"Kalian semua adalah iblis. Binatang saja tidak akan membiarkan anak-anaknya dimakan oleh binatang lain. Tapi, apa yang kalian lakukan? Ketika tidak yang bisa kalian manfaatkan dari kami, kalian dengan entengnya melemparkan kami ke mulut buaya. Kalian.. kalian.."
Alina berteriak dengan suara dingin dan penuh amarah. Jika suaminya masih bisa menahan diri karena menghormati ayahnya. Namun, bagaimana bisa ia melakukan hal yang sama saat nyawa ia dan keluarganya dipertaruhkan?"Alina, cukup!" Sela Arya dengan suara berat."Tidak bisa, mas. Aku sudah tidak tahan lagi. Selama ini kita sudah terlalu banyak diam dan mengalah. Tapi, lihat hasilnya? Mas, kam menganggap keluarga. Tapi, apa mereka menganggapmu keluarga mereka? Tidak! Mereka hanya menganggap kita sebagai orang bodoh yang bisa dimanfaatkan kapanpun mereka butuh lalu dibuang begitu saja saat sudah tidak berguna lagi."Alina seperti harimqu terluka yang sedang mengamuk dan sulit dihentikan. Merasa telah dimanfaatkan"Hahaha, gue gak nyangka kalau si Beny itu bakal mundur begitu saja. Padahal gue dah siap-siap buat berkelahi. Udah lama gak ngasah otot, tubuh jadi kaku.""Lagak lu Joe! Memang lu sanggup ngadepin pak Beny? Bagaimanapun dia itu seorang master. Sepuluh lu, paling cuma bisa buat manasin jari-jarinya doang.""Bajigur, emang gua serapuh itu? Bangsat ini nih si Mukhtar, remehin gua lu. Badak, lu jangan ikut campur kalau gua ajak dia sparing ya! Gua gak terima diremehin sama bodyguard lu, nih!""Ayok lah, kebetulan gua juga mau pemanasan sebelum naik ring minggu depan." Balas Mukhtar menanggapi sambil melepaskan jari-jarinya."Woi, kalian ini pada ngapain, sih? Kita itu ke sini buat bertemu Awan, malah pada berantem kalian?" Tegur Max mantan penguasa STM Dua Belas.Termasuk Theo, total ada dua puluh tiga orang yang sedang berkumpul di ruko kosong yang dulunya merupakan markas sekolah Bona.Mereka ini adalah para pemimpin sekolah yang pernah dikalahkan Awan dan kini mereka jadi berteman bai
Pengamatan Theo sangat cermat. Ia sudah membuat analisa sejak awal mula Bram masuk ke dalam ruangan bersama rombongannya. Apalagi saat itu Bram dengan terang-terangan membawa ponsel Bona bersamanya. Bukan hal yang sulit bagaimana Bram bisa mengetahui aktivitas Bona, bagaimanapun mereka masih saudara.Jadi, dibanding pertanyaan Joe sebelumnya, Theo langsung bertanya ke intinya, "Katakan, apa yang lu lakuin sama Bona?"Karena ia tidak melihat Bona bersama Bram, satu-satunya kemungkinan yang terpikir oleh Theo adalah kalau Bram pasti sudah melakukan sesuatu pada Bona demi menjalankan rencananya. Theo menebak kalau tujuan Bram sebenarnya adalah Awan. Setelah Bram dikalahkan Awan dulu, Bona maju dan memohon Awan untuk mengampuni Bram. Sebagai gantinya, Bona menggantikan posisi Bram sebagai penguasa di sekolahnya dan menjadi pengikut Awan. Anehnya, sejak saat itu Bram berubah total dan terlihat seperti siswa yang hanya fokus belajar dan sekolah. Tidak hanya itu, Bram juga menjadi lebih
Sebelumnya, saat Joe beradu pukulan dengan Bram, Theo dengan cepat memberi kode pada rekan-rekannya dan dengan cepat membuat strategi bertarung. Meski tidak yakin dengan hasilnya karena kemampuan lawan yang belum diketahui. Namun, menyerah sebelum bertarung bukanlah karakter Theo dan yang lainnya. Peluang sekecil apapun mesti dicoba. Meski kalah, paling tidak mereka kalah dengan status terhormat. Pengalaman keras dari masa mereka sekolah dulu sudah mengajarkan hal ini. Sehingga, saat pertarungan antar dua kelompok ini pecah, Theo bersama Rinaldy langsung menghadang di depan Bram. Sementara, Max, Joe, Dirga dan yang lainnya menghadapi empat orang di belakang Bram. Jadi, lima hingga enam orang kelompok mereka untuk menghadapi satu orang musuh. Jika saja kondisi sekarang dalam keadaan normal, pantang bagi mereka main keroyok seperti ini. Namun, untuk menghadapi musuh yang kekuatannya belum terbaca dan kemungkinan berada jauh di atas mereka, mau tidak mau mereka harus menghilangkan p
Setelah bertarung beberapa saat, peluang yang ditunggu keduanya akhirnya datang.Theo sudah menyadari titik lemah dari kemampuan Bram. Kekuatan mematikan yang terkumpul di kedua lengan Bram dan membentuk pijaran berwarna merah memang sangat menakutkan. Namun, penggunaan kekuatan ini secara terus menerus pastinya menguras tenaga dalam dan stamina seseorang.Selain itu, Theo juga sangat cermat saat melihat bahwa selain kekuatan di kedua tangannya, kemampuan Bram secara keseluruhan tidaklah meningkat.Itu artinya, Bram hanya memiliki kekuatan di tangannya itu sebagai andalannya. Bisa jadi, kekuatannya tidak alami dan hanya 'dititipkan' padanya. Itu sebabnya, kemampuan Bram dalam aspek lain tidak meningkat dan memang, Bram tampak sangat bergantung dan mengandalkan kekuatan ini.Meski itu hanya analisa sementara. Namun, setelah bertarung beberapa saat, penilaian Theo menunjukkan hasilnya. Stamina Bram mulai terkuras banyak dan gerakannya menjadi lebih lambat.Saat itulah, peluang yang ditu
"Bugh!"Theo hanya melihat bayangan punggung Rinaldy dari belakang dan tiba-tiba saja terdengar suara benturan yang cukup keras dan detik berikutnya, ia melihat tubuh Rinaldy terbang mundur lebih cepat dibanding saat ia menyerang sebelumnya.Tubuh Rinaldy terhempas dengan sangat keras menghantam dinding yang membuat dinding ruko kosong tersebut sampai hancur sebagian.Detik berikutnya, Rinaldy sudah tergeletak dalam keadaan sudah tidak berdaya.Dari kepalanya mengucur darah yang seakan tidak ada habisnya dan menutupi hampir semua wajahnya. Kedua tangan Rinaldy tertekuk sembilan puluh derajat yang menandakan kalau kedua lengan Rinaldy sudah patah sebelum ia dihempaskan oleh lawan.Jika begitu, betapa mengerikannya kecepatan dan juga kekuatan lawan?Padahal, Theo sempat berpikir kalau ia dan rekan-rekannya masih bisa menghadapi orang-orang ini.Sekarang, setelah melihat apa yang terjadi pada Rinaldy yang dikalahkan lawan hanya dalam satu gerakan, betapa naif pikirannya sebelumnya?Janga
"A-apa aku sedang bermimpi?" Banyaknya pukulan Bram di kepalanya membuat hampir semua wajah Theo diselimuti oleh darahnya. Selain itu, cideranya yang semakin parah membuat pandangan Theo menjadi kabur. Samar, Theo melihat bayangan di depannya perlahan berubah menjadi sosok seorang pria berbadan tegap. Sosok itulah yang telah melindungi Theo dan menyelamatkannya dari tangan kematian. Sosok itu juga yang telah menahan tubuhnya. Jika tidak, dengan kondisinya yang sudah lumpuh pasti akan membuat Theo jatuh. Sayangnya, Theo sudah tidak kuat bertahan dan akhirnya jatuh pingsan. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, ia mendengar sosok didepannya bicara, "Maaf, Bang. Aku datang terlambat. Sisanya biar aku yang mengurusnya." Hanya sebuah kalimat singkat dan sederhana. Namun kalimat singkat itu seolah dapat memberi jaminan yang dibutuhkan Theo. Dalam ketidaksadarannya, seulas senyum tipis terukir di wajah Theo. Awan meletakkan tubuh Theo di atas lantai dengan begitu hati-ha
Tidak hanya Bram, empat orang anggota sekte Bulan Darah juga dibuat terkejut dengan aura kuat yang dipancarkan Awan. Mereka berempat dikenal sebagai Moji bersaudara yang terdiri dari Raden Moji Wirakusuma, Satria Moji Wiradarma, Aki Moji Wiraguna dan Dewa Moji Wirakencana. Dalam sekte Bulan Darah sendiri, mereka berempat merupakan anggota elit dan hanya berada satu level di bawah tim pemburu yang dikirim untuk memburu Awan waktu itu. Selain itu, dalam tim mereka hanya ada lima orang yang menunjukkan betapa istimewanya kemampuan mereka. Kali ini, begitu informan mereka mendapat informasi kalau Awan masih hidup, sekte Bulan Darah secarta khusus mengirim mereka berlima untuk misi ini. Tim kecil serta kemampuan istimewa mereka sangat cocok untuk misi ini. Mereka bisa bergerak secara efektif tanpa perlu menarik perhatian dari klan Sanjaya. Itu sebabnya mereka sempat tidak percaya jika Awan yang mereka lihat sekarang ini adalah orang yang sama dengan orang yang diburu oleh sekte mereka
Begitu Moji bersaudara mengaktifkan formasi empat elemen andalan mereka, seluruh ruangan dalam ruko seperti terisolasi dari dunia luar. Selain itu, tekanan di dalam formasi meningkat drastis dan sepenuhnya berada di bawah kendali Moji bersaudara. Dalam formasi ini, kekuatan mereka berempat meningkat tajam hingga dua kali lipat. Jangankan manusia biasa, bahkan seorang grandmaster ssekalipun sangat sulit untuk bisa lepas dari cengkeraman formasi ini. Tidak terkecuali Awan. Semula Awan masih yakin jika dengan kemampuannya yang sekarang, ia dapat menghadapi empat Moji bersaudara sekaligus. Itu sebabnya, ia begitu percaya diri saat menyerang. Dengan mengandalkan kecepatannya, Awan sengaja menargetkan Dewa si pengguna elemen tanah dan juga yang gerakannya paling lambat di antara tiga orang lainnya. Hanya saja, di bawah formasi empat elemen, semua gerakan Awan ternyata dapat terbaca oleh lawan dengan sangat mudah. Bahkan Dewa yang memiliki kecepatan paling lambat sekalipun, dapat me