"Yang mulia pasukan sudah siap" Michael hanya mengangguk.
Setelah pertemuannya dengan sang kaisar ia memutuskan untuk segera menyusul Grand duke yang berada di medan perang karena situasi yang sedikit rumit terjadi disana.Monster iblis yang biasanya liar dan tak terkendali serta menyerang siapa saja kini penyerangan monster seperti terkontrol dengan baik seakan anda yang mengendalikan mereka."Yang mulia apa anda ingin bertemu dengan, nona? Saya akan membangunkan nona" Michael mengeleng."Sepertinya dia lelah, nani sampaikan padanya bahwa aku akan segera kembali" ucapnya sambil menutup kembali pintu kamar tersebut."Baik yang mulia, mohon kembali dengan selamat" Michael tersenyum.Baju Zirah melekat pada tubuhnya dan pedang pemberian kaisar.Beberapa saat yang lalu..."Putraku, kau tau bahwa sebenarnya aku bukan pangeran pertama yang mewarisi tahta, itu karena aku memiliki kakak bodoh yang hanya memikirkan peda" Faellyn, undangan untukmu" Aku menatapnya dan berjalan mendekat.2 tahun berlalu semenjak keberangkatan Michael dan sekitar sebulan lagi usiaku genap 17 tahun.Aku juga sudah menyelesaikan kelas permaisuriku padahal aku hanya tunangan kontrak Michael."Terimakasih Tuan Michel" Dia hanya mengangguk singkat dan melanjutkan perkerjaannya.Hubunganku dengan Michel cukup baik setelah percakapanku dengan Carlios kala itu, Michel awalnya tidak suka padaku karena menurutnya semenjak Michael bertemu denganku Michael jarang merawatnya sendiri.untuk hal tersebut Michel mengintimidasiku kala itu."Putri Elaine?" gumamku."Ya dia adalah satu-satunya putri di kekaisaran, sepertinya dia kembali karena kabar Michael bertunangan" Ah jadi maksudnya karena aku ya."Saya dengar Putri Elaine sudah menikah?" Michel menatapku."Ya dia sudah menikah dengan putra mahkota kerajaan Vitera, dia adalah kakak Carlios" Setelah sek
" Ini adalah teh lavender yang saya bawa langsung dari kerajaan Vitera"Ucap Elaine menjelaskan teh berwarna ungu tersebut dengan sangat percaya diri. diantara kekaguman para bangsawan aku merasa mual karena teringat taman lavender marchioness. kudengar Lavender memang tidak berbahaya dikonsumsi sebagai teh, dengan kata lain bahan racunku kala itu sebenarnya bukan lavender namun tetap saja warnanya mengingatkanku pada racun. "Nona Faellyn apa itu tidak cocok dengan selera anda?" Aku sedikit tersentak dengan suara Elaine. "Ah saya dengar, alergi pada bunga lavender" Alelia Ronan, darimana rumor itu berasal. "Ah benar, saya mendengar rumor yang sama" dia? Aku tidak mengenalnya. tapi tentang rumor itu? "Begitu ya, saya merasa bersalah kerena tidak mengetahui hal tersebut, bukankah begitu pangeran Michel" Michel terdiam dan menikmati tehnya. "Saya..uhuk" Michel!! "Kyaa" teriakan para gadis membuatku membeku,
"Putri mahkota.. ah maksud saya nona, ada surat untuk anda" Aku tersenyum pada Nani. Setelah dongeng yang diceritakan Michel hari itu aku tidak memiliki keberanian untuk menatapnya, padahal aku tidak takut akan apapun sebelumnya, namun saat ia bertanya apakah aku mencintai Michael aku benar-benar tidak bisa menjawabnya karena dikehidupan ini maupun kehidupan dimasa lalu aku tidak mengenal apa itu cinta. Untuk hal itu aku benar-benar tidak suka dipanggil putri mahkota, aku merasa bersyukur karena Elaine hanya memanggilku nona. "Terima kasih nani" Aku membuka surat tersebut, ini adalah surat yang ditulis Ayah angkat baruku, Asrahan Andreash. Aku tersenyum meliht isi surat tersebut, tulisan tangan yang indah dengan kalimat singkat yang sedikit cangung, bahkan jika dikirim tanpa nama pengirim pun kurasa aku akan tau siapa yang mengirimnya. 'Untuk Putriku, Faellyn. Jika tidak sibuk berkunjunglah ke kediaman Andreash karena itu juga rumahm
"Nona, saya yang akan memandu anda berkeliling" Aku menatapnya.Setelah sarapan aku memutuskan untuk mengenal tempat tinggal sementaraku. em mungkin."Mohon bantuannya, Tifia" Kami pun berjalan menyusuri koridor dengan Tifia yang terus menjelaskan padaku setiao ruangan yang sda didalam mansion.tanpa kusadari hari sudah petang padahal masih ada beberapa tempat yang belum ku datangi.Samar-samar aku mendengar bunyi pedang bergesekan satu sama lain."Apa ada kesatria yang masih berlatih jam segini?" Tifia menatapku dengan tatapan yang berbinar."Ya, apa anda ingin melihatnya?" Aku mengangguk setuju debgan saran tersebut."Mari ikuti saya, akan saya tunjukkan" Aku berjalan mengikutinya. "Nah putri kita sudah sampai, mereka adalah anak-anak jalanan yang diselamatkan tuan muda" Aku mematung trpat fitempatku berdiri.Ruangan luas layaknya stadion yang digunakan untuk berlatih pedang, terlebih lagi mereka ada
"Putri, apa ini benar pertama kalinya anda berlatih pedang?" Aku hanya tersenyum, melihat Rega yang tersenyum licik kearahku."Tidak, ini sudah seminggu sejak kita berlatih Sir Rega" Benar, ini sudah seminggu berlalu sejak aku mendapatkan pedang.Aku sangat senang karena dapat menggerakkan tubuhku dengan bebas setelah sekian lama, tidak sebagai Lily tapi sebagai Faellyn."Apa anda sedang berbohong? Anda bahkan hampir setingkat tuan muda" Aku tertawa. Cal pernah mengatakan bahwa sedikit lagi aku bisa menjadi sword master jika aku berlatih sedikit lebih lama.namun pada akhirnya aku terkurung diistana tanpa bisa memegang pedang, kurasa dia tidak berbohong dengan levelku."Ah" ini pertama kalinya aku menjatuhkan pedang Rega."Saya kalah tuan putri, anda sangat hebat" Eh, aku tidak ingin berbangga diri tapi sensasi yang kurasakan saat melihat lawan kehilangan pedang karenalu itu sangst menyenangkan."Putri, Pangeran Carlios
"Jangan sampai lendir monster mengenai kalian" Teriak Michael sambil terus mengayunkan pedangnya.3 hari berlalu sejak tumbangnya satu-satunya penyihir api, Callisto Andreash yang kini masih terbaring didalam tenda.dengan tidak adanya penyihir api dan sihir pemurnian monster yang sudah terbunuh kadang hidup kembali, hal tersebut cukup menyulitkan sehingga mereka hanya menyerang monster yang mendekati tenda para kesatria."S*alan, mereka tidak ada habisnya" Maki Michael sambil mengibaskan pedangnya yang berlumuran darah monster.Michael menatap grand duke yang terus mengayunkan pedang tanpa mengatakan apapun, beberapa kali ia melihat aura berwarna emas yang mengikuti ayunan pedang hitam tersebut membuatnya kagum.ia menatap pedang ditangan, Grand duke menyebutnya pedang suci Elvathan. Nama yang sama dengan nama pemilik sebelumnya Elvathan Hildegyan. 'padahal dalam buku sejarah, pedang suci hanya ada satu yaitu pedang
"Callandra?" Aku tersentak sejenak.Ayah selalu memanggil nama tengahku, tanpa ku ketahui alasannya. seorang pria yang selalu memakai topeng bahkan saat ia tertidur, Asrahan Andreash."Ya, Ayah?" Balasku sambil menatapnya penasaran."Kembalilah, putra mahkota terluka sangat parah akan lebih baik jika dia diobati di istana" Aku terdiam sejenak lalu mentap Michael yang terbaring dengan penuh luka."Aku akan tetap disini untuk mengurus sisanya, aku berencana mengirimmu kembali lebih awal agar tidak ada yang menyadari bahwa kamu menyusul" Ah, ini perihal usulanku untuk menyembunyikan kemampuanku."Apa kamu tidak masalah dengan teleportasi?" Aku mengangguk."Lain kali jangan terjun dalam bahaya karena aku masih bisa melindungimu setidaknya bergantunglah padaku" Ah. "Alasan kamu terjun langsung apa itu karena kamu sangat mencintai Tunanganmu?" Aku membelalakan mataku, aku menatapnya meskipun aku tak bisa melihat
"Hahaha dasar pria gila" Maki Callisto, begitu melihat Asrahan yang tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir keluar dari topengnya. "Ellyn, bisa kamu lepas topeng menjijikan ini" Faellyn langsung mengangguk dengan permintaan Callisto. Callisto tersenyum begitu melihat topeng tersebut terlepas dari wajah Asrahan dengan mudah. "Sudah kuduga,Ah Ellyn apa yang ayah katakan padamu? " Faellyn menatap Callisto lalu berpikir sejenak. "ah aku mendengar seperti ayah sudah berjuang sangat keras untuk memisahkanku dengan Michael, dan tentang menjelajah dimensi" Jelas Faellyn."Yah, aku bisa mengerti tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan" jelas Callisto. "kalau sudah begini mau tak mau kita harus mengundur kepulangan kita, Ellyn apa kamu keberatan?" Faellyn kembali menatap Callisto tanpa bereaksi apapun. "Bukankah kak Cal mahir dalam sihir? anda bahkan menerobos kuil dengan sihir" Callisto tersenyum dengan