Sekali seseorang menginjakkan kaki di dunia gelap intelijen, ia tak akan bisa keluar dari dunia itu, kecuali tak bernyawa. ``````` Kenneth Henry dan Nicky Henry adalah pasangan kakak-beradik non biologis yang tumbuh tanpa sosok kedua orang tua. Kenneth adalah seorang anti sosial, anggota intelijen yang tergabung dalam sebuah tim yang ditugaskan untuk memburu sebuah organisasi kartel narkoba, penyelundupan senjata, dan human trafficking. Tak ada yang tahu identitas Kenneth kecuali rekan-rekan setimnya. Sedangkan Nicky adalah gadis remaja tomboi yang memiliki amnesia, serta gangguan psikis berupa PTSD (post traumatic stress disorder) dan claustrophobia. Suatu ketika dalam kehidupan mereka, hadir sosok Shoujin Ueda, seorang pemuda anti sosial putra ekspatriat yang bekerja sebagai polisi. Baik Kenneth, Nicky, maupun Shoujin, mereka terikat pada satu tragedi di masa lalu yang merenggut nyawa keluarga mereka dan hanya menyisakan mereka satu-satunya. Dan kini takdir mempertemukan mereka dalam pertaruhan antara ego dan misi, serta hidup atau mati. ```````
View MoreKenneth menginjak pedal mobil lebih dalam. Baru saja ia mendapat telepon bahwa rumah kakaknya diserang oleh penyusup tak dikenal. Mobil Kenneth melaju kencang membelah jalanan Kota Springfield. Aaron yang saat itu ada bersamanya ikut fokus pada jalanan. Jantung Aaron serasa berhenti berdetak melihat cara Kenneth mengemudikan mobil yang seperti kesetanan.
Sesampainya di rumah kakaknya, Kenneth mendapati beberapa mobil polisi dan ambulans sudah mengepung rumah itu dengan cahaya warna merah dan biru.
Kenneth membanting pintu mobilnya, lalu berlari menerobos police line yang membentang mengelilingi lokasi kejadian. Ia mengabaikan teriakan beberapa petugas dan tangan-tangan yang mencoba menghentikannya. Sementara Aaron menunggu di luar area police line.
Beberapa petugas tampak sedang mengurus dua sosok jenazah. Kenneth menghampiri mereka dengan perasaan cemas. Ia berharap semoga saja bukan kakaknya. Namun, apa yang ia takutkan, benar-benar terjadi. Marc Larssen dan istrinya—Kamila—adalah jenazah yang ada dalam kantong-kantong berwarna hitam di hadapannya. Kedua orang yang sangat berharga bagi Kenneth telah tewas bersimbah darah.
"Di mana Michelle?! Bagaimana dengannya? Apa dia selamat?!" tanya Kenneth dengan emosi meluap-luap pada para petugas medis.
"Maaf, Sir. Kami tidak menemukan orang lain lagi di rumah itu."
"Di mana Michelle?" Kenneth mengacak rambutnya sambil menghela nafas.
.
.
Jenazah Marc dan Kamila telah dimasukkan ke dalam ambulans dan dibawa ke Rumah Sakit Springfield untuk keperluan autopsi. Kenneth dan Aaron pun telah meninggalkan lokasi kejadian.
Kenneth duduk terdiam di kursi penumpang, pandangannya lurus pada jalanan. Menerawang. Frustrasi karena telah berjam-jam dan ia belum mendapat kabar tentang keberadaan Michelle. Aaron menggantikan Kenneth mengemudi. Tujuan mereka sekarang adalah apartemen Aaron.
Ponsel Kenneth berdering. Tanpa melihat siapa yang menelepon, ia menerima panggilan itu.
"Halo ..."
"..."
"Michelle?!"
"...."
"Bagaimana keadaannya sekarang?!"
"...."
"Baik, baik, aku ke sana sekarang."
"...."
"Aaron, rumah sakit! Michelle sudah ditemukan. Sekarang dia kritis!"
Di pertigaan pertama, Aaron memutar kemudi mobil, berbelok menuju Rumah Sakit Springfield.
_______
Saat ini Michelle telah dipindahkan dari emergency room ke ICU. Sebagian kepala dan wajah gadis kecil itu tertutup oleh perban. Beberapa alat penunjang nyawa dan pemantau tanda vital terpasang di tubuhnya.
Dari balik pintu ruangan itu Kenneth menatap putri Marc itu dengan perasaan campur aduk, kalut dan marah. Sudah lebih dari dua 24 jam ia tidak tidur. Aaron menghampiri sahabatnya dengan membawa segelas cokelat hangat.
"Kenneth, kau harus istirahat. Aku mengerti perasaanmu, tapi kau punya kewajiban. Kau tidak lupa 'kan?" Ia menyodorkan cokelat panas pada Kenneth.
Kenneth menghela nafas dan menerima cokelat pemberian Aaron. "Terima kasih, Aaron. Kau benar."
"Apa kau sudah siap untuk bertanggung jawab menjadi walinya?"
Kenneth tertunduk. "Aku harus siap."
"Kalau begitu kau harus menjaga dirimu. Bagaimana kau akan menjaganya kalau menjaga dirimu saja tidak bisa?” retoris Aaron.
Aaron benar. Sangat benar. Kenneth lalu duduk di kursi tunggu di lorong, menyesap coklat hangat. Menyandarkan bahu dan menutup matanya yang berkantung.
"Aku pernah membaca artikel, katanya cokelat bisa menurunkan stress," hibur Aaron.
_______
Dua orang dokter dengan diikuti perawat berjalan cepat memasuki ruang ICU tempat seorang pasien kecil dirawat. Di dalam ruangan itu seorang perawat tengah melakukan CPR pada pasien. Lalu dokter dan perawat yang baru saja memasuki ruangan itu menyiapkan defibrilator.
Mereka terus berjuang untuk mengembalikan denyut jantung si pasien. Namun setelah beberapa kali usaha, sepertinya mereka harus menyerah. Monitor yang tersambung ke denyut jantung si pasien hanya menampakkan garis lurus.
Kenneth pasrah dengan keadaan Michelle. Dia tak tahu lagi. "Maafkan aku, Marc .... Maafkan aku, Kamila .... Aku tak bisa menepati janjiku untuk menjaga Michelle." Kenneth tertunduk, bersandar pada dinding lorong, di samping pintu ruang ICU. Tak ada air mata menetes, meski hatinya hancur.
_______
Satu bulan pasca insiden penyerangan di rumah Keluarga Larssen, Yuri, seorang rekan Kenneth, mendatangi Kenneth dan menyodorkan padanya sebuah catatan tentang kasus penyerangan pada keluarga Marc Larssen.
Kenneth membaca catatan itu dengan teliti.
Yuri memperhatikan mimik muka datar di hadapannya.
Pelaku dikenal sebagai 'Psycho X', bukan nama asli, diperkirakan berusia 19-22 tahun. Identitas tak terungkap.
Dikenal sebagai Psycho X karena selalu menjalankan aksinya dengan sadis.
Motif penyerangan : pelaku mengidap schizophrenia¹, memilih korban secara acak. Korban terakhir adalah keluarga Marc Larssen.
Pelaku ditemukan tewas bunuh diri di persembunyiannya 2 hari setelah melakukan penyerangan, penganiayaan dan pembunuhan terhadap korban terakhirnya.
Dengan demikian kasus dinyatakan telah selesai.
Tak ada sepatah kata pun terucap, baik oleh Kenneth maupun Yuri, hingga Yuri beranjak meninggalkan Kenneth.
"Terima kasih, Yuri." Dan satu kalimat itu saja yang akhirnya menutup pertemuan kedua rekan itu.
Yuri membalas dengan sebuah tepukan berat yang menguatkan di pundak Kenneth.
_______
Tujuh tahun berlalu sejak peristiwa naas di Springfield, tak pernah lagi ada yang menyentuh ataupun mengungkit tragedi itu. Dan Kenneth pun telah menjalani kehidupannya seperti biasa. Semua telah kembali normal, setidaknya itulah yang terlihat.
Dan sore itu, Kenneth menjalani salah satu rutinitas hariannya. Ia memarkirkan Lancer Evo-nya di tepi jalan, beberapa meter dari depan bangunan utama St. Angelo High School. Seperti biasa, ia datang sepuluh menit lebih awal. Ia tak suka membuat orang yang dijemputnya, yaitu adiknya yang bernama Nicky, harus menunggu, karena orang itu tak akan menunggu, melainkan kabur entah ke mana. Membuat Kenneth kalang kabut mencari. Kenneth keluar dari mobil hitam putih modifikasian—warna hitam pada bagian kap mesin, bagasi dan pintu, sisanya berwarna putih; spoiler sudah tidak orisinil, velg racing warna hitam doff 19 inchi; full bodykit dan beberapa aksesoris; serta suara knalpot yang menderu—, lalu duduk di atas kap mesin mobil itu sambil memeriksa notifikasi yang masuk. Selanjutnya ia terlihat diam dengan terus menatap layar ponsel, sambil sesekali mengusap layar ponselnya.
Dengan mobil modifikasian seperti itu ditambah rambutnya diwarnai putih keabu-abuan acak-acakan, Kenneth lebih terlihat seperti pembalap liar atau automania daripada desainer grafis. Bahkan Nicky pun tak tahu bahwa kakak freak pengoleksi sejumlah wanita itu mempunyai pekerjaan lain. Yang Nicky tahu, Kenneth itu freelancer desainer grafis yang suka kelayapan malam dan sesekali ikut balapan liar. Nicky tak ambil pusing soal pekerjaan kakaknya itu.
Suara riuh siswa-siswi yang keluar dari pintu depan bangunan utama sekolah tak sedikit pun mengusik ketenangan Kenneth. Ia bahkan tak peduli beberapa pasang mata gadis remaja tengah memperhatikannya dengan tatapan terpesona. Bukan hanya para siswi. Di sebuah kelas yang sudah sepi di lantai dua, seorang guru berkacamata 'Lisa Loeb' menatap kagum pemandangan elok di kejauhan yang hanya berlangsung tak lebih dari lima belas menit itu.
"Kenny!" Ah, si pirang keemasan itu membuat silau saja, mengganggu acara para wanita yang sedang mengagumi.
Kenneth mendongak dan tersenyum menyambut kedatangan bocah urakan berambut pirang pendek itu.
Menyebalkan! Ia langsung duduk di samping si tampan berambut putih keabuan, dengan sebelah tangan merangkul manja di leher pria itu. Dan pria itu tak terlihat keberatan, ia bahkan membalas dengan merangkul gadis pirang itu.
Keduanya terlihat berbicara singkat, lalu Kenneth beranjak dan memasuki mobil, duduk di belakang kemudi.
Nicky menoleh pada para perempuan yang belum selesai mengagumi sosok kakaknya, menyayukan mata dan menarik sebelah bibir asimetris. Semua orang tahu mimik wajah itu adalah hinaan. Kemudian adik Kenneth itu menyusul masuk ke dalam mobil.
.
.
Kenneth melajukan mobil dengan tenang menuju bandara.
"Aku senang akhirnya Aaron menyusul kita." Nicky menatap lurus pada jalanan. Ia terlihat bersemangat, wajahnya berseri secerah matahari musim panas.
"Kau senang?" Kenneth pun memperlihatkan ekspresi tak kalah bersemangat. Tak ada yang membuatnya lebih bahagia selain melihat adik satu-satunya itu bersemangat.
"Tentu saja. Dan setelah ini aku mau Aaron saja yang mengantar-jemput."
"Kenapa? Kau bosan denganku?"
"Bukan. Tapi kau merusak pemandangan di sekolah," cibir Nicky.
"Benarkah? Aku pikir malah sebaliknya."
"Kau terlalu percaya diri." Sebenarnya Nicky sedang membohongi dirinya sendiri. Ia tahu pasti bahwa kakaknya itu adalah idola di sekolahnya. "Mereka belum tahu belangmu saja!" maki Nicky. “Kau sengaja mencari perhatian, huh?”
Setelah tiga puluh menit berkendara lewat jalan tol, Kenneth dan Nicky sampai di bandara. Dan setelah kurang lebih sepuluh menit menunggu, pesawat Aaron pun tiba. Nicky sudah tak sabar untuk bertemu langsung dengan kakak barunya.
Tampak dari kejauhan, seorang pria berciri perpaduan Asia Timur - Melayu berjalan mendekat. Pria itu menggendong sebuah ransel.
"Aaron Lee ...!" Teriak Nicky dari jarak puluhan meter, hampir saja ia berlari ke arah Aaron yang baru tiba dari Springfield, kalau saja Kenneth tak menghentikan dengan menggenggam tangannya.
"Tidak usah drama! Santai saja."
"Ish!"
"Hai, Nicky, Kenneth, apa kalian sudah lama menunggu?" sapa Aaron dengan senyum lebar saat ia sudah sampai tepat di depan Kenneth dan Nicky, membuat mata sipitnya semakin sipit dan hampir menghilang.
Nicky menyentakkan tangan hingga terlepas dari genggaman tangan Kenneth. "Aaron!" lalu memeluk sahabat Kenneth yang berambut cepak itu, yang selama ini hanya dilihatnya melalui video call, atau sesekali saja ditemui, saat salah satu mengunjungi yang lain.
"Uh ..., Nicky, lepaskan! Kau membuatku sesak nafas." Aaron meronta menahan rasa canggung.
Setelah puas memeluk erat, Nicky melepaskan tubuh Aaron.
"Apa kalian sudah lama menunggu?" Aaron berbasa-basi.
"Tidak juga," jawab Kenneth, lalu berangkulan dengan Aaron sebagai simbol persaudaraan.
"Kau terlihat semakin tampan saja, membuatku iri. Berikan sedikit saja padaku." Setelah melepas rangkulannya, Aaron meninju pelan pundak Kenneth.
Kenneth tersenyum hambar. "Itu tidak lucu. Sudahlah, ayo cepat kita pulang," pungkasnya.
Ketiganya pun meninggalkan bandara dengan mobil hitam-putih kesayangan Kenneth.
_______
1. schizophrenia : gangguan kejiwaan yang membuat pengidapnya tidak bisa berpirkir, merasakan dan berperilaku dengan benar.
Kevin dan Shawn melanjutkan bahasan tentang penculikan Sharon. Kevin duduk di belakang kemudi.“Kau ingat Jum’at sore ketika Caleb dan Lynn mem-bully Nick?” Kevin memutar ulang kejadian pem-bully-an di depan sekolah.“Ya.” Shawn merespons datar. “Malam harinya, Nick membawa kabur Fair Lady.”“Tepat. Tapi bukan itu yang ingin kubahas. Hari Minggu setelah itu, Kenneth menemuiku dengan membawa ponsel Caleb. Dia memintaku meretas e-mail Sharon, menukar identitas pemilik ponsel Caleb dengan identitas Kenneth, dan memasang pelacak pada ponsel Nick. Aku yakin dia ada di balik penculikan Sharon. Kenneth ingin membalas mereka.”“Gosip beredar Kenneth yang menyerang Caleb dan Lynn. Aku tidak akan terkejut, kita tahu dia orang seperti apa.”“Benar. Hei, tapi tidakkah menurutmu aneh? Kenneth cukup sering melakukan kejahatan, tapi dia masih saja bebas berkeliaran. Dan menurutmu apa alasan Kenneth memasang pelacak di ponsel Nick? Apa dia ....”Shawn diam menunggu asumsi Kevin.“Penguntit? Bersikap
Hari terakhir di sekolah sebelum liburan musim panas adalah hari di mana para penghuni sekolah disibukkan dengan urusan administratif dan tak banyak kegiatan di dalam kelas. Sebagaimana kebiasaan mereka, kawanan Shawn menghabiskan waktu di tempat teduh di pinggiran lapangan baseball. Dan seperti biasa Shawn akan sebisa mungkin meluangkan waktu untuk tidur, tanpa peduli di mana pun berada, termasuk saat ini. Mengingat ia harus bekerja sampingan di bengkel Dong-woo atau menjadi pengemudi taksi online di malam hari, pasti melelahkan. Selagi Nick dan Kevin mengobrol ke sana kemari, mengabaikan Charlie yang sibuk sendiri dengan ponselnya, datanglah pasangan Sam-Irina.“Apa kau sudah mendapatkan teman Hispanic?” Irina memancing topik baru seraya duduk dan bergabung.“Belum,” jawab yang lain bersahutan.“Aku punya beberapa teman Hispanic.”Sam menyusul duduk di samping Irina.“Apa dia hot?” selorohnya.“Sam!” Irina mendengus mendengar pertanyaan tak penting Sam.“Ayolah, kau tak harus marah.
Nicky tertegun menyaksikan perkelahian di lapangan baseball, yang melibatkan dua orang siswi yang sejak awal semester ini terlihat dekat. Si pinky dan si brunette saling menjambak rambut. Caleb dan anak-anak tim baseball mencoba melerai perkelahian itu. Tak ingin terlibat, Nicky dan kawan-kawan berandalnya memilih menikmati adegan itu dari pinggir lapangan. Sementara itu Charlie tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan merekam adegan itu menggunakan ponselnya. “Tidakkah menunutmu aneh, Sam?” selidik Irina, tatapannya masih tertuju pada adegan perkelahian. “Tidak. Memangnya kau lupa anak-anak seperti mereka selalu bermuka dua? Di satu waktu mereka akan terlihat sebagai seseorang yang selalu berpihak padamu dan mendukungmu. Tapi saat kau memalingkan punggungmu pada mereka, saat itu mereka akan bersiap menusukmu dari belakang,” jawab Sam santai. Tak lama kemudian, datanglah para guru pria melerai perkelahian itu. Sempat terlihat adanya perdebatan di antara guru-guru itu dengan para
Fair Lady Kenneth melaju kencang membelah jalanan Kota St. Anglo yang mulai lengang menuju West Coast tanpa ada mobil patroli yang mengejar. Mendekati perbatasan dengan West Coast, Nicky terlihat gamang. "Apa akan aman melintasi perbatasan seperti ini?" "Turunkan saja sedikit hingga di bawah 80 km/jam. Akan kuberitahu saat kau mendekati speed trap1." Setelah berhasil membawa mobil yang ia kemudikan melintasi speed trap tanpa gangguan, Nicky pun kembali meningkatkan akselerasi mesinnya. Dalam dua detik, mobil itu telah mencapai kecepatan 150 km/jam. Tak lama kemudian Fair Lady bertemu dengan area yang jalanannya berkelok dan dipenuhi semak di kiri dan kanan. Ia telah sampai di perbatasan. Mobil itu pun kemudian memulai aksinya meliuk mengikuti alur jalan yang menghubungkan kedua county. Malam sudah sangat larut. Rasi Bintang Pari mendekati posisi tegak lurus dari horizon ketika Fair Lady menepi di salah satu surfing spot di Palmline Beach. Tempat ini sedikit jauh dari tempat diadak
Sambil menahan surfboard Nicky, Pandangan Kenneth tak lepas dari setiap interaksi yang terjadi antara si bocah pirang dengan teman-temannya. Ia saat ini berdiri bersebelahan dengan Aaron dan Shoujin, sedikit jauh dari tempat teman-teman Nicky berkumpul. Wajah bocah tomboi itu tak henti mengumbar senyum dan tawa riang. Seperti halnya yang dilakukan oleh Kenneth, Aaron, dan Shoujin, kawanan Shawn dan pasangan Sam-Irina datang untuk memberikan dukungan pada Nicky dalam penyisihan kompetisi surfing hari ini. Satu per satu, mereka beradu kepalan tangan dengan Nicky. Teman-teman sekolah Nicky juga tak henti memuji aksi bocah itu di atas ombak. Bahkan Charlie merekam aksi si pirang. Sepintas Kenneth menoleh pada Shoujin. Pemuda pelit ekspresi itu bahkan terlihat tersenyum, meski tipis tetap terlihat. Begitu besarkah pengaruh Nicky pada laki-laki gunung es itu? Setelah melambaikan tangan pada teman-temannya yang beranjak meningg
Nicky sedang membereskan peralatan makan kotor bekas sarapan semua penghuni rumah. "Dulu Aaron melarangku selalu menumpang pada Shoujin. Katanya aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Tapi lihat yang dilakukannya sekarang." Protes itu Nicky ajukan karena melilhat kebiasaan Freak Brother #2 berangkat selalu dijemput oleh Zac. "Kenapa tidak kaukatakan saja padanya?" sahut Kenneth yang sedang mengutak atik ponsel B sambil duduk menghadap meja makan. "Tentu saja akan kukatakan kalau aku sudah punya waktu bicara padanya. Kau tahu sendiri, aku tidak pernah bertemu dengannya kecuali ketika sedang sarapan. Apa perlu aku membahasnya ketika sarapan? Tidak. Itu bisa merusak mood-ku." "Baiklah. Lalu apa saja yang akan kaulakan hari ini?" "Mulai hari ini aku bekerja paruh waktu di Rhein's. Lalu nanti siang aku ke Palmline Beach. Aku hanya akan membahas dengan Emmery dan yang lain tentang persiapan untuk kontes besok." Nicky sudah selesai mencuci peralatan makan, lalu ia duduk kembali di sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments