Dan tahu apa yang terjadi kemudian? Mama malah memarahi Yoka.
"Yoka, kamu itu dikasih tahu orang tua malah jawabannya seperti itu. Hargai dong, Om Jaya yang sudah susah payah mau memasukkanmu bekerja di perusahaan bonafide!" Terlihat sekali kalau Mama lebih membela 'kenalan prianya,' itu .... "Yoka ... memasuki dunia kerja, skill penjilat itu memang dibutuhkan banget. Om juga awalnya kaget. Sama seperti kamu yang belum punya pengalaman di dunia kerja. Tapi itu dulu. Yoka tahu tidak? Jadi orang idealis dan benar di suatu perusahaan malah kelihatan aneh. Lebih seram dari pada hantu. Percayalah, Om bisa berbicara seperti ini karena Om sudah berpengalaman dan Om juga sukses," oceh Jaya Kumara dengan sombong. Sambil melihat ke arah Mama dengan tatapan aneh. Seperti ada genit-genitnya gitu. "Oke, Om Jaya, karena saya menghargai Mama. Terima kasih masukan dan nasehatnya. Tapi sepertinya saya akan berusaha dulu sendiri untuk mendapatkan pekerjaan tanpa bantuan orang lain. Saya rasa saya bisa," balas Yoka. Yolan mengangguk demi membela Abangnya yang terkesan direndahkan oleh Jaya Kumara. Andai Mamanya sadar diri. Dan ngeh dengan ucapan Jaya Kumara tadi. Hananti terlihat cemberut. Apa lagi kemudian Yoka, Putra Sulungnya mengajak cepat-cepat pulang. Jaya Kumara dengan gaya angkuh memberi tahu arah jalan yang harus dituju Yoka untuk sampai ke alamat mereka. Yoka hanya mengangguk tanpa bicara. Jaya Kumara masih menumpang mobil yang dikendarai Yoka untuk di drop ke suatu lokasi sebelum Yoka melanjutkan perjalanan pulang dengan Hananti dan Yolan. Yolan melengos saat Jaya Kumara turun dari mobil dan menyalami Mamanya. Karena sudah curiga, semua gerak-gerik Mama dan Jaya Kumara tak luput dari pengamatan Yolan. Tangan nakal Jaya Kumara lama menggenggam tangan Mamanya. "Eheeem. Tangan-tangan ... kondisikan!" seru Yolan. Jaya Kumara pun menarik tangan yang bak magnet menempel besi dengan tangan Mamanya. "Apaan sih, Yolan. Nggak sopan," bisik Mamanya dengan raut merah jambu melepas Jaya Kumara. "Najis!" batin Yolan dalam hati. *** Suatu hari setelah sebulan Papa Yolan melarang Mamanya keluar dengan segala kegiatannya, Hananti mengajak Yolan bertemu seseorang. "Mau ke mana, Ma?" tanya Papa. "Mau ngajak Yolan ketemuan dengan seseorang, siapa tahu mereka berjodoh," jawab Mama segitunya. "Seolah-olah tidak ada cowok yang melirikku," batin Yolan ngenes. "Padahal aku ingin fokus dengan kuliah sampai wisuda dan mendapat pekerjaan dengan mudah." Akhir-akhir ini Mama sering membandingkan Yolan dengan Yoni Kakaknya yang katanya sangat berprestasi. Padahal Mama belum tahu dan lebih baik tidak usah tahu tentang Yoni Kakak perempuan yang selalu dibangga-banggakannya itu. Yolan pernah memergoki Yoni sang Kakak berciuman panas dengan sahabat wanitanya. Detik itu juga Yolan tahu bahwa Kakak kesayangan Mamanya itu seorang lesbi*n or bisex, or whatever .... Yolan shock dan berusaha menutupi agar Yoni sang Kakak tidak tahu bahwa Yolan tahu .... Apakah ada wanita yang berciuman panas dengan sahabat karibnya sendiri kalau bukan 'sesuatu?' Yolan masih merinding jika mengingat itu. Mengapa Yolan menyimpan sendiri tentang Yoni--Kakaknya? Karena Yolan sangat mencintai Yoni sang Kakak melebihi dirinya sendiri. Karena Yolan mencintai Mama dan keluarganya. Andai Yolan membeberkan, tentu Yoni akan sangat malu dan Yolan akan merasa sedih karena telah mempermalukan Kakaknya--Yoni. Yolan tidak ingin menyakiti siapa pun, apalagi keluarganya. Namun, kadang Mamanya kumat dan membanding-bandingkan Yolan dengan kesempurnaan Yoni. Yah, si kakak yang sempurna di mata Mama yang selingkuh! Yoni yang cantik, hampir lulus dari universitas terbaik. Sopan, anggun, disenangi semua orang, taat, shalehah dan sangat menggambarkan seorang muslimah sesungguhnya ..... Preet! Mama menjadikan Yoni role model sekaligus standar untuk Yolan dan Yoka. Sebuah standar yang akan selalu disebut-sebut. "Yoni itu cerdas. Dia mana mau pacar-pacaran? Rugi. Maunya langsung nikah aja. Nggak kayak kamu-kamu yang hampir tiap malam minggu didatangi cowok. Yang sering didatangi cewek-cewek!" ketus sang Mama untuk Yolan dan Yoka. Padahal cowok-cowok itu cuma lewat dan mampir tanpa ditemui oleh Yolan. Biasalah penggemar. Tapi mana Mama mau ngerti? Dikiranya, cowok-cowok itu, semua pacar Yolan. Dasar kolot! Dan Mama merasa berhak menyelamatkan Yolan dari cowok-cowok nggak jelas yang padahal Yolan tidak pernah menggubrisnya. Ingin rasanya Yolan berteriak saat Mamanya menyebut Yoni tidak mau pacaran dan wanita solehot eh solehah. "Mama ... Yoni memang tidak mau pacaran sama laki-laki, karena ... ahhh," Yolan tidak bisa melanjutkan meski hatinya menjerit-jerit. "Tuh ... lihat, Yoni Kakakmu masih kuliah, tapi sudah bisa pergi ke luar negeri untuk bisnis sama Rose teman akrabnya sejak SMA. Mereka sukses bareng. Nggak kayak kamu, Yolan. Katanya kamu banyak teman. Tapi nggak pernah ada yang benar-benar teman seperti Yoni dan Rose," cerocos Mama lagi membuat kuping Yolan panas. "Hanya karena aku tidak ke luar negeri dengan teman, bukan berarti aku tidak benar-benar punya teman dong, Ma? Maksud Mama yang bener-bener temen itu yang berciuman panas? French kiss seperti Yoni dan Rose?" Yolan kembali hanya bisa menjerit di dalam hati. Bolak-balik Yolan memikirkan konsekuensi jika memberitahukan tentang Yoni kepada Mama, Papa dan Yoka. Yoni Kakak perempuannya akan malu dan sedih. Lalu Yolan pun juga akan merasa lebih sedih karena Yoni sedih gara-gara mulutnya yang membongkar aibnya. Mama dan Papa akan kecewa, shock, sedih dan mereka mungkin akan sedih untuk selamanya karena tahu salah satu anak gadisnya, nganu. Yolan juga pasti merasa sedih karena Mama dan Papa sedih. Yoni dan Yoka juga akan sedih melihat mama papa sedih karena laporan dari Yolan tentang Yoni. Kesedihan yang akan menjadi bak multilevel marketing, berlipat-lipat ganda. "Terutama aku," guman Yolan. Jika Yolan tetap bungkam. Tidak memberitahukan apapun. Kepada siapapun, "Hanya aku yang akan sedih, karena selalu dibanding-bandingkan dengan Yoni. Yang lain tidak akan bersedih jika tidak tahu tentang Yoni sebenarnya. Tentang Mama yang berselingkuh!" Untuk sekarang itu tidak masalah. Tapi lihat saja nanti! *** Kembali ke Mama yang ingin mengajak Yolan ketemuan dengan seseorang, "Siapa tahu mereka berjodoh," jawab Mama segitunya. Yolan memberi kode kepada Papa agar mengizinkan Mama. Toh ... Mama pergi bersamanya. "Baiklah, tapi jangan malam-malam pulangnya," ucap Papa setelah sekian lama berpikir dan mendapat kode dari Yolan dengan kedipan mata. Entah apa yang merasuki pikiran Mama dan Jaya Kumara. "Masa iya mau menjodohkanku dengan Sabda Perkasa, anak bungsu Jaya Kumara? Yang namanya enggak banget dan enggak panggil-able. Siapa coba panggilannya? Sab? Da? Per? Kas? Asa? atau Perkakas sekalian. Bah!" Yolan langsung jijik dan pasang tampang sangar saat Mama mempertemukan dengan Jaya Kumara dan Sabda Perkasa di sebuah kafe. "Bukannya katanya mereka ingin melanjutkan perselingkuhan dan bercerai dari pasangan masing-masing? Kan lebih baik kalau tidak usah repot dengan modus menjodohkan hanya karena mereka sudah lama tidak bertemu?" Di detik pertama pertemuan, Yolan sudah dongkol setengah mati pada Mamanya dan Jaya Kumara. Yolan juga dipaksa untuk duduk berdua dengan Sabda Perkasa dengan maksud pedekate. Sumpah, Yolan beberapa kali menahan muntah yang hampir keluar karena bertemu dengan anak selingkuhan Mama-nya itu. Yolan hanya diam. Sabda Perkasa juga diam. Saat itu pasti Sabda Perkasa takut mengajak Yolan ngobrol karena wajah jutek dongkol dan jijik yang dengan jelas, sangat jelas ditunjukkan Yolan. Apalagi di kursi sudut sebelah sana Mamanya dan Jaya Kumara malah asik cekikan melepas rindu. What the .... Tiba-tiba tanpa disangka tiada diduga, Papa Yolan datang ke kafe dan sudah ada di depan Yolan. "Papa ...." sebut Yolan tertekan di tenggorokan. Spontan melirik ke arah Mamanya dan Jaya Kumara di sudut sana. "Coba Lan, Papa lihat handphone-mu?" ujarnya lalu duduk di antara Yolan dan Sabda Perkasa. "Mau ngapain, Pa?" balas Yolan dengan panik luar biasa. Namun mencoba biasa saja. Yolan belum menghapus Sekerinsut chattingan Mamanya dengan Jaya Kumara beserta foto-foto jahanam mereka ... Apakah .... *** BERSAMBUNGBeberapa kali Sabda ke-gap flirting via chat messenger dengan beberapa wanita, tapi ujung-ujungnya Sabda selalu balikan lagi dengan Yoni."Aku tidak pernah mencintai orang lain selain kamu, Yoni." Begitu kata Sabda yang mampu meluluhkan lagi hati Yoni.Kejadian waktu itu memang sangat rumit sekali. Yoni tidak punya bukti selain hanya 'katanya' dan chat Sabda dengan cewek lain yang ia akui hanya iseng.Hati Yoni sakit sungguh sakit sampai memutuskan ingin mengakhiri segala perjuangan yang ia memulai dari nol selama hampir enam tahun bersamanya.Dan ... hari ini Yoni benar-benar menyerah, Yoni mundur karena terlalu sakit yang sempat membuatnya menjadi linglung, murung, dan hampir menjadi depresi.Bahkan ... andai saja saat itu orang tuanya tahu Yoni pernah sampai terjerumus narkoba karena Sabda, Yoni yakin tidak akan mendapat perpanjangan restu.Semua sudah berlalu, semua sudah kembali seperti semula. Yoni bersyukur memiliki Adik seperti Yolan yang menyayangi dan membantunya melewati ma
"Aku ke atas dulu, ya? Gerah mau mandi," kata Yolan sambil berlalu setelah melihat Sandi mengangguk."Kenapa Bang Sandi jadi sering ke sini nemuin Yoni, ya? Jangan-jangan ...."Yolan menepis anggapan tentang Sandi yang dicurigainya sedang melakukan pendekatan dengan Yoni, Kakaknya."Ah ... lebih baik aku menelpon Sabda dan menanyakan khabarnya," batinnya lalu memainkan handphone-nya."Wah kenapa nggak aktif, ya? Apa karena sinyal? Dia kan sudah pindah tugas. Masa iya sih kendala sinyal? Emang dia tugas di hutan?" Yolan tertawa membayangkan Sabda andai benar ditugaskan di hutan.Gadis tukang halu itu menggeleng dan menggumam. "Mandi dulu ah, biar seger." Lalu melangkah ke kamar mandi dalam kamarnya.***"Oh iya, Yon. Lalu apa langkah hidupmu selanjutnya?"Yoni menaikkan alisnya melihat ke arah Sandi yang sedang bertanya padanya."Eum ... maksudku planning ke depannya," ralat Sandi."Masih gini-gini aja," sahut Yoni yang tiba-tiba teringat Sabda dan ingin meneleponnya. Untuk mengakhiri
Suaranya juga terdengar parau dan penuh getaran rasa getir."Apa artinya ini kamu setuju?" kata Sandi.Sabda terlihat menunduk."Yah, aku setuju. Aku sadar sudah banyak menyakiti hati Yoni. Menikahlah dengannya. Aku iklas. Jangan sakiti Yoni. Karena sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya. Asal kamu tahu, aku tidak pernah merusaknya. Jangan kabari aku kapan kamu menikah dengannya ...." tutur Sabda lalu memeluk Sandi.Sandi membalas pelukan adiknya yang kemudian turun dari mobil.Lalu pria yang berprofesi sebagai dokter umum itu mengirim video dan foto panas Sabda ke nomor kontak miliknya pada sim dua. Untuk jaga-jaga andai Sabda berulah lagi."Sabda ...." panggil Sandi.Adiknya yang sudah berjalan beberapa langkah itu membalikkan badan.Sandi memperlihatkan layar ponsel dan menghapus video serta foto porno Sabda tepat di depan wajah sang Adik."Done," ucap Sandi setelah semuanya terhapus."Thankyou," balas Sabda kemudian melangkah gontai menuju kamarnya di lantai dua.***Sandi p
Dengan mudah Sandi bisa menangkap basah apa yang terjadi di dalam kamar. Sabda dan seorang cewek sedang ....Tunggu!Sandi mengucek mata tidak percaya. Mencubit pipinya. Ini nyata. Karena ada sakit terasa.Sandi kesal karena jadi tidak bisa fokus pada diri sendiri. Fokus Sandi teralihkan oleh cewek bugil yang terlihat sedang menaik turunkan badan di atas tubuh seorang pria.Lama sekali Sandi menyaksikan skidipapap itu. Ranjang pun makin lama semakin bergoyang kencang sekali sesuai dengan gerakan mereka.Sandi terus mengamati, takut dia salah masuk.kamar orang. Ternyata benar, pria yang dibawah si cewek adalah Sabda Adiknya."Astaghfirullah," sebut Sandi pelan.Pengalaman yang aneh dan membingungkan pertama kalinya bagi Sandi melihat adegan skidipapap secara live.Setelah sekitar lima menit mematung dengan perasaan shock, Sandi mulai bisa menguasai diri dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya."Terpaksa aku harus melakukan ini, Sab. Sorry," gumam Sabda lalu merekam perbuatan Sabda.
Jauh di dalam hatinya Sandi melangitkan doa agar niat yang menjadi rahasia diri sendiri itu akan menjelma nyata meskipun mungkin nanti ...."Eum ... Yoni. Maaf, kalau kali ini pertanyaanku agak lancang ...." ucap Sandi kemudian.Setelah beberapa saat hanya terdengar denting jam di ruang tamu."Santai aja Bang, jangan formal gitu sama aku," sahut Yoni sambil menebak apa kira-kira yang akan dikatakan Abang dari Sabda itu."Okey, kalau kamu nggak mau jawab nggak apa-apa, kok." Sandi diam lagi sesaat. "Apa kamu yakin kalau Sabda adikku adalah jodohmu?"Deg.Seperti ada yang menyubit jantung Yoni mendengarnya."Jujur aku nggak yakin, Bang. Entahlah. Aku makin terombang-ambing saja rasanya.""Mintalah petunjuk Allah, Yon. Coba dengan shalat istikharah."Dalam hati Yoni membenarkan saran Sandi yang ternyata cukup religius dan mungkin juga berhubungan baik dengan Tuhan-Nya."Kira-kira Abang tahu apa yang kuminta pada Allah saat aku istikharah?" balas Yoni."Biarlah itu jadi rahasiamu dan All
"Kok tumben ya, dia nelpon aku? Ada apa ini?" gumam Yolan. "Siapa?!" desak Yoni lagi .... "Nggg ...." Yolan memperlihatkan ponselnya pada Yoni."Sandi?" ucapnya. "Angkat, Lan. Tumben dia nelpon malam-malam. Biasanya penting deh kalau orang terpaksa nelepon malam-malam.""Ma, yuk ah, kita tidur. Udah malam." Terdengar ajakan Wistara pada Hananti."Hayuk. Mama juga udah ngantuk." Dan pasangan suami istri yang kembali harmonis setelah perselingkuhan Hananti dan Jaya Kumara dihancurkan oleh Yolan itu pun meninggalkan ruang keluarga."Cieee ...." Yolan menyikut Yoni melihat Mamanya melangkah sambil menggamit lengan Wistara.Yoni dan Yolan tersenyum menyaksikan kemesraan kedua orang tuanya.***"Hallo, Bang Sandi? Kok tumben nelepon aku malam-malam. Ada apa ya, Bang?" tanya Yolan saat menjawab panggilan Kakak Sabda itu."Maaf ya, ganggu, Lan. Kamu belum tidur, ya?" sahut Sandi."Ya, kalau udah tidur nggak bisa jawab panggilan abang, dong?""Hehehe ... kalau panggilan yang lain, bisa n