maksudnya?" tanya Ewan. "Apa kita akan bertemu dia nanti?""Mungkin saja suatu hari, kita benar-benar akan bertemu leluhur." Nazar menatap sekeliling dinding batu. Wajahnya penuh kebingungan. "Aneh, katanya meninggalkan satu benda untuk membantuku melewati bencana hidup dan mati. Benda itu di mana?""Benar, leluhur juga b
Baru selesai berbicara, Nazar jatuh terduduk ke tanah. Darah segar menyembur dari mulutnya."Tua Bangka!" Ewan terkejut dan segera meraih pergelangan tangan Nazar. Jantungnya bergetar.Nazar sudah tidak bisa bertahan lagi!"Jimat Perpanjangan Hidup paling lama hanya bisa bertahan empat jam. Aku sudah memakai Teknik Rahasia Mandat Langit dan juga Ajaran Lima Petir. Sekarang aku benar-benar sudah seperti lampu yang hampir padam." Wajah Nazar pucat pasi, suaranya lemah."Paman ...." Samudra berlutut di depannya dengan mata berkaca-kaca."Hidup, tua, sakit, mati .... Semua manusia akan mengalaminya. Nggak ada yang bisa lolos. Bisa menemukan Pedang Mahaguru, aku sudah nggak punya penyesalan."Nazar tersenyum, lalu mulai memberi pesan terakhirnya. "Samudra, mulai hari ini, kamu yang jaga Pedang Mahaguru dan Segel Mahaguru.""Teknik Rahasia Ajaran Lima Petir sudah kutulis dan kutaruh di bawah bantal di kamarku. Nanti kamu ikuti tekniknya dan berlatih. Semoga cepat berhasil. Selain itu, jabata







