Kiara mengerjapkan matanya berkali-kali saat mentari pagi menyilaukan pandangannya. Perlahan ia membuka matanya dan sedikit menutupi pandangannya karena silau mentari begitu tepat diwajahnya. Kiara mencoba bangkit dari ranjangnya dan ia merasakan tubuhnya begitu lelah dan sedikit sakit diarea intimnya.
Ia menoleh ke samping dan ternyata pria itu sudah tidak ada. Sepertinya ia meninggalkanny di hotel pagi-pagi sekali.
Sungguh, ia tidak pernah menduga akan menghabiskan malam bersama pria yang merupakan atasannya sendiri dalam keadaan seperti ini. Belum lagi selesai ia berpikir, kini ponselnya berbunyi. Ada satu notifikasi masuk.
Ivander : hari ini kau tidak perlu masuk, beristirahatlah di rumah. Atau kalau kau mau melihat suasana di sekitar hotel kau bisa berjalan-jalan dulu menikmati suasana alam di dekat hotel. Aku sedang meeting, dan pekerjaanmu sudah di selesaikan oleh Zascy. Aku juga telah mentransferkan uang lima ratus juta lagi ke rekeningmu.
DEG!!!
Kiara terkesiap begitu membaca pesan yang baru saja ia terima dari Ivander. Lelaki itu, bukan hanya merebut kesuciannya tapi juga telah memperlakukannya seperti jalang di luar sana. Ia memberikan jumlah uang yang fantastis lagi? apa maksud pria itu mengirimkannya pesan seperti itu? Apa dia sedang mengejeknya?
Ivander: Kenapa tidak dijawab? Kau mencoba untuk menghindar dariku?
Ivander itu, tidak sabaran sekali. Apa menurutnya setiap pertanyaannya harus dijawab.
Kiara: iya aku baru saja bangun.
Jawab gadis itu singkat, sambil memberengut ia melihat kesal pada pesan singkat pria itu.
Ivander: baguslah kalau begitu nanti aku jemput kamu kembali. Kita akan bertemu dengan orang tuaku.
Apa? apa-apaan dia? seenaknya saja, masa harus bertemu dengan orang tuanya juga? Maunya apa?
Setelah pesan terakhir itu, pria itu tidak lagi menghubunginya, tapi ini benar-benar aneh mengapa harus bertemu dengan orang tuanya segala.
Kiara bergegas membersihkan dirinya. Benar yang dikatakan Ivander, hari ini ia harus istirahat karena benar-benar melelahkan. Dan satu lagi, ia harus mengisi perutnya yang kosong karena cacing di dalam perutnya sudah meronta-ronta untuk segera diisi.
Sayangnya ia lupa membawa uangnya karena tasnya tertinggal di kantor saat Ivander membawa paksa dirinya ke hotel. Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar di ketuk. Buru-buru Kiara merapikan dirinya dan langsung membuka pintu kamarnya.
"Iya, ada apa?" tanyanya pada service room yang sedang berada di depan pintu sambil membawa makanan dan minuman yang terlihat begitu lezat.
"Saya ingin mengantarkan pesanan atas nama nona Kiara," ujar lelaki itu.
"Aku Kiara tapi aku belum memesan apapun," jelas wanita itu padanya.
"Tuan Ivander yang memesankannya untuk anda," pungkas cleaning service itu lagi.
"Tapi aku tidak mempunyai uang," kilah Kiara padanya.
"Anda tidak perlu membayar karena semuanya telah dibayarkan oleh tuan Ivander," ucap cleaning service itu dan segera membawakan makanan itu ke dalam kamar Kiara. Gadis itu hanya bisa melongo dengan apa yang dilakukan cleaning service itu.
Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang direncanakan Ivander sampai dia mengirimkan makanan segala, tapi jujur saja Kiara merasa sangat senang sekali karena untuk pertama kali dalam hidupnya ia diperlakukan bagai seorang ratu. Ada rasa bahagia yang tak terkira yang berlapis rasa benci jika ia mengingat apa yang telah terjadi padanya tadi malam. Sungguh menjijikan, Kiara menggelengkan kepalanya dan menghirup nafas panjang. Meskipun begitu ia tetap menghabiskan makanan yang telah diberikan padanya.
Baru beberapa suap ia memakan makanannya. Sebuah notifikasi masuk ke layar ponselnya.
Ivander: cepat habiskan makananmu, setelah itu supir akan menjemputmu. Kau akan membeli baju baru dan beberapa perhiasan untukmu.
Kiara semakin terkejut oleh sikap atasannya itu. IVANDER KAU SANGAT MENYEBALKAN!!! gerutunya sambil berteriak dan hampir saja melempar ponselnya, tapi Kiara mengurungkan niatnya.
Tidak ... tidak, aku tidak boleh melempar ponsel ini. Jika ponselnya rusak dan hancur aku tidak punya ponsel lagi. Lirihnya pada dirinya sendiri.
Tanpa disadari oleh Kirana seseorang memperhatikannya dari sebuah monitor di laptop. Ternyata sedari tadi Ivander melihat apa saja yang dilakukan Kiara di dalam hotel melalui kamera CCTV, karena hotel itu adalah miliknya jelas saja Ivander bebas melakukan apa saja, termasuk untuk mengawasi Kiara.
Sungguh, mengerjai gadis itu dengan cara seperti ini membuatnya menjadi gemas. Terlebih lagi saat wanita itu marah-marah bukannya membuat Ivander merasa bersalah, tapi malah dengan sengaja terus mengerjai gadis itu. Ivander sampai senyum-senyum sendiri melihat tingkah gadis itu.
***
"Hei Van, kayaknya Lo senang banget. Baru kali ini gue melihat Lo tertawa lepas kayak gini setelah lima tahun berlalu," ucap Gery yang baru saja masuk ke ruangan Ivander.
Benar yang dikatakan pemuda itu, selama lima tahun semenjak berpisah dengan kekasihnya, Ivander tidak lagi mau tersenyum bahkan sikapnya semakin dingin, tapi semenjak kehadiran Kiara di perusahaan itu dalam waktu seminggu saja sudah bisa merubah sahabatnya itu.
"Lo itu ga usah berlebihan gue senyum karena gue senang," Ivander terlihat begitu senang dan bersemangat.
"Apa yang udah lo lakukan sama Kiara, jangan bilang Lo udah tidur sama dia?" tebak Gery pada sahabatnya itu. Ivander hanya tersenyum menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Eh, ditanyain malah cengar-cengir ga jelas gitu. Lo apain anak orang? kasian loh, dia itu masih polos jangan disamain dengan cewe lainnya," Gery semakin khawatir dengan sikap temannya itu.
"Lo ga usah khawatir, sebentar lagi Kiara ga perlu capek-capek buat bekerja di perusahaan ini. Hidupnya bakal lebih bahagia lagi," Ivander begitu yakin kalau dia akan membuat gempar sahabatnya itu, bahkan semua karyawan akan terkejut saat waktunya tiba.
Lelaki ini, memang sedikit aneh dan nekat tapi ia melakukan semuanya dengan sangat matang. Tiba-tiba telponnya berdering dan dengan cepat ia mengangkat telponnya.
"Ya, halo pak pengacara, apa sudah diurus semua berkas-berkasnya?"
"Sudah pak sebentar lagi orang kepercayaan saya akan mengantarkan berkasnya pada anda,"
"Baiklah terimakasih pengacara Tan,"
Gery menatap heran pada sahabatnya itu, sungguh ia tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya itu. Sangat mencurigakan, semoga saja Ivander tidak akan berbuat berlebihan pada gadis itu.
Kiara yang malang, kalau sampai Ivander mengerjainya habis-habisan pasti akan berdampak buruk padanya.
"Gue benar-benar ga ngerti sama jalan pikiran Lo, gue cuma berharap Lo ga bakal menyakiti gadis itu," ucap Gery memperingatkannya.
"Kenapa Lo tiba-tiba perhatian sama dia? apa Lo menyukai gadis desa itu?" Ivander merasa jengah dengan sikap temannya yang seakan-akan ingin melindungi Kiara.
"Ini bukan masalah suka atau ga. Kalau boleh jujur, dia memang menarik dan siapapun lelaki yang mengenalnya pasti akan menyukainya tapi gue cuma mau mengingatkan Lo, jangan terlalu bersikap berlebihan pada Kiara. Ingat karma pasti berlaku bro," imbuh lelaki itu lagi padanya.
Ivander terdiam dan tidak mau berkata apapun lagi. Yang dikatakan temannya itu benar tapi ia tidak seburuk itu juga memperlakukan seorang wanita yang baru ia kenal.
Kiara baru saja selesai makan, saat ini ia keluar ke halaman hotel dan melihat-lihat suasana diluar. Benar yang dikatakan Ivander suasana di luar hotel sangat indah. Hotel itu terletak di dekat pantai jadi Kirana berniat untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Pasti sangat menyenangkan, tapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya ke bibir pantai, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghampirinya."Nona Kiara?" tanya si pria yang mengendarai mobil mewah itu padanya."Iya, benar. Ada apa pak?" Kiara mengernyitkan dahinya merasa tidak mengenal orang itu."Ayo silahkan naik ke mobil, tuan muda sudah menunggu anda," ujar lelaki itu sambil membukakan pintu mobil, tapi Kiara tampak enggan untuk masuk ke dalam mobil itu."Nona ayo cepat, tuan muda Ivander sudah menunggu anda. Jangan sampai terlambat, jika tidak ia bisa memarahiku habis-habisan," pria itu tampak ketakutan. Ia hanya seorang supir yang disuruh mengantarkan Kiara pada Ivander, jadi pria itu tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya m
Mau tidak mau Kiara terpaksa mengikuti Ivander. Entah drama apa lagi yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Dalam perjalanan pulang Kiara hanya diam, dia benar-benar tidak siap jika harus menjalani pernikahan bersama pria arogan ini. Apalagi keluarganya di desa tidak mengetahui apa yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana kalau sampai ibunya mengetahui ia telah menikah tanpa izin dari sang ibu? Entahlah apa yang akan terjadi pada nasibnya kelak.Kiara saat ini berada di tempat kosnya, sengaja Ivander mengantarnya pulang hari itu karena ia ingin tahu dimana tempat tinggal gadis Kiara."Pak, saya turunnya di sini saja," pinta Kiara saat sampai di depan kos-kosannya. Ia tidak ingin terlihat oleh orang-orang di sekitar tempat tinggalnya kalau ia diantarkan oleh atasannya."Memangnya dimana tempat tinggalmu?" Ivander merasa penasaran."Saya tinggal di belakang gang itu pak, tapi sebaiknya bapak mengantar saya sampai di sini saja bapak tidak akan suka jika masuk ke dalam gang sempit itu,"
Ivander melajukan mobilnya begitu Kiara telah duduk di dalam mobil. Kiara hanya diam dan pasrah saat lelaki itu melajukan mobilnya. Sementara Ivander diam-diam melirik ke arah Kiara. Sungguh hatinya bergetar hebat, ia tidak pernah mengira sekretaris pribadi yang menjadi istri kecilnya itu benar-benar elegan. Meskipun dia bukan gadis yang terlahir dari keluarga kaya tapi gadis ini benar-benar mempesona.Tiba-tiba muncul ide iseng dari Ivander, ia mencoba menggenggam tangan Kiara, dan dengan cepat Kiara menepis tangannya."Pak apa yang anda lakukan?" Kiara merasa tidak suka dengan perlakuan Ivander padanya."Aku hanya menyentuh istriku," ucap lelaki sambil mencoba mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara semakin tidak nyaman.Pria ini benar-benar sangat menyebalkan. Dia mencari kesempatan tiap kali bersama Kiara.Tepat saat itu berada di lampu merah, Ivander tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ia segera merangkul Kiara."Pak, jangan karena saya sudah menandatangani kontrak d
Amora dan Antonio begitu senang karena pada akhirnya putra mereka mendapatkan wanita yang benar-benar akan menjadi istrinya."Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Ivander mau menikah juga," ujar Antonio pada sang istri."Iya Momy ga menyangka dia menjalin hubungan serius dengan wanita, mengingat dulu waktu Cheryl meninggalkannya, dia begitu patah hati dan terlihat sangat hancur," kenang Amora mengingat apa yang telah terjadi pada putranya dulu.Sebegitu cintanya putranya itu pada Cheryl bahkan mereka sampai berniat untuk menikah, tapi wanita itu malah lebih memilih untuk melanjutkan karirnya sebagai model papan atas. Saat itu Cheryl sedang naik daun dan wajahnya selalu menghiasi media cetak maupun media elektronik dan penghasilannya juga sangat menjanjikan di dunia entertainment. Makanya saat ada tawaran kontrak untuk bekerja di luar negeri Cheryl lebih memilih untuk mengembangkan karirnya dan menunda pernikahannya dengan Ivander.Ivander sempat menunggunya untuk kembali tapi sayang
Ivander memulai perjalanannya bersama Gery. Ia tampak begitu bersemangat untuk pertemuannya. Bahkan ia sangat yakin kali ia akan memenangkan tender lagi.Namun, tiba-tiba saja ia merasakan sangat rindu pada Kiara. Ia segera membuka ponselnya melihat apa saja kegiatan yang dilakukan Kiara selama ia pergi.Ia melihat Kiara begitu serius dengan pekerjaannya, ada rasa kagum menjalar di dalam hatinya. Gery yang sempat memperhatikan Sahabat sekaligus atasannya itu sempat penasaran dengan sikap Ivander. Sebenarnya dia ini sedang memikirkan apa? fokus sekali, gumam Gery dalam hatinya. Ia memang penasaran dengan Ivander sejak beberapa hari yang lalu seperti sedang menyembunyikan sesuatu.Diam-diam, ia mendekat ke arah Ivander dan melirik sedikit apa yang sedang diperhatikan pria itu dan ketika ia melihat sosok wanita yang tidak asing baginya."Kiara?" spontan saja ia menyebut nama gadis itu dan membuat Ivander tersentak dari lamunannya dan menatap tajam pada sahabatnya."Kau ... jadi kau mengi
Ivander tengah sibuk dengan pertemuannya dengan kliennya, ia sedang menjelaskan tentang presentase proyeknya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ivander menghentikan aktifitasnya sejenak dan menatap ke arah layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal."Maaf, saya tinggal dulu sebentar. Presentasenya akan dilanjutkan oleh asisten saya," ucap Ivander pada para peserta rapat yang sedari tadi begitu fokus mendengarkan presentase Ivander.Para peserta mengangguk, kemudian Ivander keluar dari ruang rapat dan presentase yang sedang diarahkan oleh Ivander dilanjutkan oleh Gery.Ivander segera ke loby untuk mengangkat panggilan telponnya."Halo," sapanya pada orang di seberang sana."Halo sayang, ini aku. Apa kau tidak merindukanku?" ucap wanita diseberang sana dengan suara manja."Maaf anda siapa?""Kita baru saja bertemu di depan loby hotel tadi. Aku tidak sengaja menabrakmu,"Ivander mengingat kembali kejadian saat ia akan masuk ke dalam loby hotel."Cheril, mau apa kau menelponku? aku seda
Ivander tengah sibuk dengan pertemuannya dengan kliennya, ia sedang menjelaskan tentang presentase proyeknya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ivander menghentikan aktifitasnya sejenak dan menatap ke arah layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal."Maaf, saya tinggal dulu sebentar. Presentasenya akan dilanjutkan oleh asisten saya," ucap Ivander pada para peserta rapat yang sedari tadi begitu fokus mendengarkan presentase Ivander.Para peserta mengangguk, kemudian Ivander keluar dari ruang rapat dan presentase yang sedang diarahkan oleh Ivander dilanjutkan oleh Gery.Ivander segera ke loby untuk mengangkat panggilan telponnya."Halo," sapanya pada orang di seberang sana."Halo sayang, ini aku. Apa kau tidak merindukanku?" ucap wanita diseberang sana dengan suara manja."Maaf anda siapa?""Kita baru saja bertemu di depan loby hotel tadi. Aku tidak sengaja menabrakmu,"Ivander mengingat kembali kejadian saat ia akan masuk ke dalam loby hotel."Cheril, mau apa kau menelponku? aku sedan
Ivander telah sampai di kantornya, dan seperti biasa Kiara selalu ada di ruangannya. Gadis itu masih berkutat dengan laptopnya. Ia selalu sibuk dengan pekerjaannya, belum menyadari kedatangan Ivander, pria itu menatapnya dengan berkacak pinggang tapi gadis muda itu tidak menatap Ivander karena sibuk dengan pekerjaannya."Kiara," suara bariton pria itu berhasil membuat wanita cantik dengan rambut sebatas dada itu terkesiap. Ia mendongak ke atas menatap sumber suara itu."Pak Ivander?" Kiara terperanjat melihat pria itu. Sungguh ia tidak mengira Ivander datang dihadapannya tanpa ia ketahui."Ke ruangan saya sekarang juga," titah pria itu padanya. Seperti biasa, Ivander akan selalu menunjukkan sikap dinginnya pada Kiara jika berada di luar ruangannya. Supaya tidak ada satupun karyawan yang mengetahui hubungan mereka."Baik pak," Kiara merapikan terlebih dahulu berkas-berkas yang masih berserakan di mejanya sebelum menuju ke ruangan Ivander."Kiara!" teriak lelaki itu kembali."Iya pak, s