Share

Accept My Revenge
Accept My Revenge
Penulis: blackonix_29

Prologue

Penulis: blackonix_29
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-17 13:08:34

“Ada apa kau kemari, Alvin?” tanya pria bernama David Alexander.

“Aku kemari untuk mengambil kembali apa yang menjadi milikku, termasuk rumah ini.” David mengernyit.

“Apa maksudmu—“ Sebelum menyelesaikan ucapannya, Alvin segera memotong ucapannya.

“Aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku walau harus membunuhmu, David.” David membelalak saat Alvin mengarahkan pistol kepadanya.

“Apa kau bercanda? Singkirkan senjata itu!” perintah David.

“Tidak akan! Kau harus mati sekarang juga, David!”

Dor ... Dor....

Suara tembakan itu bergema hingga sampai ke kamar yang ditempati Clara. Clara terbangun karena terkejut dan mengintip sekilas keluar. Ia membelalak saat mendapati sang ayah tergeletak tak berdaya.

“Dengan ini, kami tidak akan jatuh miskin. Terima kasih saudaraku, istirahatlah dengan tenang bersama istrimu.” Alvin bangkit berdiri dan menatap kamar Clara. Ia memberi aba-aba pada para bawahannya untuk masuk ke kamar Clara. Clara yang melihat itu langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. Ia pun bersembunyi di bawah ranjang dan menutup rapat-rapat matanya berusaha menyingkirkan bayangan kematian ayahnya di kepalanya.

“Hiks ... ini mimpi hiks ... ini hanya mimpi hiks....” Di tengah isakannya, seseorang menutup mulutnya hingga ia ketakutan dan berusaha melepaskan diri.

“Sstt....” Clara menatap pria di sebelahnya dan berhenti meronta.

“Tenanglah, Paman akan menyelamatkanmu. Yang perlu kau lakukan saat ini adalah diam dan dengarkan Paman, oke?” Clara mengangguk dengan yakin. Ia tidak tahu siapa orang di sebelahnya ini namun, ia merasa orang di sebelahnya baik.

“Bagus. Paman akan membawamu ke suatu tempat dan kau akan aman di sana.” Clara kembali mengangguk. Suara pintu yang diketuk secara kasar terdengar dari luar membuat Clara gemetar.

“Tidak usah takut. Mereka tidak akan bisa menangkapmu selagi ada Paman di sini. Kita akan pergi sebelum mereka menemukanmu.” Clara mulai tenang dan percaya pada pria paruh baya itu. Namun, kepalanya terasa berat hingga ia tak mampu membuka matanya. Ia pun pingsan dan membuat pria paruh baya itu menghela napasnya.

‘Dia pasti shock setelah melihat kematian ayahnya,’ batin pria paruh baya itu.

Alvin berdecak kesal melihat para bawahannya menendang pintu kamar Clara.

“Dasar tidak berguna!” Ia pun mendekat ke pintu kamar Clara dengan pistol di tangannya lalu, menembak knop pintu itu dan menendang pintu itu hingga terbuka.

“Cari dia!” Para bawahan Alvin masuk dan memeriksa seluruh isi kamar Clara namun, tidak menemukan siapapun di sana. Pintu jendela kamar yang terbuka memperkuat dugaan jika Clara kabur dari jendela itu.

“Lapor, Tuan. Nona Clara tidak ada di kamarnya. Dia kabur melalui jendela.” Alvin mengernyit.

“Bagaimana mungkin? Apa dia melompat?” Alvin menatap jendela kamar Clara yang terbuka. 

“Cari dia ke bawah." Salah satu anggota Alvin turun ke bawah dan tidak menemukan Clara sama sekali.

"Dia juga tidak ada di sini, Tuan." Alvin mengernyit.

"Hah ... ayah dan anak sama saja merepotkannya. Kita cari dia lain kali, dan kau, jemput istri dan anakku. Lalu kalian, bersihkan tempat ini. Bakar mayat David atau apapun terserah. Yang pasti, tidak ada yang tahu jika terjadi pembunuhan di tempat ini.” 

"Siap laksanakan, Tuan," jawab para anggota Alvin.

Alvin mengambil ponsel dari saku celana dan menghubungi seseorang.

“Halo Pak, bisakah anda datang ke rumah kakak saya sekarang?”

“....”

“Baiklah, saya tunggu ya kedatangannya. Terima kasih.” Alvin mematikan teleponnya dan mengawasi para bawahannya membersihkan mansion yang akan ia tempati.

“Tidak!!!” Clara berteriak dan duduk seketika. Napasnya tersengal-sengal mengingat mimpi yang menghampirinya.

“Clara, Ayah pergi dulu, ya. Rebutlah kembali apa yang menjadi milikmu. Jangan sampai Alexander Group jatuh ke tangan yang salah.”

“Ayah, aku berjanji akan membalas dendam atas kematianmu.” Tatapan mata Clara kini berapi-api. Ia sudah bertekad untuk membalas dendam pada pamannya.

“Bagus, itulah yang diperlukan untuk bergabung dengan kami.” Clara menatap bingung pada pria paruh baya yang menyelamatkannya tadi.

“Perkenalkan, aku Albert. Aku asisten kepercayaan ayahmu dan juga teman terbaik ayahmu.” Clara terlihat ketakutan.

“Hei, kemana tatapan semangatmu tadi? Kenapa kau ketakutan seperti ini?” tanya pria bernama Albert.

“Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Bahkan saudara kandung ayahku tega menghabisi ayahku.” Albert tersenyum maklum. Gadis ini baru saja melihat kematian ayahnya dan hal itu wajar, jika ia tidak sembarang percaya pada orang lain.

“Kau ingin tahu, kenapa ayahmu dibunuh?” Clara mengangguk.

“Itu karena, ayahmu mendapatkan harta warisan dari kakekmu sedangkan pamanmu tidak. Karena itulah dia berusaha untuk merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya mengingat, pamanmu adalah anak kandung kakekmu.” Clara berusaha memahami apa yang dijelaskan Albert padanya.

“Apa kau ingin bilang jika ayahku bukan anak kandung kakekku?” Albert mengangguk.

“Kau benar, ayahmu bukan anak kandung kakekmu. Tapi, ayahmu mendapatkan harta warisan sedangkan pamanmu yang anak kandung tidak mendapat apapun. Kau tahu apa alasannya?” Clara menggeleng.

“Itu karena kakekmu tidak bisa mempercayai pamanmu. Pamanmu berencana menggunakan harta warisan itu untuk hal-hal yang tidak baik. Karena itulah, kakekmu mewariskan hartanya kepada ayahmu agar digunakan untuk kebaikan.” Clara pun tahu penyebab ayahnya dibunuh dan lagi-lagi, karena harta ayahnya menjadi korban.

“Paman, aku semalam bermimpi bertemu Ayah.” Albert mengangkat sebelah alisnya.

“Mimpi apa?” tanya Albert.

“Ayahku berpesan padaku untuk merebut kembali apa yang menjadi milikku. Apakah yang dimaksud Ayah, harta warisan?” Albert tersenyum menanggapinya.

“Sekarang, Paman ingin bertanya. Apa yang akan kau lakukan jika berhasil merebut harta warisan itu?” Clara menggaruk dagunya pertanda ia sedang berpikir.

“Aku ingin menyumbangkan sebagian harta warisan itu untuk panti asuhan dan sebagiannya lagi akan kugunakan sebagai modal usaha.” Albert mengangguk paham.

“Pemikiranmu persis seperti ayahmu. Kau tahu, ayahmu berhasil membentuk sebuah perusahaan besar dengan harta warisan itu. Paman yakin, perusahaannya saat ini diambil alih oleh pamanmu setelah kematian ayahmu.” Clara menatap lurus ke depan.

“Kalau begitu, aku akan merebut perusahaan yang telah dirintis oleh Ayah darinya. Paman Alvin harus menerima ganjaran akibat perbuatannya itu.” Albert mengusap rambut sepinggang Clara.

“Karena itulah, Paman membawamu kemari. Kau harus banyak berlatih untuk melawan pamanmu itu.” Clara menatap bingung.

“Kenapa berlatih?” tanya Clara.

“Pamanmu bukan orang yang mudah untuk dijatuhkan, Clara. Dia adalah ketua mafia terkejam dan tidak akan segan dalam menghabisi siapapun yang menghalangi jalannya. Kau perlu senjata untuk melawannya, paham?” Clara mengangguk.

“Kalau begitu, aku akan berlatih sungguh-sungguh Paman. Latihlah aku sekeras mungkin agar aku bisa mengalahkan brengsek itu,” Albert tertawa renyah.

“Kau masih muda, tidak baik mengumpat seperti itu. Tidurlah ... kau harus bangun pagi besok.” Clara mengangguk.

“Ubah kembali surat wasiatnya dan letakkan nama putriku di dalamnya.” Pria yang merupakan pengacara itu hendak membantah ucapan Alvin,

“Jangan ada bantahan yang keluar dari mulutmu. Nyawa keluargamu ada di tanganku dan aku bisa membunuh mereka kapan saja.” Pengacara itu meneguk salivanya.

“Baik, akan saya ubah secepatnya. Ada lagi yang anda perlukan, Tuan?” Alvin menggeleng.

“Tidak, terima kasih. Kau boleh pergi.” Pengacara itu membungkuk dan meninggalkan rumah David yang kini dimiliki oleh Alvin.

Alvin mendudukkan dirinya di sofa dan menikmati sofa empuk tersebut.

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
blackonix_29
Karena itulah saya membuat novel yg kejam.........
goodnovel comment avatar
Yuni Ayu Izma
Keren thor, aku suka kalau nover berbau kekejaman ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Accept My Revenge   Deep Talk

    Clara beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya. “Oh, Ayah. Ada apa, Ayah?” David tersenyum. “Ayah ingin bicara denganmu, Nak. Sekaligus, Ayah ingin melepas rindu karena sudah tiga tahun kita tidak bertemu.” Clara ber oh ria dan membuka jalan agar sang ayah bisa masuk ke kamarnya. Clara dan sang ayah duduk berhadapan di lantai dengan meja yang menjadi perantara mereka.“Bagaimana kabarmu, Clara? Apa kau baik-baik saja selama Ayah tidak ada?” tanya David.“Clara baik-baik saja, Ayah. Jujur, Clara sedikit kelelahan karena si bedebah itu. Clara harus berlatih dengan keras untuk menghancurkan bedebah itu dan harus mendekam di penjara selama seminggu. Tubuh Clara rasanya sakit karena tidur di tempat yang tidak nyaman. Tapi sekarang, Clara senang karena bisa bebas dan bertemu dengan Ayah lagi,” ujar Clara dengan senyuman manisnya.“Maaf, jika saja Ayah bisa melawan, kau pasti tidak akan kesulitan seperti ini, Nak.” David menunduk dengan rasa bersalahnya.Clara menggelengkan kepala

  • Accept My Revenge   Having Lunch Together

    Having LunchPLAK!” Bunyi tamparan menggema di seluruh ruangan. Calista menatap takut karena baru pertama kali melihat ayahnya semarah ini. “Ma, Papa kenapa? Kok bisa semarah ini?” Nampaknya, suara Calista terdengar sampai telinga Alvin. “Cih, bawa dia ke Distrik Mawar. Akan kuberi dia pelajaran karena tidak berguna sebagai pengacaraku!” perintah Alvin pada anggotanya.Anggota Alvin manut dan membawa Angga pergi dari hadapan Alvin. Alvin berjalan mendekati Calista dan Risa tanpa menghiraukan teriakan . Alvin mengusap rambut Calista. “Maaf, Papa membuatmu ketakutan. Ma, aku harus pergi ke suatu tempat sekarang. Maaf, tidak bisa menemani kalian makan siang.” Risa mengangguk. “Tidak apa-apa. Lain kali, jangan sampai kelepasan.” “Sekali lagi maafkan aku,” ucap Alvin. “Hn, hati-hati. Ayo sayang, kita makan siang. Kau pasti lapar karena seharian berada di pengadilan,” ujar Risa mengalihkan perhatian Calista. Nampaknya, Calista masih shock melihat amarah ayahnya yang mengerikan. Calista

  • Accept My Revenge   Unexpected Moment

    “David/Ayah???” Dengan wajah penuh keterkejutan, Clara dan Albert menyebut nama pria di hadapan mereka. Sementara yang ditatap hanya menatap kebingungan dengan reaksi dua orang di depannya. “Kenapa terkejut begitu?” tanya David heran.“K_kau masih hidup, David? B-bagaimana bisa?” tanya Albert terbata. Dia belum bisa mengendalikan keterkejutannya.“Iya, aku masih hidup. Karena aku masih hidup, seharusnya kalian menyambutku lebih baik lagi,” sindir David sarkas.Clara yang sudah mengendalikan keterkejutannya pun berdeham. “Ekhem, ceritakan semua pada kami bagaimana Ayah masih hidup tanpa terlewatkan!” perintah Clara dengan tegas, tanpa mempedulikan jika dia sedang berbicara dengan ayahnya.“Ayah tidak akan menceritakannya karena yang lebih tahu detailnya Vincent, kakak angkatmu.” David tersenyum pada putrinya. Akhirnya, dia bisa melihat putrinya lagi.“Loh, kenapa tidak Ayah sendiri yang cerita? Tanya Clara terheran.“Karena Vincent yang lebih tahu detailnya. Vincent yang telah menyela

  • Accept My Revenge   The Final Courts

    Hakim yang tak mendapatkan jawaban pun kembali bertanya pertanyaan yang sama. "Saya tanya sekali lagi, Tuan Angga. Bisakah anda menunjukkan bukti lain selain sidik jari ini?" Angga yang sedari tadi diam pun bersuara. "S-saya tidak punya bukti lain, Yang Mulia." "Cih, dasar tidak berguna," rutuk Alvin pelan. "Tapi, saya bisa memberikan bukti yang lebih kuat dari Tuan Ryan asalkan anda memberikan saya waktu satu minggu, Yang Mulia," pinta Angga yang membuat sorakan amarah keluar dari mulut para audiens. Hakim itu mengetuk keras palu tersebut hingga membuat para audiens terdiam. "Maaf, Tuan Angga. Saya tidak bisa memberi tambahan waktu. Saya akui anda berani menuntut hukuman mati terhadap Nona Clara hanya dengan mengandalkan sidik jarinya saja. Padahal, sidik jari itu belum tentu benar adanya. Anda bisa saja dituntut atas pencemaran baik, anda mengerti, Tuan Angga?" Hakim itu menatap tegas pada Angga.Angga mengangguk pasrah, untuk pertama kalinya dia merasa dipermalukan di hadapan s

  • Accept My Revenge   Beginning Of The Courts

    Pada pukul 8 malam, Vincent dan Calista baru saja pulang dari melakukan aktivitas. Menonton bioskop, ke pantai, dan ke mall untuk belanja. Banyak sekali barang belanjaan Calista di tangan Vincent, tapi Vincent tidak mengeluh sama sekali. Vincent sangat mencintai Calista, begitu juga sebaliknya. Setibanya mereka di mansion, Vincent mengecup kening Calista dan tanpa sadar kegiatan mereka dilihat oleh Risa, sang ibu. "Ekhem, cieee yang habis jalan-jalan. Bagaimana kegiatannya? Menyenangkan?" ujar risa hingga membuat sepasang kekasih itu tersentak. Mereka langsung berbalik menatap Risa dengan wajah memerah. "Eh Mama kok ada di sini?" tanya Calista. Risa tersenyum menggoda tatkala melihat wajah sang anak memerah. "Tentu saja Mama menunggumu pulang bersama kekasihmu ini. Bagaimana kencannya? Apa menyenangkan?" "Kencannya sangat menyenangkan. Vincent sangat romantis dan memperlakukanku seperti seorang putri," jawab Calista. Tak lama kemudian, Alvin keluar dari rumah dan mendapati Calista

  • Accept My Revenge   Investigating And Interogation

    Albert pulang ke mansionnya dan disambut oleh maidnya. "Tuan sudah pulang?" tanya Maid itu. Albert mengangguk. "Panggilkan Naomi dan suruh dia ke ruanganku!" perintah Albert. "Baik, Tuan," jawab Maid itu dan meninggalkan Albert. Sementara itu, Albert melangkah ke ruang kerjanya dan membuka komputer yang ada di meja kerjanya. Albert mengetikkan sesuatu di komputer itu dan sayangnya tidak menemukan apapun. Albert mendengkus. "Tidak ada hasil? Khe, yang benar saja! Albert pun mencoba untuk menelusuri lebih dalam dengan melakukan peretasan, tetapi nihil. "Pengacara tidak memiliki akun? Bisa jadi karena kesibukannya dalam menangani kasus klien. Maafkan Paman, Clara, Paman tidak bisa mencari tahu." Akhirnya, setelah tidak mendapatkan informasi apapun, Albert langsung mengirim pesan pada Felix dengan harapan jika Felix akan memberitahukan isi pesan itu pada Clara. Albert menyandarkan tubuhnya di kursi dan menengadahkan kepalanya ke atas.&

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status