Manusia itu terlempar, ada tanpa tahu dari mana mereka berasal dan hendak ke mana mereka akan pergi, maka dari itu manusia hidup dalam kecemasan. Athena terbangun di sebuah sekolah dengan jeruji besi. Hanya ada satu guru di sekolah itu, yaitu Pak Darma. Eden kira Pak Darma adalah pintu untuk mereka keluar dari sekolah itu, namun sayangnya Pak Darma merupakan awal dari mimpi buruk mereka. Setelah menemukan buku catatan rahasia milik Nadia, Athena mulai menyusun rencana untuk melawan Pak Darma. Akankah Athena dan teman-temannya dapat melarikan diri dari cengkeraman Pak Darma?
Lihat lebih banyak“Dia baik-baik saja kan?” “Tidak perlu khawatir, dia masih bernafas.” “Kita perlu tidak bangunkan dia?” “Jangan.” “Tapi aku ingin dia bangun. Aku ingin dia tahu di mana kita sekarang.” Terganggu dengan keributan, aku membuka kelopak mataku perlahan. Yang pertama aku sadari ternyata rembulan sudah tergantikan oleh matahari. Di hadapanku teman-teman yang kuantar kepergiannya di depan gerbang. Ada Yuuta, Kemala dan Deon. Melihat aku mulai sadarkan diri, mereka berucap sukur dan tersenyum bersamaan. Seperti biasa Kemala dengan rasa cemas yang berlebihan, seketika menyambar tubuhku yang terlentang sesudah tahu aku tersadar. “Memangnya kita di mana?” kepalaku masih pening tidak bisa mengingat jelas apa yang terjadi semalam. “Kita ada di pesisir pantai. Tenang saja, kita sudah aman di sini.” timpal Deon, semeringah senyumannya. Aku sendiri masih kebingungan, bagaimana aku bisa kembali bersama mereka, sedangkan terakhir kali ingatanku, aku sedang menodongkan moncong senjata ke kep
Manusia memang bisa memilih bagaimana caranya hidup. Melalui kehidupan dengan mengemban kehormatankah? Atau ternyata sebaliknya. Hidup dengan tidak ada penyesalan adalah keberanian yang naif. Namun hidup penuh dengan rasa penyesalan adalah si pecundang yang tak tahu berterima kasih. Menariknya bagi manusia, dia bisa memilih bagaimana caranya hidup namun tidak dengan kematian. Manusia terbiasa lupa dengan kematian, dia tidak memikirkan itu sebelum tidur. Manusia terlalu berani, yang dia pikirkan sepanjang waktu bisa dipastikan mengenai hirup pikuk kehidupan. Mau makan apa ya sehabis ini? Apakah aku bisa mengejar mimpiku? Apakah aku di jalan yang tepat? Kira-kira aku akan punya anak berapa ya? dan lainnya. Lucunya, ketika manusia disibukan dengan sandang pangan papan dan hiburan dalam kehidupan, kematian sudah menantinya di suatu waktu. Memandangi jiwa mereka sambil cekikikan karena tergelitik, lihat betapa bodohnya para manusia, mereka kira mereka hidup selamanya. Kurang lebih begitu
Dalam permainan, demi meraih kemenangan, terkadang kau harus mengorbankan ratumu sendiri. Aku tidak ada henti-hentinya memandangi gemerlap langit bertabur bintang. Menikmati sisa malam, atau mungkin bisa dibilang sisa nafas yang kumiliki. Bulan sudah bergeser dari atas langit ke arah barat, bertanda sedikit lagi malam akan terganti fajar. Bintang-bintang gemerlap meramaikan suasana antara aku dan Pak Darma. Dalam sunyinya malam, di tengah hutan, aku tidak pernah menyadari bahwa malam di bumi begitu menawan. Dalam senyap kami mempersiapkan tarian penutup. Pak Darma menyalakan sepasang lampu tembak yang terletak di sekeliling lapangan basket sebagai sumber cahaya di sekolah. Aku menggeret satu meja dan disusul sepasang kursi untuk kita bermain di tengah lapangan. Air bekas hujan yang tercampur darah segar masih menggenang. Suasananya seperti aku membawa alat pancung ke pemakamanku sendiri. Bau amis semerbak menelilingi kami berdua. Setelah semuanya tertata, kami duduk bersebrangan,
Bunga lili air yang mekar di malam hari. Dinikmati keindahannya, bunga lili air bermahkotakan sinar rembulan dan gemerlap sejuta bintang, semerbak aroma terselimuti udara dingin tengah malam. Dia mekar di hadapanku, maksud hati ingin aku tetap di sisinya, menemani di dalam kastil sunyi, beraroma amis darah, tulang belulang melapuk di bawah tanah. Bunga lili air begitu menawan jika ditangkap oleh dua pasang mata berserta hati. Menawan, siapa pun yang akan pergi meninggalkannya, berpikir dua kali. Harus kah aku pergi? Haruskah aku meninggalkannya? Apa yang akan terjadi jika aku meninggalkannya di sini? Kedua pasang mata berserta hatinya, terhipnotis, larut dalam pelukan dingin bunga lili air. Pertimbangan demi pertimbangan. Pikiran yang berjajar menunggu untuk diuji kelayakkannya untuk dipertimbangkan. Semuanya seakan mengeroyok, membebani langkah ini yang seharusnya menuntun aku ke udara bebas, di luar istanahnya. Bisakah aku mengakhiri semua seperti ini? Akhirnya kita bisa berkum
“Bayu..bayuski bayu.. don’t lie by the corner… or a grey wolf will come.. and grab you by your side…” Pak Darma mulai kehilangan akal sehat, dia bersenandung di tengah lingkaran penjara kami. Dia menyadari tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia telah terjebak di dalam perangkap buatan kami. Peraturan permainan tidak boleh dilanggar. Menara genteng yang menumpuk harus terus menjulang, syarat untuk Pak Darma keluar dari lingkarannya. Bara menjalankan tugasnya dengan baik. Si penjaga itu lumpuh di dalam lingkaran, menara genteng yang dia tumpuk seratus kali, seratus kali pun runtuh tertimpa lemparan Bara yang mematikan. Bongkahan genteng hancur berkeping-keping, hingga mustahil bagi si penjaga menumpuknya kembali. “He will grab you by the side…and drag you to the forest…drag you to the forest…to the broom bush..do not come to us, wolf … do not wake up our Masha Bayu bayushki bayu…” Mengapa aku bilang lingkaran itu adalah jebakan yang sempurna bagi Pak Darma. Janji adalah janji. Monster
Jika kau jadi Pak Darma, di mana kau akan bersembunyi? Ayo Athena berpikir! Berpikir! Entah datang dari mana, sekelebat memori bermain petak umpet bersama ayah terulang di dalam benak. Kala itu hari terakhir jatah Ayah pulang ke rumah. Kami menghabiskan waktu tidak di mana-mana melainkan di halaman belakang. Apollo dan aku selalu kebosanan jika harus bermain petak umpet hanya berdua. Namun di hari itu tidak lagi, ayah bergabung sebagai yang ketiga. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambutku yang dikuncir dua bak boneka Dakocan. Jemari kaki kecil menapak rumput hijau, sebagian aku injak, sebagian yang lainnya lolos dan berdiri, menggelitik sela-sela jari kaki. Ada pohon mangga di halaman belakang, dan batangnya biasa menjadi bagian permainan petak umpet. Apollo kedapatan berjaga pertama, dia pun menghitung dari satu sampai sepuluh. Dia bilang angka sepuluh sudah banyak karena sepuluh lebih dari satu. Seketika Apollo menutup mata dan di hitungan satu, kaki mungilku berhamburan mencari t
Matahari sudah terbenam. Dinginnya sehabis senja sudah berkenalan dengan tengkung setiap anak yang bersembunyi di balik pohon. Hutan begitu lembab, basah, becek, licin. Tumpukkan daun menyamarkan kubangan air bekas hujan tadi pagi. Sepatu, seragam, kedua tanganku, rambut, wajah, belakang telinga, semua penuh lumpur. Kegelitaan mulai mengisi setiap sudut di dalam hutan. Jarak pandangku pendek, bagaimana tidak, kabut mulai ikut serta, sumber cahaya hanya dari lampu lapangan dan tentu rembulan. Beruntung masih ada rembulan malam ini. Beruntung langit tidak sedang mendung, beruntung langit tidak pelit akan cahaya bintang, beruntung pula langit tidak sedang merundung kami yang sial. Bara yang berjaga sejak permainan dimulai. Sesuai dengan rencana, dia menjadi orang pertama yang berjaga. Tubuhnya yang atletis, matanya yang jeli dan mentalnya yang kuat menjadikan dia garda terdepan. Dengan dia, kami memulai permainan malam ini. Sesuai dengan peraturan, tentu dia harus mencari Pak Darma, sas
Matahari sudah terbenam. Dinginnya sehabis senja sudah berkenalan dengan tengkung setiap anak yang bersembunyi di balik pohon. Hutan begitu lembab, basah, becek, licin dan aroma daun melapuk menyebar semerbak. Tumpukkan daun menyamarkan kubangan air bekas hujan tadi pagi. Sepatu, seragam, telapak tangan, rambut, wajah, belakang telinga, semua penuh lumpur dan tanah. Kegelitaan mulai mengisi setiap sudut di dalam hutan. Jarak pandangku pendek, bagaimana tidak, kabut mulai ikut serta, sumber cahaya hanya dari lampu lapangan dan tentu rembulan. Beruntung masih ada rembulan malam ini. Beruntung langit tidak sedang mendung, beruntung langit tidak pelit akan cahaya bintang, beruntung pula langit tidak sedang merundung kami yang sial. Bara yang berjaga sejak permainan dimulai. Sesuai dengan rencana, dia menjadi orang pertama yang berjaga. Tubuhnya yang atletis, matanya yang jeli dan mentalnya yang kuat menjadikan dia garda terdepan. Dengan dia, kami memulai permainan malam ini. Sesuai denga
Hujan deras menunda permainan terakhir kami. Permainan yang aku harapkan bisa mengantarkan pulang. Walau entah aku masih punya rumah atau tidak, yang jelas teman-temanku layak untuk meneruskan kehidupan mereka. Aku tidak menyangka bisa memanggil mereka sebagai teman, canggung sekaligus hangat rasanya. Hujan deras berserta petir yang menyambar di setiap menit. Pak Darma dengan dibantu oleh Melodi, memasang beberapa peralatan mengitari lapangan basket. Dia memasang senjata laser otomatis, sama seperti yang terpasang di kelas, di keempat sisi lapangan. Pak Darma menyadari hanya ada mereka berdua yang akan melawan kami. Dan Melodi? Dia baru saja kemarin bergabung menjadi kacung, aku rasa Pak Darma tidak yakin Melodi mampu membidik kening kami dengan tepat. Aku perhatikan air hujan yang terus saja mengguyur, membasahi sekujur tubuh Pak Darma. Dia tidak terganggu dengan air hujan yang sewaktu-waktu membuat kelopak matanya berat dan bolamatanya perdas. Teringat dengan perkataan Deon kemar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.