Share

Bab 7

Penulis: Umi
Pada saat ini, Janice benar-benar terdiam.

Laura merasa murka, hingga dia ingin pergi menghajar Jordan.

"Memangnya sebelumnya kamu bisu, ya?! Kenapa kamu nggak pernah mengucapkan omong kosong seperti ini?!" seru Laura.

Jordan juga mulai marah.

Dia menurunkan tatapannya dan memancarkan aura yang ganas.

"Laura, ini Perusahaan Felix, jangan buat masalah lagi!"

Sebelumnya, Laura juga takut pada Jordan. Namun, kali ini, dia benar-benar marah hingga dia sama sekali tidak ingin mundur.

Dia menyingsingkan lengan bajunya dan mendorong Steven yang menghalanginya untuk pergi memukul Jordan.

Jordan langsung memanggil petugas keamanan.

Dalam waktu singkat, beberapa petugas keamanan menarik Laura ke luar dengan kasar.

Janice pun berjalan maju dan melindungi Laura.

"Lepaskan dia!" seru Janice sambil menatap Jordan.

"Kalau kamu berani menyentuh Laura, aku akan melawanmu! Jordan, setelah menjadi asisten khususmu selama bertahun-tahun, aku menguasai segala hal tentangmu. Kamu nggak ingin mendengar laporan buruk tentang Perusahaan Felix, 'kan?" kata Janice lagi.

"Kamu mengancamku, ya? Tahukah kamu kalau kamu berani membocorkan rahasia Perusahaan Felix, kamu akan masuk penjara?" balas Jordan.

Janice berseru, "Kalau kamu berani menyentuh Laura, aku berani membocorkan rahasia itu!"

Janice memelototi Jordan dengan penuh amarah, layaknya seekor binatang kecil yang sedang marah.

Tatapannya penuh akan kewaspadaan, amarah dan juga kebencian.

Dia tidak pernah menatap Jordan dengan tatapan seperti ini.

Jordan merasa sangat tidak senang.

"Kamu begitu melindunginya?" tanya Jordan.

"Ya," jawab Janice.

Janice menelan air liurnya dan berkata, "Karena hanya dia yang akan melindungiku."

Emosi bergejolak di kedalaman tatapan Jordan.

Sebelumnya, dia juga pernah mengatakan bahwa dia akan melindungi Janice.

Entah mengapa, dia merasa kesal.

"Bawa Laura keluar dari Perusahaan Felix!" seru Jordan.

Laura meronta sambil berseru, "Kami memang sudah mau pergi! Kalau bukan karena kamu membuat keributan seperti ini, kamu kira kami mau datang ke tempat sialan seperti ini?!"

"Janice, ayo jalan!"

Jordan menggenggam tangan Angela dan berjalan ke kantor presiden direktur.

Kemudian, pintu ruangan dibanting dengan kuat.

Janice berdiri di tempat. Dia merasa seakan-akan suara pintu dibanting itu seperti tamparan yang sangat kuat di wajahnya.

Para karyawan di luar pura-pura sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, tetapi mereka tidak bisa menahan diri dari melirik ke arah Janice dan yang lainnya.

Sebelumnya, mereka mengira bahwa Janice adalah calon istrinya Jordan.

Namun, sekarang semuanya sudah berubah.

...

Setelah mereka meninggalkan Perusahaan Felix pun Laura masih marah-marah.

"Sialan! Dasar berengsek! Dia bahkan nggak layak disebut bajingan! Dia benar-benar sampah!"

"Bukan hanya itu, tapi juga buta! Dia menolak wanita cantik sebaik kamu dan malah melindungi wanita jalang itu! Aku jamin 100% wanita bernama Angela itu hanya sok polos!"

Janice mengikuti di belakang Laura dan naik ke mobil MINI milik Laura.

Laura mengemudi di depan.

Sedangkan Janice duduk di jok belakang mobil sambil memandang pemandangan jalanan di luar. Pikirannya seketika menjadi kosong.

Dia tidak pernah menyangka bahwa hubungannya dengan Jordan akan berakhir seperti ini.

Namun, dari awal, dia dan Jordan memang merupakan dua orang dari dunia yang berbeda.

Ayahnya adalah pengawal di Keluarga Felix, sedangkan ibunya adalah pembantu di Kediaman Felix.

Awalnya, dia juga memiliki sebuah keluarga yang biasa-biasa saja, tetapi bahagia.

Namun, masa-masa indah itu tidak bertahan lama. Saat Janice berusia enam tahun, ayahnya meninggal karena melindungi kakeknya Jordan.

Ibunya tidak bisa menanggung pukulan ini. Pada hari ayahnya dimakamkan, ibunya menelan obat tidur dan meninggal di atas ranjang sambil memeluk foto ayahnya.

Keluarga Felix memedulikan opini publik. Karena Janice sudah menjadi seorang anak yatim piatu, mereka mengadopsi Janice dan membiarkannya tinggal di Kediaman Felix.

Namun, sebenarnya, mereka membiarkannya tinggal di kamar pembantu, tempat ibunya tinggal sebelumnya. Anggota Keluarga Felix juga tidak pernah memedulikannya.

Dia tinggal di rumah yang sama dengan Jordan, tetapi hidup mereka jauh berbeda.

Saat makan, dia akan makan dengan para pembantu, dia juga harus naik bus sendiri ke sekolah.

Orang tuanya meninggalkan sedikit uang untuknya. Saat dia tidak memiliki pakaian yang layak pakai lagi, pembantu yang baik hati membawanya ke kios di pinggir jalan untuk membeli beberapa pakaian yang murah.

Namun, saat dia berusia enam tahun, hal ini berubah.

Entah sejak kapan, Calvin dan beberapa anak lainnya memperhatikannya.

Melihat pakaiannya yang lusuh, mereka mengelilinginya dan mentertawakannya.

Mereka mengejeknya sebagai anak kampungan dan mentertawakannya seperti seorang pemulung.

Sejak kehilangan orang tuanya, dia menjadi anak yang pendiam dan penakut. Saat dia dikelilingi dan diejek oleh kelompok anak-anak keluarga kaya ini, hanya wajahnya yang memerah, dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah diejek selama beberapa bulan, suatu hari, hal ini dilihat oleh Jordan.

Jordan mengenakan setelan jas kecil bermotif garis-garis, dengan dasi kupu-kupu berwarna biru. Dia langsung melindungi Janice di belakangnya sambil berseru, "Diam! Mulai sekarang, aku akan melindunginya! Kalau aku melihat kalian menindas dia lagi, aku nggak akan sungkan-sungkan lagi!"

Sejak saat itu, tidak ada lagi yang berani mengejek Janice.

Jordan akan membawa Janice ke ruang tamu di Kediaman Felix, menunjukkan miniatur kapal yang baru dia beli untuk Janice, memberikan Janice koleksi bukunya dan mengajari Janice cara bermain piano ....

Jordan seperti seberkas cahaya yang menyinari kehidupan Janice yang awalnya miskin dan sepi.

Sejak saat itu, Janice selalu mengikuti langkah Jordan.

Sembilan belas tahun.

Janice mengira bahwa akhirnya, dia sudah berkualifikasi untuk berdiri di sisi pria ini.

Namun, ternyata, semuanya hanyalah khayalannya. Kegigihan dan perjuangannya selama 19 tahun dihancurkan begitu saja oleh Jordan.

Usaha Janice terasa seperti sebuah lelucon.

Entah sejak kapan, air mata sudah membasahi wajahnya.

Janice mengangkat tangannya dan menyeka air matanya, tetapi air matanya terus mengalir.

Dia bahkan terus menahan air matanya. Dia menggigit bibirnya dengan kuat, bahunya terus bergetar, giginya bergemeretak.

Laura yang masih marah-marah tiba-tiba menyadari bahwa ada yang tidak benar.

Dia pun mengangkat kepalanya dan melihat Janice yang sedang menangis melalui kaca spion.

Hatinya seketika berguncang. Dia langsung kehilangan konsentrasinya dan menabrak mobil di depannya.

"Sialan ...."

Tabrakan yang kuat ini menarik Janice dari kesedihannya.

Dengan wajahnya yang memucat, Laura berkata, "Janice, gawat! Aku sepertinya menabrak mobil Bentley!"

Janice mengambil selembar tisu dan menyeka air mata di wajahnya sambil berkata dengan suara serak, "Jangan takut. Biar aku pergi bicarakan dengan pengemudi di depan. Kita bisa pakai asuransi. Aku akan membantumu bayar biaya kompensasi yang tersisa."

"Bagaimana kamu pergi bicara dengan orang itu dalam kondisi seperti ini?! Biar aku saja!" seru Laura.

Laura menatap Janice dengan tatapan meyakinkan dan hendak membuka pintu mobil.

Tak disangka, pengemudi di depan sudah turun dari mobilnya.

Melihat kedatangan orang itu, Laura merasa agak terkejut.

"Eh? Bukannya kamu orang baik yang sebelumnya memberi kami payung?" tanya Laura.

Andrew juga terkejut. Dia tidak menyangka bahwa dia akan bertemu dengan dua wanita cantik ini lagi.

"Nona, mohon tunggu sebentar."

Seusai berbicara, Andrew berbalik dan berjalan ke jok belakang mobil Bentley itu.

Di dalam mobil yang dingin itu, Cedric melirik ke samping.

Tatapannya yang biasanya sangat menawan tampak dingin dan acuh tak acuh.

"Ada apa?" tanya Cedric.

Andrew menunduk dan membisikkan sesuatu padanya.

Janice memiringkan kepalanya dan melihat jendela belakang mobil Bentley itu setengah diturunkan. Dia tidak bisa melihat orang yang duduk di dalam mobil, dia hanya melihat sebuah tangan kurus yang terulur ke luar jendela dan menunjuk ke belakang.

Laura seketika tersentak.

"Janice, lihatlah tangan itu, orang yang duduk di dalam mobil itu sepertinya sangat tampan, deh!" seru Laura.

"Masalahnya sudah menjadi seperti ini, kamu masih bisa memikirkan pria tampan?" kata Janice.

"Lagi pula, tabrakan ini sudah terjadi, kenapa aku nggak bisa mencari kesenangan dalam penderitaan ini?" kata Laura.

Sesaat kemudian, Andrew kembali lagi.

"Nona, bos saya mengatakan bahwa hal ini hanyalah sebuah kerugian kecil, dia nggak akan menuntut apa pun dari kalian. Kalian bisa pergi," kata Andrew.

"Bosmu baik sekali! Sebelumnya, dia memberi kami payung. Kali ini, dia nggak meminta pertanggungjawabanku. Dia benar-benar orang baik! Bagaimana kalau kamu berikan nomor telepon bosmu pada kami, biar kami traktir makan lain kali?" kata Laura.

Orang baik?

Bosnya?

Mendengar ucapan ini, Andrew merasa sangat konyol.

"Nggak usah. Ke depannya, hati-hati di jalan, ya."

Laura juga tidak lagi berkomentar. Setelah berterima kasih, dia mengemudi mobil MINI-nya dan melaju pergi.

Setelah mereka pergi, Andrew kembali ke mobil Bentley di depan.

"Bos, saya sudah menyampaikan pesan Anda. Tapi ... saya melihat mata Nona Janice sangat merah, sepertinya dia baru menangis," kata Andrew.

"Menangis?"

Cedric memicingkan matanya dengan emosi yang tidak jelas di tatapannya.

Sesaat kemudian, dia tertawa dengan sinis.

"Dia pasti baru dicampakkan," kata Cedric.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 50

    Baru saja Janice sampai ke depan pintu, dia melihat Cedric berjalan keluar.Dia pun tersenyum."Pak Cedric, kenapa kamu keluar?" tanya Janice."Sudah saatnya berdansa, jadi aku keluar untuk mencari pasanganku," jawab Cedric.Dia mengulurkan tangannya pada Janice, sedikit membungkukkan badannya dan berkata dengan sopan, "Nona Janice, maukah kamu berdansa denganku?"Janice pun meletakkan tangannya di telapak tangan Cedric.Keduanya berjalan ke aula jamuan bersama.Tidak jauh dari mereka, Jordan menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin.Baru saja dia hendak berjalan maju, lengannya dirangkul seseorang.Dengan ekspresi penuh ekspektasi, Angela berkata, "Jordan, ayo kita berdansa."Jordan terdiam sejenak, lalu membawa Angela ke dalam aula.Lampu aula jamuan yang awalnya terang benderang seketika menjadi redup. Seiring dengan iringan musik yang merdu, semua orang mulai berdansa dengan pasangan mereka.Cedric merangkul pinggang Janice yang ramping dengan tangannya yang besar, telapak

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 49

    "Baiklah."Laura pun menarik Janice.Jordan berkata dengan suara rendah, "Janice, apakah kamu menghindariku karena kamu peduli padaku?"Dia mengamati Janice dengan matanya yang indah, seperti ingin menembus pikiran Janice."Kalau kamu benar-benar nggak peduli padaku, kamu bisa menganggapku seperti tamu lainnya dan menghadapiku dengan terbuka, bukan bersembunyi dariku. Bukankah begitu?"Laura menjulingkan matanya."Pak Jordan, kalau kamu melihat seekor anjing di jalanan, apakah kamu akan berhenti untuk mengobrol dengannya? Janice nggak menghiraukanmu karena dia sama sekali nggak menganggapmu sebagai manusia. Apakah aku harus menjelaskannya seperti ini padamu?!"Dengan tatapan dingin, Jordan berkata, "Laura, sepertinya kamu sudah bosan hidup, ya?!"Laura masih ingin melawan, tetapi Shawn menghentikannya."Jangan melawan lagi, dia bukan orang yang bisa kamu singgung," kata Shawn."Aku nggak peduli, aku tetap harus memarahinya. Lagi pula, sebelumnya, aku sudah pernah memarahinya!" seru Lau

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 48

    Cedric menjawab secara perlahan, "Ibunya adalah mantan istri Samuel. Saat Simon berusia empat tahun, dia dan ibunya diusir dari rumah. Dalam waktu kurang dari sebulan, Samuel sudah punya istri baru. Kemudian, mereka melahirkan seorang putra bernama Harry Cresto.""Awalnya, Samuel membesarkan Harry sebagai pewarisnya. Sayangnya, putranya ini mengecewakannya, bukan hanya nggak berpendidikan, tapi juga mengalami patah kaki saat dia berkelahi dan balapan mobil. Sekarang, Harry masih menerima perawatan di luar negeri."Dengan nada bicara datar, Cedric berkata, "Beberapa tahun yang lalu, Perusahaan Cresto sebenarnya mengalami krisis. Kondisi kesehatan Samuel buruk, jadi dia tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Terlebih lagi, karena tekanan dari beberapa petinggi perusahaan, dia hanya bisa membiarkan Simon masuk ke Perusahaan Cresto.""Di luar, Simon terlihat seperti pewaris yang berwibawa, tapi dia sebenarnya hanya pulang untuk membersihkan kekacauan ini."Dia mengetuk gelas kaca den

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 47

    "Anak yang baik?"Cedric mengembalikan kartu nama itu pada Janice, tatapannya menggelap.Entah mengapa, dia merasa bahwa saat Jack menatap Janice, tatapannya ganas, seperti seekor anak serigala.Pada saat ini, suara kaca pecah menarik perhatian semua orang di dalam aula.Kedua orang ini menoleh dan melihat seorang pria berambut putih dengan ekspresi masam di depan pintu. Di depan kakinya, ada pecahan gelas anggur. Sedangkan di hadapannya, Simon berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh.Melihat orang-orang memandang ke arah mereka, Simon tersenyum kecil."Ayah, apa yang Ayah lakukan? Gelas anggur bisa pecah, tapi jangan sampai kesehatan Ayah rusak karena amarah," kata Simon.Dengan nada yang sangat tegas, Samuel Cresto berkata, "Aku nggak memerlukan perhatian palsumu!"Cedric dan Janice pun menghampiri mereka.Cedric mengambil segelas anggur dari pelayan di satu sisi dan menyerahkannya pada Samuel."Paman Samuel, di acara sepenting ini, nggak bagus deh kalau Paman marah-marah?"Cedric meng

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 46

    Pasangan pria dan wanita yang serasi berjalan masuk.Pria itu sangat tinggi dengan tubuh yang tegap dan aura mulia. Dia mengenakan jas hitam buatan khusus, yang membuat wajahnya yang tampan terlihat sangat mulia.Wanita di sisinya juga sangat cantik. Gaun berwarna merah tua itu menonjolkan bentuk tubuhnya yang sempurna. Kalung di lehernya juga sangat menyilaukan mata.Wanita itu terlihat sangat familier."Itu Janice?" seru Melissa dengan terkejut.Ekspresi Jesslyn dan Angela juga berubah.Tidak jauh dari mereka, Jordan juga sangat gelisah.Dia sudah menyangka bahwa Janice akan datang, tetapi dia tidak menyangka bahwa Janice akan tampil dengan begitu memukau.Janice terlalu cantik, sehingga semua wanita di tempat ini menjadi tidak terlihat.Jordan-lah yang sudah lupa .... Namun, sebenarnya Janice selalu secantik ini.Sedangkan kecantikan ini pernah menjadi milik Jordan sendiri!Saat Jordan memikirkan hal ini, perasaan getir dan enggan memenuhi hatinya.Dia sepertinya sudah mulai menyesa

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 45

    Janice terlalu memesona, sehingga semua kata kehilangan kekuatan mereka. Sedangkan Cedric merasakan sebuah dorongan ... untuk mencium Janice....Di sebuah aula jamuan kelas atas di Kota Sidny.Jordan berdiri di dalam aula sambil meminum sampanye dan sesekali melihat ke arah pintu masuk.Saat orang di sekitar datang untuk mengobrol dengannya, dia hanya berbicara singkat dengan mereka sebelum mengusir mereka.Angela menyadari bahwa Jordan sangat tidak fokus. Dia memonyongkan bibirnya dan merangkul lengan Jordan."Jordan, ramai sekali di sini, tapi aku nggak kenal siapa-siapa. Bagaimana kalau kamu bawa aku pergi berkenalan dengan orang-orang?"Saat Keluarga Felix berada di luar, tetap akan ada orang yang datang untuk mengobrol dengan mereka, mereka tidak perlu secara khusus pergi berbicara dengan orang lain.Namun, Angela tidak memahami prinsip ini.Jordan berkata dengan sabar, "Kalau kamu ingin berkenalan dengan orang lainnya, biarkan Jesslyn bawa kamu pergi. Aku nggak bisa bergabung da

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 44

    Janice merasa agak terkejut. Dia langsung melangkah mundur sambil berkata, "Nggak usah, Pak Cedric ...."Sekarang, dia benar-benar sudah mulai meragukan apakah kebaikan Cedric padanya mengandung maksud ketertarikan seorang pria terhadap seorang wanita atau tidak.Jordan sudah menyakitinya terlalu mendalam, sehingga sekarang, dia sama sekali tidak bisa memikirkan hal-hal seperti perasaan seperti ini.Jika Cedric benar-benar tertarik padanya, dia benar-benar tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi pria ini."Hanya sekotak cokelat, kenapa kamu segugup ini?"Cedric menggigit rokoknya. Seperti bisa membaca pikiran Janice, dia berkata, "Aku membelinya di toko oleh-oleh di bandara, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah merayakan ulang tahunku. Bukan hanya kamu, aku juga beli untuk Simon."Dia menyerahkan sebuah kotak untuk Janice.Janice pun menerima kotak itu dengan tenang.Namun, Cedric tidak langsung pergi. "Kata Monica, hari ini, saat kamu pergi coba gaun, kamu ber

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 43

    'Benar saja, pasti ada yang terjadi,' pikir Janice.Janice berdiri dan mendekati Laura."Coba kulihat foto bosmu.""Nggak ada yang perlu dilihat," kata Laura.Namun, Laura tetap mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto bosnya pada Janice."Namanya Shawn Marvin. Tahun ini, dia baru berusia 30 tahun. Dia mengambil alih perusahaan dari ayahnya. Dia jauh lebih kaya daripada rakyat biasa sepertiku," katanya.Janice pun melihat foto itu."Dia lumayan tampan dan elegan.""Sudahlah, dia berada jauh di bawah Cedric," kata Laura.Janice pun berkata dengan nada bercanda, "Laura, menurutku, kamu cocok dengannya.""Ahh ...."Laura yang terkejut mendengar ucapan Janice tidak sengaja menyayat jarinya dengan pisau.Darah langsung mengalir dari luka itu.Laura seketika tercengang. Reaksi pertamanya adalah menyembunyikan tangannya di belakang punggungnya dan mengamati ekspresi Janice."Janice, kamu keluar saja dulu ...."Sejak ayahnya Janice meninggal, Janice tidak bisa melihat luka dan darah.Janice

  • Asistenku Tercinta Direbut oleh Musuhku!   Bab 42

    Jordan menjawab dengan dingin, "Dia sudah meninggalkan Perusahaan Felix. Ke depannya, dia sudah nggak lagi berhubungan dengan Keluarga Felix."Jack masih ingin bertanya, tetapi dia melihat isyarat yang diberikan Jesslyn dengan tatapannya.Dia pun membungkam.Semua orang mulai makan.Saat semua orang sedang mengobrol, Jack menarik Calvin dan bertanya, "Kak Calvin, apa yang sebenarnya terjadi?""Ceritanya panjang ...."Calvin membuang napas, lalu menceritakan secara singkat apa yang terjadi antara Jordan dan Janice.Jack pun terkejut."Jadi ... Kak Janice dan kakakku nggak mungkin bisa bersama lagi?""Sepertinya begitu. Sekarang, Kak Jordan juga sudah punya pacar. Menurutku, kali ini Janice juga pergi dengan sangat tegas. Sepertinya sudah nggak ada harapan lagi."Mendengar jawaban Calvin, Jack mengangkat gelasnya dan menurunkan tatapannya sambil tersenyum kecil.Saat mereka sedang makan, Carter tiba-tiba berkata, "Beberapa hari lagi ada sebuah jamuan amal. Jordan, kamu juga akan hadir, '

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status