Share

Bab 70

Penulis: Sunshine
"Aku nggak tahu," gumam sang akuntan. "Kasih aku waktu sebentar untuk cari tahu."

Panji menoleh ke arah Alvaro. Tatapannya dipenuhi kebingungan dan secercah rasa takut.

Mungkinkah benar semua ini gara-gara Alvaro atau hanya kebetulan yang sangat buruk?

Sebelum Panji sempat memikirkannya lebih jauh, ponselnya bergetar keras. Dia segera mengangkatnya.

"Ayah?"

"Dasar berengsek!" Suara ayahnya meledak dari seberang sana dengan penuh amarah.

"Apa yang sudah kau lakukan? Semua aset keluarga kita dibekukan dan kita lagi diselidiki! Kau sadar ini bencana sebesar apa? Kalau kau nggak segera bereskan masalah ini, tamat sudah riwayat kita!"

"Tunggu, Ayah! Tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" kata Panji panik. Kini, dadanya terasa sesak.

"Kau sudah menyinggung siapa sebenarnya? Febrian bekukan seluruh aset kita dan bilang dia akan mengusut semua bisnis dan rekening kita! Kau pikir kita bisa tahan diinvestigasi sebesar itu? Mereka akan bongkar semuanya dan kita semua bisa masuk penjara!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 417

    Di dalam ruang kerja, Febrian sedang bercakap-cakap dengan Dokter Hilmi ketika ponselnya tiba-tiba bergetar di atas meja yang mengilap."Ayah," panggil Jumadi dengan suara parau, napasnya terengah-engah lewat pengeras suara. "Para pemberontak menembaki kami. Aku kena tembak."Febrian berdiri dari kursinya, kepanikan mengoyak ketenangannya yang biasanya kokoh. "Nak! Kau baik-baik saja? Ada yang luka?"Jumadi tertawa kecil, suaranya bergetar."Nggak apa-apa, cuma memar di lenganku. Celyn dorong aku terlalu keras tadi. Dia masih perlu dikasih pelajaran, kau harus hukum dia nanti. Tapi pacarku ... dia terluka parah."Matanya menatap luka kecil di lengannya, darah merembes tipis. Bagi kebanyakan penduduk desa, luka semacam itu hanya dianggap remeh. Mereka akan meludah ke tanah, menepuk-nepuknya, lalu menganggap selesai.Namun melihat cara Jumadi bereaksi, orang-orang mungkin akan mengira wanita itu sedang hamil sembilan bulan dan akan melahirkan bayi kembar tiga di tengah jalan.Tiba-tiba l

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 416

    "Tutup mulutmu! Kau cuma pelayan tua, jangan sok bicara tentang hal-hal yang nggak kau mengerti!" Suara Jesika menggelegar memenuhi ruangan.Matanya menyala marah saat dia menunjuk ke arah pintu. "Pergi! Panggil Dokter Hilmi. Dia harusnya ada di ruang makan!"Pelayan itu langsung berlari tanpa ragu."Sialan!" Febrian menghantam meja dengan tinjunya. Urat-urat di dahinya menonjol."Dia nggak boleh mati! Dia masih harus menikahi Yohan. Dia masih harus mengamankan Kota Vilego!"Amarah Febrian meluap seperti api. Semua yang dia bangun, semua yang dia rencanakan, serasa lenyap dalam sekejap. Dunia seakan mentertawakannya, dengan lancang menghalangi kebangkitannya.Dia ingin memegang kendali. Dia harus menang melawan Raja, bagaimanapun caranya.Wajah Jesika berubah panik."Sialan kau, Febrian! Kau tahu dia rapuh, tapi kau menyerangnya dengan sepenuh tenaga seperti prajurit! Dia putrimu, bukan musuh! Siapa yang akan mengendalikan Kota Vilego sekarang? Apa yang harus kita katakan pada Yohan?"

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 415

    Febrian Kusuma duduk di meja makan panjang bersama istrinya, Jesika, dan putri mereka, Jasmin.Beban di udara terasa lebih berat daripada piring-piring di hadapan mereka."Jasmin," kata Febrian. "Aku akan mencabut status tahanan rumahmu. Kau akan kembali ke Kota Vilego, dan mulai sekarang kau harus menuruti semua perintahku.""Kakakmu sedang bekerja sama dengan temannya dari Kota Rosia. Kau akan membuka perjanjian tambang di Kota Vilego untuk mereka."Garpu Jasmin terlepas dari tangannya dan berdenting di piring."Ayah, ini salah. Kalau kau serahkan tambang itu ke mereka, Kota Vilego akan kehilangan segalanya. Pendapatan kita akan anjlok.""Itu bukan urusan kita!" bentak Febrian. "Ikuti saja perintahku. Mereka sudah menjanjikan 30 persen keuntungan untuk Jumadi, kita nggak perlu repot lagi.""Ayah." Jasmin memohon, "Tanpa mereka, pemerintah Kota Vilego masih menyimpan 50 persen keuntungan. Itu uang rakyat.""Kalau tambang itu kau serahkan, Jumadi memang dapat 30 persen, tapi teman-tema

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 414

    Keesokan harinya, berita utama berkumandang di seluruh kota.Jebran Kasmir, gubernur Kota Verma, beserta istrinya Lela, kakak perempuannya Bonny, dan lima dokter, semuanya tewas karena racun.Berita itu menyebar ke seluruh negeri bagai api yang berkobar.Karena racun di tubuh mereka begitu mematikan, pemakaman tidak mungkin dilakukan. Tidak ada peti mati terbuka.Tidak ada upacara berkabung. Jenazah dikremasi dengan cepat, abunya diangkut, dihapus dari tanah.Di salah satu kapal pesiar besar milik keluarga, Melisa berdiri di haluan bersama Alvaro di sampingnya.Laut membentang tak berujung dan dingin.Dia memegang sebuah guci, abu ayahnya berputar-putar tertiup angin sebelum jatuh ke ombak gelap.Wajahnya kering, tanpa air mata. Bibirnya bergerak lembut."Selamat tinggal, Ayah."Alvaro menatapnya dalam diam.Setelah hening beberapa saat, Melisa menoleh. "Kau heran kenapa aku nggak nangis?""Mungkin," kata Alvaro."Aku sudah cukup menangis kemarin," jawabnya datar."Dan aku ingat apa ya

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 413

    Minggu lalu, Satria Panggabean duduk di hadapan Jebran Kasmir di ruang kerja privat yang kental dengan aroma kayu ek dan perabot kulit tua.Gelas kristal dan sebotol anggur yang belum dibuka berkilauan di atas meja yang berada di antara mereka."Satria," kata Jebran. "Aku nggak paham maksudmu. Kau mau aku kembali ke kursi gubernur? Kau nggak punya kuasa untuk itu."Jebran membuka botol anggur terbaiknya, menuangkan anggur merah tua ke dalam gelas Satria."Aku memang nggak punya kuasa," jawab Satria sambil menerima tuangan itu. "Tapi Raja punya. Dia bisa mengembalikanmu ke kursi gubernur."Jebran tertawa pendek, getir. "Kau tahu di mana posisiku. Aku selalu ada di pihak raja lama. Raja yang baru? Dia benci aku. Dia kasih jabatan gubernur ke Celyn Kusuma cuma untuk menyingkirkanku.""Raja melihat lebih banyak daripada perkiraanmu, Jebran." Satria memutar gelas anggurnya, menyesapnya, lalu matanya membesar. "Anggur kuno yang luar biasa."Jebran menyeringai tipis."Dia memperhatikanmu," la

  • Alvaro, Sang Penguasa Dunia   Bab 412

    "Lela!" teriak Bonny. "Gimana kau bisa menyebut dirimu seorang ibu? Putrimu sudah nggak terkendali.""Kau gagal, benar-benar gagal. Kau sungguh nggak tahu malu sebagai seorang ibu."Lela menoleh padanya. "Bonny, aku peringatkan satu kali saja. Melisa putri Jebran. Dia sudah memegang otoritas sebagai pemimpin Keluarga Kasmir dan gubernur sendiri.""Kalau dia memutuskan untuk membunuhku, nggak seorang pun bisa menghentikannya. Jadi sebaiknya kau pastikan dokter yang kau bawa ke sini bisa menyelamatkan Jebran. Dia satu-satunya yang bisa mengendalikan Melisa."Wajah Bonny memerah karena marah."Aku berusaha melakukan yang terbaik untuk adikku! Beraninya kau membiarkan dia mengancamku? Aku harus mengajari keponakanku cara menghormati bibinya!" Dia berbalik dan bergegas keluar.Seorang pengawal Keluarga Kasmir mengangkat pistolnya dan menembak.Tembakan meletus, dan Bonny menjerit ketika peluru menembus kakinya. Darah mengucur deras di roknya, menggenang di lantai."Astaga! Kau menembakku?!"

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status