Beranda / Thriller / AURORA / Episode 4.

Share

Episode 4.

Penulis: xynaerylynix
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 21:11:01

Serpihan-serpihan ingatan yang berisikan kobaran api mengganggu kegelapanku.

Eugene yang berlari kesetanan mengejar Reptilian yang menyanderaku.

Kemudian terdengar sebuah ledakan dan berakhir aku mati di pelukan seseorang misterius.

Aku melompat bangun. Memaksakan membuka mata begitu saja hingga sebuah denyutan yang terasa perih di kelopak mata kiriku. Sebelah pandanganku juga terlihat gelap. Apakah aku mengalami kebutaan di sebelah mataku?

Ada sebuah rasa sakit lain yang terasa di berbagai tempat di sekujur tubuhku. Ada sebuah perasaan hampa, dan sebuah rasa lapar yang sangat luar biasa hingga membuat tenggorokanku terasa kering. Mungkin jika aku bersuara sedikit saja bisa menyebabkan tenggorokanku lecet.

Namun mengabaikan kekhawatiranku, aku memilih untuk melihat sekitar. Tempat yang sangat asing. Usang, berdebu, terlihat sudah ditinggalkan puluhan tahun dan tak terawat. Punggungku terasa keras, sepertinya bukan sebuah kasur yang kutiduri saat ini. Semuanya terasa dan terlihat asing. Ini bukan Erythroupoli. Ini bukan Distrik Carees. Ini juga bukan Rumah Sakit di luar kota bertembok. Lantas, aku berada di mana sekarang?

Langitnya memang terlihat berbeda namun tidak dengan rasanya. Suara semilir angin juga terdengar dengan sangat jelas di telingaku. Terasa mengganggu karena terdengar begitu jelas seakan-akan telinga sedang berhadapan dengan kipas angin. Ini menjengkelkan!

“Oh? Kau sudah bangun rupanya!”

Suara bisikan yang entah kenapa terdengar jelas di telingaku terdengar dari arah pintu masuk ruangan asing ini. Suaranya terdengar asing, aku baru mendengarnya. Seseorang yang menyelamatkanku pasti orang asing.

Menolehkan wajahku ke pintu, mendapati sesosok pemuda bertubuh tinggi dan terlihat kurus sedang membawa baskom berisikan air dingin. Pemuda itu kemudian mendekat ke arahku, memeriksa setiap jengkal tubuhku yang entah sejak kapan dilapisi oleh perban.

“Ini memang sebuah keajaiban,” gumamnya sambil membuka satu persatu perban yang membalut tubuhku. “Tuan Aquilla pasti merasa senang ketika mendengar kabar ini. Kabar kalau ciptaannya telah berhasil melewati masa kritis dan tidak menjadi Reptilian.”

Dia menyebutkan Reptilian? Apakah sekarang aku berada di luar pulau Alluxendria sekarang?

“Sebenarnya... di mana ini?” tanyaku memberanikan diri saat tangan pemuda tersebut merayap ke wajahku, membuka sebuah perban yang melingkari kepalaku dan menutupi mata kiriku. Oh pantas saja aku hanya bisa melihat dengan sebelah mata. Ternyata mataku terluka.

“Kita berada di Sektor Lima, Durham. Buka matamu perlahan. Memang terasa sakit karena bekas jahitannya belum mengering. Tapi, aku harap kau mampu menahan rasa sakitnya,” jawabnya sambil memerintahkanku untuk membuka mata.

Tanpa sadar, kedua alisku bertaut. Durham? Sektor Lima? Hei, Durham itu ada di negara mana?

Tapi, aku abaikan kebingunganku dan lebih memilih untuk membuka mata kiriku dengan perlahan. Rasanya perih setiap kali sedikit demi sedikit visi dari dunia yang kulihat melalui mata kanan memasuki retina kiriku. Aku terkejut ketika mataku terbuka semuanya. Bagaimana aku bisa menjelaskannya ya. Mata kiriku... aku bisa melihat benda yang jauh di balik tembok sana. Dunia luar yang entah kenapa hanya bisa terlihat di mata kiriku. Seakan-akan aku berada di bangunan runtuh.

Dan sepertinya pemuda itu menangkap dengan jelas kepanikanku ketika membuka mata. Dia terkekeh, mengusap sebuah aliran darah yang merembes keluar dari bekas luka di bawah kelopak mataku dengan ibu jarinya.

“Itu akan melelahkan jika kau terus membuka mata kirimu,” ujarnya memperingatiku ketika aliran darah itu terus merembes keluar. Mengantarkan rasa perih yang berdenyut di sekitarnya. “Kau akan berdarah jika kelelahan. Garis lukanya memang panjang, tapi, hanya di dekat kelopak matamu saja yang akan mengeluarkan darah jika kau kelelahan.”

“Terima kasih,” ujarku seraya kembali memejamkan mata kiriku. “Ngomong-ngomong, Durham itu ada di mana?”

“Durham, berada di timur laut Inggris.” sebuah suara tiba-tiba menjawab pertanyaanku, berasal dari pintu masuk tadi. Kami menoleh ke arah sumber suara. Mendapati seorang pria bertubuh lebih tinggi dari pemuda di hadapanku ini. Jubah hitam menyelimuti tubuh tingginya, kurus, dengan rambut belah dua yang tersisir rapi. Garis wajahnya tegas namun matanya terasa kosong. Hidungnya mancung ngomong-ngomong. Kulitnya pucat, seperti penggambaran vampir pada cerita-cerita novel yang kubaca di waktu senggang. “Wajar saja kau bingung Durham itu berada di mana. Ini bukan dunia asalmu. Ini adalah Dunia Ke-7.” Dia melanjutkan tanpa peringatan ataupun perasaan sungkan untuk berkata demikian.

“Kau terluka parah saat Tuan Aquilla membawamu kemari. Dan beruntungnya, kau tidak berubah menjadi Reptilian setelah lima hari tertidur.” Pria di hadapanku kembali membersihkan jejak air mata darah di mata kiriku dengan telaten dan penuh kelembutan. “Namaku Yoon Seonghwa. Dan pria yang berdiri di ambang pintu itu adalah Tuan Aquilla, Ayah kita berdua.”

Aku mengernyit, kebingungan dengan kata ‘Ayah’ yang diucapkan oleh pria yang mengenalkan dirinya sebagai Yoon Seonghwa tersebut. Apa maksud dari mengucapkan kata tersebut? Dan juga, bagaimana bisa aku berada di Dunia Ke-7? Apakah memang dunia paralel itu ada?

Pikiranku berkecamuk, antara ingin menerima kenyataan dan menyangkalnya. Dan sepertinya kegundahanku ditangkap dengan jelas oleh Seonghwa dan juga Aquilla. Terbukti dengan Seonghwa yang melemparkan pandangan khawatir pada Aquilla. Kemudian pria yang sedari tadi bergeming di ambang pintu itu akhirnya bergerak. Menghampiriku dengan sebuah kantong darah yang tiba-tiba menggugah seleraku.

Aku mendongak saat dia, Aquilla, berdiri di hadapanku. Rasa lapar tiba-tiba membuncah. Perutku bergemuruh, mataku berkilat ketika Aquilla menyerahkan kantong darah tersebut kepadaku.

“Lima hari tertidur... kau butuh nutrisi.” Aquilla menatapku dengar datar saat aku memberinya tatapan mendamba karena merasa tidak sabar mengisi tenggorokanku dengan cairan merah tersebut.

Tersenyum sumringah ketika Aquilla akhirnya menyerahkan kantong darah tersebut, aku bergegas menggigit ujungnya. Meminum dengan cepat cairan merah yang sedikit kental tersebut dengan rakusnya. Mengundang tatapan heran dari Seonghwa yang sedari tadi memperhatikanku.

“Kau tidak terkejut?” Seonghwa memberikan tatapan tidak percayanya padaku yang dengan santainya membuang kantong yang telah kosong tersebut. “Aku kira kau akan terkejut. Menolak kantong darah tersebut, kemudian merenung seharian karena merasa bersalah pada kejadian yang akan terjadi di masa depan.”

“Tidak. Aku hanya terkejut karena ternyata dunia paralel itu memang ada,” jawabku menatap Aquilla. Wajahnya datar dan gelap, mata berwarna ungunya bersinar terang di kegelapan. “Aku pernah membaca sebuah buku novel, di mana karakter utamanya berubah menjadi Vampir karena sekarat. Kemudian kisah yang diceritakan oleh buku itu adalah perjalanan hidup karakter utamanya dalam menyelamatkan dunia.

“Lalu, apakah sekarang aku adalah Vampir?” tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari Aquilla.

“Kau seorang Seraphie sekarang. Hampir mirip seperti Vampir, tapi bukan.” Wajahnya terlihat sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Bahkan kini ia berjalan ke arah sebuah jendela yang menampilkan langit malam Kota Durham. “Singkatnya, kau dan aku saat ini terhubung. Aku bebas keluar masuk dari tubuhmu, dan kau bisa bertahan hidup karena jiwa kosong yang kuberikan kepadamu.”

Aku mengangguk mengerti, “Lalu, apakah Yoon Seonghwa juga sama sepertiku?” Seonghwa terlihat terkejut ketika aku bertanya kepadanya. Sepertinya dia merasa terkejut karena aku terlihat tidak terkejut ataupun menyangkal kenyataan ini.

“Ya. Aku kakakmu sekarang.” Seonghwa menjawabnya dengan sebuah senyuman ramah yang terkesan dipaksakan. “Kau benar-benar ajaib! Baru kali ini aku bertemu dengan orang yang cepat menerima kenyataan sepertimu.”

“Kalau begitu, kau bisa langsung siap mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan seorang Seraphie.”

Aneh. Tiba-tiba aku merasa merinding ketika Aquilla mengatakan hal tersebut tanpa menatapku sama sekali. Seakan-akan sebuah kenyataan pahit akan menamparku ketika mulai mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh Aquilla.

To Be Continue.

Lynix's Trivia

Seraphie : Makhluk Humanoid ciptaan Spirit Rasi Bintang. Penciptaannya bertujuan untuk menjadi wadah bagi para Spirit Rasi Bintang untuk bisa bebas berkeliaran di Dunia Tengah. Memiliki ciri-ciri berkulit pucat, tidak bernapas, akan berubah menjadi debu ketika terlalu lama berada di bawah sinar matahari, dan mereka mengkonsumsi darah sebagai nutrisi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • AURORA   Episode 50.

    “Yoon Seonghwa!”Sang pemilik nama merespons panggilanku. Pemuda bersurai kelabu itu berbalik, sepenuhnya menghadap ke arahku. Ekspresi wajahnya mengalami banyak perubahan setelah perubahan Yoon Seonghwa menjadi vampir. Tidak ada lagi keramahan di wajah tampannya itu. Hanya ada ekspresi keras penuh amarah yang entah ditujukan kepada siapa. Dan kalau boleh jujur, itu membuatku merasa kecewa dan semakin merasakan kehilangan sesosok figur ‘kakak’ yang penyayang. “Kau sudah kembali?” Tetapi, aku masih bisa merasa bersyukur karena karakternya tidak setajam ekspresi wajahnya. Nada suaranya masih terdengar ramah, seperti biasanya. Yoon Seonghwa tidak sepenuhnya berubah, mungkin hanya ketika berhadapan denganku.Aku mengangguk singkat, melirik sebentar pada Aquilla yang kini memasuki rumah yang kami tinggali saat ini, “Bagaimana dengan pelatihanmu dengan Jake?”Ekspresi wajahnya itu semakin bervariasi. Ada perasaan jijik terpatri di sana, yang membuatku merasa bingung sekaligus mulai menum

  • AURORA   Episode 49.

    “Memang tidak baik bagi kita untuk menunda waktu. Tetapi, keadaan memaksa kita untuk menetap di sini beberapa malam lagi.”Ucapan Aquilla di akhir rapat semalam benar-benar masih terngiang-ngiang di benakku. Bahkan aku masih dapat mengingat euforia setelah mendengar pernyataan Aquilla yang secara tersirat memberikan waktu libur kepada kami. Hal tersebut tentunya tidak dimanfaatkan dengan berleha-leha dan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak perlu. Yoon Seonghwa kembali mengulang pelajarannya. Bukan dengan Aquilla, melainkan dengan Jake. Kakakku itu harus membiasakan diri dengan kehidupan vampir. Karena, menurut penuturan Aquilla, kehidupan dan cara bertahan hidup antara vampir dan seraphie itu beda tipis. Jake tentu saja tidak keberatan untuk mengajari Yoon Seonghwa. Meskipun terkadang mereka beradu mulut sih. Lalu, Ahin memanfaatkan waktu libur ini dengan cara mengistirahatkan tubuhnya secara total. Biar bagaimana pun, Ahin adalah seorang manusia. Meskipun ia mampu terjaga se

  • AURORA   Episode 48.

    Seperti pada malam sebelumnya, aku terbangun begitu matahari mulai beristirahat. Senja baru saja berakhir saat aku beranjak dari atas ranjang. Aku tidak merasakan kehadiran Aquilla saat terbangun. Mungkin saja dia terbangun lebih awal dan pergi ke suatu tempat, tetapi tidak begitu jauh dari sini. Suasana yang begitu sunyi berhasil membuatku tenggelam dalam renungan. Menyelami bagian terdalam dari pikiranku sendiri, membentuk berbagai cabang yang melebar ke segala arah. Aku semakin larut dalam lamunanku tatkala aurora berwarna ungu kembali muncul di atas langit. Pancaran cahaya yang menari-nari pada lapisan ionosfer itu tampak begitu indah dan membuatku semakin larut dalam pikiran. Tetapi, penampakan cahaya berwarna ungu itu mampu membuat tubuhku tenang. Semua pikiran semrawut seperti benang kusut itu lenyap entah ke mana, menguap begitu saja bagaikan embun yang melebur ke dalam oksigen ketika mentari semakin tinggi sinarnya. “Sedang memikirkan apa?”Aku tersentak terkejut saat sebu

  • AURORA   Episode 47.

    “Tunggu, Aquilla,” cegahku saat ujung pisau tajam itu hendak mengenai punggung Yoon Seonghwa. Hendak merobekkan lapisan kulit tersebut untuk mengeluarkan sesuatu yang tertanam di sana. “Kau yakin tidak akan membunuhnya?” tanya Jake, “Bagaimana jika dia mati saat kau berusaha mengeluarkan parasit itu? Kau tahu sendiri bukan Zhou Yanchen itu selicik apa? Bisa jadi dia sudah memperkirakan ini, lalu menanamkan parasit pada tubuh Yoon Seonghwa untuk membuat kita terpecah belah karena selisih paham.” Aquilla tampak terdiam, terus memandangi punggung Yoon Seonghwa yang telah ia robek baju pasien yang pria bersurai kelabu itu kenakan. Sesuatu dibalik kulit punggung Yoon Seonghwa terlihat bergeral acak yang membuatku ngilu. “Keberadaannya akan menjadi sebuah malapetaka jika dibiarkan terus hidup. Tetapi, kalian berdua akan menyerangku jika aku membunuhnya,” suara Aquilla terdengar dingin. Dia beranjak dari posisinya, berdiri menjulang di hadapan Yoon Seonghwa dengan tatapan dingin dan penu

  • AURORA   Episode 46

    Suara gesekan pedang yang beradu. Mengusik gendang telingaku, hingga membuat tubuh ringkihku terasa ngilu. Suara-suara itu memaksaku untuk terbangun dari tidur panjangku. Dengan perlahan, kelopak mataku terbuka dan berkedip beberapa kali. Semua yang kulihat buram, hanya terlihat siluet dua orang pria yang sedang beradu pedang.Aku mengedarkan pandanganku, melihat ke sekeliling. Ruangan yang digunakan sebagai arena pertempuran antara kami dengan Yoon Seonghwa, tampak berantakan seperti kapal pecah. Dinding-dindingnya retak, bahkan sudah ada lubang cukup besar di beberapa sisi, lemari, brankar, dan rak roboh, juga pecahan kaca berhamburan di lantai. Menandakan betapa dahsyatnya pertempuran antara seorang Spirit Rasi Bintang dengan Vampir yang baru terlahir. Sebuat saja Baby Vampire.Aku mengalihkan pandangan ke dekat jendela. Kulihat siluet dua lelaki dewasa tengah bertarung. Karena membelakangi cahaya, karena itu aku tidak tahu siapa mereka. Ka

  • AURORA   Episode 45.

    Tubuhku menegang kaku ketika sesosok pria yang sangat kukenali tersebut, muncul dari balik gordeng yang tersingkap.Tubuh tinggi yang terlihat semakin kurus, namun tidak sekurus para ghoul di luar sana. Surai kelabunya terlihat lepek, sepertinya sempat basah karena keringat. Juga ... entah kenapa aku merasa merinding hanya karena kehadiran sesosok Yoon Seonghwa tersebut.Ada yang tidak beres dengan kakak satu darahku tersebut.Jake merangsek maju, tanpa sadar menabrak bahuku, karena saking antusiasnya dia untuk bertemu dengan Yoon Seonghwa. “Yoon Seonghwa, sialan! Kau membuatku kerepotan! Kau tiba-tiba menghilang bagaikan ditelan oleh bumi dan—“Aku mengernyitkan dahi ketika menyadari jika Jake tiba-tiba saja terdiam. Vampir berusia 65 tahun itu tadinya terlihat senang dengan mata polos bak anak kecil. Walau Jake telah hidup sebagai vampir selama 65 tahun, di dunia manusia, umurnya seperti pria 20 tahun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status