Transmigrasi: Tebusan dalam Diri Radit

Transmigrasi: Tebusan dalam Diri Radit

last updateLast Updated : 2025-10-07
By:  RHSUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
72Chapters
19views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Rahayu, seorang wanita tangguh yang hidupnya penuh perjuangan, meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan tragis. Saat membuka mata kembali, ia terbangun dalam tubuh seorang pria bernama Radit — seorang pengangguran dari keluarga miskin yang kehidupannya hancur akibat kesalahan besar di masa lalu. Radit adalah lelaki yang dulu memperkosa Velia Anindya Prameswari, wanita kaya raya, hingga pernikahan mereka terjadi tanpa cinta. Sejak hari itu, rumah tangga mereka dingin, penuh kebencian, dan tak berperasaan. Radit justru memanfaatkan kekayaan Velia untuk berfoya-foya, menelantarkan anak mereka Arkana yang baru berusia tiga tahun, dan melupakan ayahnya yang sakit serta keluarganya sendiri. Namun kini, jiwa Radit sudah tak lagi sama. Rahayu yang menempati tubuh itu menolak menjadi suami jahat dan ayah gagal seperti Radit. Ia bertekad menebus dosa-dosa yang pernah diperbuat tubuh ini. Dengan ketulusan, kerja keras, dan cinta yang tak pernah diberikan Radit sebelumnya, Rahayu perlahan mengubah segalanya: Ia mulai bekerja keras demi membuktikan diri, bukannya mengandalkan harta Velia. Ia belajar menjadi ayah bagi Arka, yang selama ini hanya mengenal dinginnya sosok ayah. Ia merangkul kembali keluarganya yang terluka karena ulah Radit. Ia mencoba merebut kembali kepercayaan Velia, meski hati wanita itu telah beku. Perjalanan ini tidak mudah. Masa lalu Radit yang kelam terus menghantuinya—teman-teman buruk, keluarga Velia yang memandang rendah, serta jejak luka yang terlalu dalam. Tetapi, setiap langkah kecil menuju perubahan perlahan mengikis kebencian, membuka ruang harapan, dan mengajarkan arti cinta sejati. Di balik semua itu, Rahayu menyadari bahwa kesempatan kedua yang diberikan padanya bukan untuk mengulang kehidupan, melainkan untuk menebus kesalahan orang lain dan menemukan arti hidup yang sesungguhnya. Apakah Velia mampu memaafkan? Apakah Arka bisa benar-benar memanggilnya “Ayah” dengan bangga? Dan bagaimana akhir dari rahasia transmigrasi ini ketika kebenarannya terbongkar?

View More

Chapter 1

Bab 1

Suara rem mendecit. Dunia seakan berhenti. Tubuh Rahayu terhempas ke aspal, darah mengalir dari pelipisnya. Di sekelilingnya hanya ada jeritan orang-orang, dan cahaya lampu kendaraan yang memudar di mata yang kian berat.

“Apakah ini akhir hidupku?” batinnya lirih.

Rahayu, wanita tangguh yang sepanjang hidupnya berjuang untuk keluarganya, tak pernah menyangka akan mati begitu cepat dalam kecelakaan tragis. Ia baru saja keluar dari kantor, lelah tapi masih bersemangat menatap masa depan. Namun takdir berkata lain.

Gelap. Hening.

Saat membuka mata kembali, ia tersentak. Tubuhnya terasa asing. Ruangan di sekelilingnya bau alkohol, asap rokok, dan botol minuman berserakan. Cermin di dinding memantulkan wajah lelaki dengan mata cekung, rambut berantakan, dan tatapan bengis.

“Siapa ini…?” gumamnya.

Ingatan asing membanjiri kepalanya. Seolah ada pintu terbuka, menelanjangi kehidupan pemuda bernama Radit. Ia adalah pria miskin yang hidup penuh kebencian, pernah memperkosa seorang wanita kaya bernama Velia Anindya Prameswari, lalu memaksanya menikah. Dari pernikahan dingin itu lahirlah seorang anak, Arkana.

Radit menggunakan harta Velia untuk berfoya-foya, menelantarkan ayah, ibu, dan adik-adiknya. Ia menjadi aib di mata keluarga istrinya.

Rahayu ternganga, memegang kepala yang terasa mau pecah. “Astaga… aku masuk ke tubuh pria keji ini? Tuhan… kenapa harus dia?”

---

Pintu kamar berderit. Seorang wanita masuk dengan wajah dingin. Tatapannya tajam menusuk, seolah tak peduli lagi pada keberadaan lelaki itu. Dialah Velia. Wajahnya cantik, elegan, tapi sorot matanya penuh luka.

“Akhirnya kau sadar juga,” ucap Velia dingin, menurunkan tas dari lengannya. “Aku hampir berharap kau mati di jalan tadi, Radit.”

Rahayu tercekat. Ia ingin menjelaskan, tapi suaranya tercekat di tenggorokan.

Velia melanjutkan dengan sinis, “Kalau kau masih punya sedikit otak, berhentilah membuat malu keluargaku. Jangan lupa, anak kita butuh nama baik.”

Dari balik rok Velia, seorang bocah kecil berlari keluar. Rambutnya hitam, pipinya tembam, matanya bening penuh kepolosan. Dialah Arkana, atau Arka. Bocah itu menatap dengan ragu, lalu menyebut pelan, “Ayah…”

Hati Rahayu mencelos. Anak itu tampak takut sekaligus merindukan sosok ayah, meski bayangan Radit selama ini tak lebih dari mimpi buruk.

Rahayu berjongkok, mencoba tersenyum. “Arka… kau tumbuh besar sekali.”

Arka mengedip, lalu menunduk. “Ayah nggak marah lagi, kan? Kalau Ayah marah… Arka janji nggak nakal lagi.”

Kalimat itu menancap tajam di hati Rahayu. Ia tahu, bocah ini tumbuh dalam ketakutan akibat ayah biologisnya.

Velia mendengus. “Jangan berpura-pura jadi ayah baik. Kalau benar kau berubah, buktikan dengan tindakan, bukan kata-kata.”

Rahayu menatap Velia dengan sungguh-sungguh, lalu berkata pelan, “Setiap kesalahan memang meninggalkan luka. Tapi bukankah masa depan masih bisa kita tulis ulang?”

Velia terdiam sejenak, tatapannya goyah, sebelum kembali menajam. “Kata-kata manis tak akan memperbaiki apa pun, Radit.”

Velia masih berdiri tegak di depan pintu kamar. Wajahnya terlihat kaku, tetapi jika diperhatikan lebih dalam, ada kilatan getir di balik matanya. Rahayu, yang kini terjebak di tubuh Radit, bisa merasakan betapa dalam luka yang pernah ditorehkan oleh sosok ini pada wanita itu.

“Kalau kau menganggap hidup ini bisa diulang hanya dengan kata-kata, kau salah besar,” ujar Velia, suaranya bergetar namun penuh kontrol. “Kepercayaan itu rapuh. Sekali pecah, tidak akan kembali seperti semula.”

Rahayu menunduk, menggenggam jemari Arka yang mungil. Bocah itu masih menatapnya penuh keraguan. “Aku tahu… tapi kalau tidak dicoba untuk diperbaiki, kita hanya akan hidup dalam pecahan kaca itu, terluka setiap saat,” balasnya lirih.

Arka mengedip, seolah tak sepenuhnya mengerti, tetapi ia merasakan kelembutan pada nada suara ayahnya yang berbeda dari biasanya. Bocah itu kemudian berbisik pelan, “Ayah… jangan pergi lagi, ya?”

Kalimat itu menusuk jantung Rahayu. Ia mengangguk pelan. “Ayah di sini, Nak. Dan Ayah akan tetap di sini.”

Velia menutup matanya sejenak, lalu mendengus keras untuk menutupi kegoyahan hatinya. “Jangan membuat janji yang tak bisa kau tepati. Kau sudah terlalu sering menghancurkan harapan.”

Rahayu menatapnya dengan dalam. “Velia… aku tahu aku telah merusak begitu banyak. Tapi setiap orang punya kesempatan kedua. Bukan untuk mengulang kesalahan, melainkan untuk menebusnya.”

Velia memalingkan wajah. Kata-kata itu menampar sisi rapuh di hatinya, sisi yang diam-diam selalu ingin percaya ada perubahan. Tapi luka lama masih terlalu nyata.

---

Arka tiba-tiba meraih tangan Velia. “Bunda, jangan marah terus sama Ayah… Arka capek lihat Bunda sedih.”

Velia menunduk menatap anaknya. Senyum getir muncul di bibirnya, lalu ia mengusap kepala bocah itu. “Sayang… Bunda hanya ingin kau tumbuh tanpa harus menanggung aib.”

Rahayu ikut menatap Arka, lalu menatap Velia. “Anak kita berhak melihat ayah dan ibunya berusaha, meski gagal berkali-kali. Bukankah kekuatan sejati ada pada upaya, bukan pada hasil?”

Velia menahan napas. Kata-kata itu terlalu asing keluar dari mulut Radit, pria yang selama ini hanya tahu mabuk, berfoya-foya, dan melukai.

“Cukup,” ucap Velia tegas, meski suaranya melemah. “Aku tidak tahu permainan apa yang sedang kau rencanakan. Tapi jangan pikir aku akan mudah percaya.”

Rahayu menatapnya serius. “Aku tidak meminta percaya sekarang. Biarkan waktu yang menjawab.”

---

Malam semakin larut. Velia akhirnya meninggalkan kamar dengan Arka di gendongannya. Sebelum pergi, ia menoleh sebentar, menatap Radit—atau tepatnya sosok Rahayu yang kini ada di tubuh itu. “Kalau kau benar-benar berubah, buktikan. Jangan hanya dengan kata-kata manis.”

Pintu tertutup. Rahayu terduduk di ranjang, menatap langit-langit kamar yang pengap.

Tubuh ini penuh dosa… tapi aku tidak boleh lari. Jika Tuhan menempatkanku di sini, pasti ada alasan.

Di luar, suara tawa Arka samar terdengar ketika Velia menemaninya. Rahayu mengepalkan tangan. “Aku akan menebus semua yang telah kau hancurkan, Radit. Demi Velia, demi Arka, dan demi keluargamu yang kau tinggalkan.”

Pagi datang dengan cahaya matahari yang menyelinap melalui jendela besar. Rahayu terbangun, kepalanya masih berat menanggung ingatan yang bukan miliknya. Tubuh Radit terasa lelah, penuh sisa alkohol dan gaya hidup yang merusak.

Di ruang makan, aroma roti panggang dan kopi hangat tercium samar. Rahayu melangkah pelan, mencoba menata ekspresi. Velia duduk dengan anggun di kursi makan, mengenakan blus putih sederhana. Di sampingnya, Arka berusaha mengoleskan selai di roti dengan tangan mungilnya.

“Arka, jangan berantakan,” tegur Velia lembut.

Bocah itu menunduk, lalu menoleh ketika melihat ayahnya muncul. Ada kilatan ragu di matanya, namun juga harapan kecil. “Ayah… duduk sini, makan bareng?”

Rahayu terdiam sejenak. Radit yang dulu pasti akan mengabaikan atau malah mengomel. Tapi Rahayu tersenyum tipis dan duduk. “Tentu, Nak. Ayah kangen makan sama kamu.”

Arka tersenyum lebar, giginya yang ompong tampak lucu. Ia menyodorkan sepotong roti berlumur selai. “Ini buat Ayah. Arka yang bikin.”

Rahayu menerima roti itu dengan hati bergetar. “Makanan yang dibuat dengan kasih sayang selalu terasa lebih enak.” Ia menatap Velia sekilas, lalu menambahkan, “Begitu juga dengan keluarga. Kalau dijaga dengan tulus, apa pun pahitnya bisa jadi manis.”

Velia menegang. Ucapan itu menohok, seperti sesuatu yang tak pernah ia dengar dari Radit sebelumnya.

“Jangan mengira aku akan luluh hanya karena kau bisa bicara manis,” ucap Velia dingin. Namun tatapan matanya tak bisa menutupi kebingungan.

Rahayu menunduk hormat. “Aku tidak berharap kau luluh. Aku hanya ingin menunjukkan kalau aku ingin berubah.”

Arka mengangkat kepala, matanya berbinar. “Bunda, Ayah baik sekarang. Boleh kan Ayah ikut antar aku ke taman nanti?”

Velia menoleh ke anaknya, lalu kembali menatap Radit dengan tatapan tajam. “Kau pikir aku akan membiarkanmu? Semua orang tahu kau hanya akan membuat malu.”

“Velia,” Rahayu menghela napas, suaranya tenang. “Kesalahan terbesar dalam hidup bukanlah jatuh… tapi menolak untuk bangkit lagi.”

Hening sejenak. Arka menatap kedua orang tuanya dengan polos, tidak mengerti betapa dalam luka yang sedang berbicara di antara mereka.

---

Selesai sarapan, Velia berdiri. “Aku ada urusan di kantor keluarga. Jangan coba-coba keluar dan mempermalukan nama kami lagi.” Ia menatap Rahayu dengan sorot penuh peringatan.

Rahayu mengangguk. “Baik. Tapi izinkan aku menjaga Arka. Setidaknya biarkan aku belajar menjadi ayah yang seharusnya.”

Velia terdiam. Kalimat itu terdengar jujur, berbeda dengan Radit yang dulu selalu mencari alasan untuk lari. Setelah menimbang, ia akhirnya menyerahkan Arka. “Baik. Tapi kalau terjadi sesuatu, satu kesalahan saja… jangan pernah harap aku akan mengampuni.”

Arka melonjak gembira. “Yeay! Ayah temenin Arka main!”

Velia melangkah pergi, meninggalkan keheningan yang sarat ketegangan. Rahayu menggendong Arka, merasakan kehangatan tubuh kecil itu. Ada getar halus di dadanya. Mungkin inilah alasan aku dipaksa hidup lagi: untuk memberi anak ini seorang ayah yang pantas.

“Arka,” bisiknya, “mulai hari ini Ayah janji akan selalu ada untukmu.”

Bocah itu tertawa, memeluk lehernya erat-erat. “Ayah beda sekarang. Arka suka Ayah yang ini.”

Air mata Rahayu hampir jatuh, tapi ia tahan. Dalam hatinya ia bersumpah, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.

Arka berlari kecil di halaman belakang, tawa renyahnya menggema di udara pagi yang cerah. Rahayu duduk di bangku kayu, matanya mengikuti setiap langkah anak itu. Ada perasaan asing di dadanya: rasa damai yang tak pernah ia kenal dalam hidup lamanya sebagai Rahayu, apalagi dalam warisan dosa Radit.

“Lihat, Ayah!” seru Arka sambil menunjukkan mobil-mobilan kecil. “Ini mobil balap. Arka mau jadi pembalap hebat!”

Rahayu tertawa kecil. “Kalau kau mau jadi hebat, jangan pernah takut jatuh. Karena orang yang paling hebat bukan yang tak pernah jatuh, tapi yang selalu bangkit setelah jatuh.”

Arka mengangguk polos, meski jelas belum sepenuhnya mengerti. Namun ia menirukan ucapan itu dengan bangga. “Jatuh nggak apa-apa… asal bangkit lagi!”

Rahayu tersenyum, merasakan betapa murni hati seorang anak. Ia menepuk kepala bocah itu lembut. Anak ini pantas tumbuh dengan cinta, bukan dengan ketakutan.

---

Saat asyik bermain, pintu pagar terbuka. Seorang wanita berpenampilan rapi masuk, wajahnya tak asing bagi ingatan Radit yang kini melekat di benak Rahayu. Itu adalah Nadia, adik Velia, masih kuliah, penuh kebencian pada Radit.

Begitu melihat Rahayu, wajah Nadia langsung mengeras. “Apa lagi yang kau lakukan di sini, Radit? Jangan bilang kau berani mendekati Arka dengan tangan kotormu!”

Arka spontan berlari ke belakang Rahayu, bersembunyi sambil menggenggam bajunya. “Ayah nggak nakal, Kak Nad. Ayah main sama Arka.”

Nadia melotot. “Bodoh! Jangan panggil dia Ayah. Dia cuma bajingan yang memperkosa kakakku!”

Kata-kata itu menampar keras, bukan pada Rahayu—melainkan pada harga dirinya yang kini terjebak di tubuh Radit. Ia menunduk sejenak, menahan perih.

“Nadia,” ucapnya tenang. “Aku tahu aku telah melakukan banyak hal hina. Tapi aku ingin memperbaikinya. Untuk Velia, untuk Arka, dan bahkan untuk kalian yang membenciku.”

Nadia mendengus keras. “Jangan pura-pura suci! Orang macam kau nggak akan pernah berubah.”

Rahayu menatapnya dalam. “Orang boleh meremehkan, membenci, bahkan mengutukku. Tapi aku percaya, kerja keras dan ketulusan suatu hari akan membuktikan siapa aku sebenarnya.”

Arka menatap Nadia dengan polos. “Kak Nad, Ayah sekarang baik. Arka suka Ayah yang ini.”

Nadia tercekat. Ia ingin membantah, tetapi melihat wajah polos keponakannya membuat lidahnya kelu. Dengan kesal, ia akhirnya berbalik menuju pintu. “Aku akan awasi kau, Radit. Sekali saja kau sakiti mereka lagi, aku sendiri yang akan mengusirmu!”

---

Rahayu menatap punggung Nadia yang menjauh, lalu menunduk menatap Arka yang masih menggenggam bajunya erat.

“Arka,” ucapnya lembut, “kadang orang marah bukan karena benci, tapi karena mereka takut orang yang mereka sayangi disakiti.”

Arka mendongak, wajah mungilnya bingung. “Berarti Kak Nad sayang sama Bunda dan Arka?”

Rahayu tersenyum tipis. “Iya, Sayang. Karena itu Ayah harus buktikan kalau Ayah juga bisa menjaga kalian.”

---

Senja tiba. Velia pulang dengan wajah lelah. Ia terkejut melihat Arka tertidur di pangkuan Radit di sofa ruang tamu. Pemandangan itu terasa janggal, asing, tapi… indah.

Rahayu mengusap lembut rambut Arka, lalu menoleh pada Velia yang berdiri kaku. “Aku tak bisa mengubah masa lalu. Tapi biarkan aku berjuang di masa kini, agar kau dan Arka punya alasan untuk tersenyum lagi.”

Velia membeku. Hatinya bergemuruh, namun ia buru-buru memalingkan wajah. “Jangan berpikir satu hari berbeda bisa menghapus tahun-tahun penuh kebusukanmu.”

Rahayu mengangguk. “Aku tahu. Karena itulah aku akan melakukannya setiap hari, sampai suatu saat… kau percaya.”

Hening.

Velia menggenggam tasnya erat-erat, lalu melangkah naik ke kamar. Namun di balik ketegasannya, ada secercah keraguan yang mulai tumbuh: Benarkah dia… berubah?

Rahayu menunduk, mengecup kening Arka yang tertidur pulas. Dalam hati ia berbisik, “Tuhan, beri aku kekuatan untuk menebus semua dosa tubuh ini. Aku tidak tahu kenapa aku ditempatkan di sini, tapi aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak masuk ke tubuh Radit, Rahayu merasa dirinya punya tujuan baru: menjadi ayah bagi Arka, suami bagi Velia, dan manusia yang pantas ditebus.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
72 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status