Share

Bab 23 Saudara Perempuan Baru

Rumah gelap gulita. Gelita malam menyeruak, menemani aku yang terbaring kelaparan. Kamarku hening, ayah mendengkur di tengah rumah dikelilingi botol wiskinya. Listrik di rumahku mati, ayah tidak sama sekali mengurusi rumah apa lagi dirinya. Dia seperti seonggok daging yang menunggu, menanti ajalnya saja. Aku bukan tidak berani protes, lelah rasanya untuk mengulang-ulang kembali kalimat ayah ayo makan, atau ayah cukup jangan minum lagi . Semua percuma dibuat olehnnya.

Seperti apa yang aku bilang, ayah tidak mengurusi rumah lagi. Selama ini aku menjalani kehidupanku sendiri, bermodalkan dengan tabunganku dan barang-barang berhargaku yang aku jual. Aku tidak bisa berkerja, aku masih di bawah umur. Kadang Apollo memberiku beberapa rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Dia tahu keadaan rumah dan aku. Apollo bilang, ayo kita pergi saja dari sini, tidak bersama ayah atau pun mamah, hanya kita berdua. Terdengar seperti kehidupan yang indah bagi kita berdua.

Akan tetapi, Apollo memang tumbuh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status