Share

BAB 6

Baru saja Kiara melihat jumlah nominal yang masuk kedalam rekeningnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera Kiara menekan tombol hijau.

"Bagaimana? Kau sudah lihat rekeningmu?" orang diseberang sana mengingatkannya.

"Pak Ivander?"

"Tidak perlu terkejut. Aku adalah orang yang menepati janji. Apapun yang kukatakan pasti akan ku lakukan. Jadi ingat besok kita bertemu di hotel xxx. Jangan coba-coba mencari alasan dan menolak. Kau tidak akan bisa menghindariku. Paham?"

Kiara bingung, di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena permasalahan keuangannya bisa teratasi. Bahkan lebih dari cukup, tapi untuk pergi berkencan dengan Ivander apa itu harus? Bagaimana dengan petuah yang selalu diajarkan sang ibu padanya? Apa harus ia langgar? Sungguh ia dalam dilema saat ini.

"Mengapa diam saja? Kau mau mencari alasan untuk tidak berkencan denganku?"

"Tidak, aku tidak sedang mencari alasan. Anda tidak perlu takut. Aku pasti akan menepati janjiku,"

"Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau besok pagi. Jangan sampai terlambat, karena aku bukanlah orang yang suka menunggu,"

Setelah itu pembicaraan merekapun. Selesai. Sungguh ini hal gila yang akan membuat hidup Kiara. Ia tidak menggubris telpon itu lagi, yang ada dipikirannya saat ini adalah ia harus segera mengirim uang yang dibutuhkan oleh adik dan ibunya. Kiara segera mentransfer ke rekening adiknya dan betapa bahagianya keluarganya saat Kiara memberikan uang sejumlah yang mereka inginkan.

***

Keesokan paginya, seperti biasa Kiara pergi bekerja di kantor, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.

"Kau masih ingat janjimukan?" suara itu membuatnya terkesiap.

"Pak Ivander, bukankah hari ini kita ada jadwal pertemuan?" kilah gadis itu padanya.

"Jangan lupa nanti siang kita akan berkencan. Aku jadi tidak sabar menunggumu," bisik lelaki itu menggoda padanya. Membuat Kiara bergidik ngeri. Dengan cepat Kiara mengambil langkah seribu. Ia tidak ingin bicara dengan Ivander, tapi lelaki itu hanya tersenyum melihat sikap Kiara.

Tepat jam istirahat siang, Ivander langsung mencari Kiara. Ia tidak ingin gadis itu membohonginya. Ivander segera menuju ke ruangan Kiara.

Astaga, pria ini mengapa ia tidak bisa membiarkan aku bernafas lega sedikitpun? Ia benar-benar tidak bisa menunggu sebentar saja, gumam Kiara dalam hatinya.

"Apa yang kau lihat? ayo, kita harus pergi sekarang," ajak Ivander sambil mengulurkan tangannya pada wanita muda itu. Kiara hanya menatap heran padanya.

"Lama!" tanpa menunggu lagi, Ivander mengangkat tubuh Kiara ke atas bahunya dan gadis itu terkesiap.

"Pak apa-apaan ini? lepasin pak! kalau ada yang melihat nanti akan ada yang salah paham," pungkas gadis itu sambil memberontak tapi lelaki itu tidak memperdulikan ucapannya. Ia tetap saja menggendong Kiara seperti karung beras.

Bahkan para karyawan yang masih berada di sana dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Ivander pada sekretaris pribadinya itu, tapi mereka tidak berani mengatakan apapun. Mana ada yang berani menegur Ivander si lelaki keras kepala itu. Jika berani membantah atau menegurnya ia langsung memecat orang itu.

Sesampainya di parkiran, Ivander langsung membuka pintu mobilnya dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang satu lagi masih menggendong Kiara. Ia memasukkan gadis itu ke jok depan dan langsung menyalakan mesin mobilnya.

"Pak kita mau kemana?" tanya gadis itu sedikit merasa takut. Ivander hanya mengangkat tangannya memberikan peringatan untuk tidak bertanya. Kiara tidak mampu berkata apapun ia hanya menurut.

Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan yang berarti antara keduanya, mereka lebih memilih diam. Kiara hanya menunduk menahan rasa sesak didadanya. Takut akan apa yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Tiba-tiba matanya berembun namun Kiara cepat-cepat menoleh ke samping untuk menyembunyikan kesedihannya. Ivander sempat melirik dan memperhatikannya tapi pria itu lebih memilih diam.

***

Hanya tiga puluh menit mereka telah sampai di sebuah hotel mewah berbintang lima. Kiara terperanjat melihat kemegahan hotel itu, belum pernah sebelumnya ia masuk ke hotel se mewah itu.

Ivander langsung mengajak Kiara ke ruangan VIP yang telah di bookingnya. Setibanya diruangan itu telah tersaji hidangan mewah yang menggoda selera. Sebenarnya Kiara sangat lapar dan ingin sekali menyantap makanan yang tersedia tapi karena bersama pria yang tidak punya hati itu membuat selera makannya hilang seketika.

"Ayo cepat makanlah, kau membutuhkan tenaga untuk berkencan nanti," ucap lelaki itu membuat Kiara mengernyitkan dahinya.

Apa maksud ucapannya itu? monolognya dalam hati.

"Ayo makan jangan lama-lama. Aku tidak suka menunggu," ucap lelaki itu merasa tidak sabar.

Tidak butuh waktu lama, mereka telah selesai memakan hidangan yang tersedia. Ivander segera membawa Kiara ke dalam kamar yang berada di dekat ruangan itu. Kiara makin dibuat melongo saat melihat ukuran kamar yang begitu besar. Bahkan kamar kosnya saja tidak sampai separuh kamar itu.

"Ayo cepat masuk," Ivander menarik tangan wanita itu, karena tidak siap tiba-tiba tubuhnya terjatuh begitu saja. Namun dengan sigap Ivander memeluknya, hingga kini mereka berada dalam jarak yang begitu sangat dekat. Ada rasa yang berbeda dalam hati Ivander saat menatap bola mata gadis itu. Mata yang teduh dan sangat indah.

Ivander yang begitu berhasrat pada Kiaralangsung melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu dan menyesap bibir merah gadis itu. Kiara belum siap  dan sangat terkejut dengan keagresifan Ivander, ia berusaha menolak dan memberontak tapi lelaki itu malah mempererat pelukannya dan sekarang ia malah menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciumannya.

Entah mengapa meskipun dibibir ia menolak apa yang dilakukan Ivander padanya namun hatinya menikmati ciuman lembut yang mendarat dibibirnya, tanpa sadar ia membalas ciuman Ivander yang sedari tadi menuntut padanya. Sesekali Ivander melepaskan tautan bibir mereka untuk menghirup oksigen.

Ivander tersenyum menatap wajah Kiara, tapi gadis itu malah membuang mukanya, membuat Ivander semakin tertantang untuk semakin menyerangnya. dengan sigap ia mengusap bibirnya ke leher jenjang  dan menghembuskan nafasnya yang hangat ke leher putih mulus itu. Membuat dad Kiara kembang kempis menahan rasa yang tidak dapat dia jelaskan.

Lelaki itu mengusap rambut kecoklatan milik Kiara  perlahan ia mengusap kening, hidung, hingga tangan itu berhenti di bibir yang baru saja membuatnya merasa candu. Ia mengulangi menyesap bibir kemerahan itu.

Ivander tersenyum nakal pada gadis itu dan mengeratkan tangannya pada pinggang wanita muda itu mempertemukan pinggang keduanya kemudian menggendong tubuh mungil Kiara ke ranjang dan merebahkannya.

Darah gadis itu semakin berdesir kencang tanpa basa-basi Ivander melepaskan penutup atas wanita itu sehingga memperlihatkan tubuh indah dan dua bongkahan yang terlihat kembang kempis, terlihat begitu menggodanya untuk menyentuhnya. Ivander yang sudah dipenuhi oleh hasrat langsung menggendong wanita itu kepelukannya, kenudian mendaratkan ciuman diwajah hingga dada Kiara.

Kiara mulai merasakan ada hasrat yang merasuki  dirinya tanpa ia sadari ia malah membelai bulu-bulu halus diwajah pria tampan itu. Ivander semakin bergairah, ia segera melepaskan dasi dan jas yang melepaskan jas yang ia kenakan. Ia benar-benar gemas melihat wajah gadis itu, kemudian merangkak ke atas tubuh mungil itu.

Kaira menggelengkan kepalanya dan nafasnya mulai tak beraturan saat merasakan tiap tubuhnya seakan dialiri aliran listrik. Bahkan ia merutuki dirinya sendiri saat lelaki itu mulai mengambil mahkotanya. Ivander merasa kesusahan saat memasuki inti wanita itu dan benar saja saat terdengar suara robekan pada bagian inti itu. Ivander baru menyadari wanita yang bersamanya itu seorang gadis yang murni. Ia semakin menggila.

Melihat gadis itu begitu tersiksa,  membuat Ivander semakin hilang kendali. Ia semakin menggila untuk menuntaskan hasratnya. Berkali-kali ia melakukan pelepasannya, hingga dirinya ambruk di sisi gadis itu setelah melewati malam panas bersamanya.

Kiara sendiri ingin segera bangkit dan membersihkan dirinya untuk segera pergi dari tempat terkutuk itu, tapi tubuhnya terasa sangat capek dan remuk. Akhirnya iapun tertidur karena kelelahan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status