Kavaya gadis remaja yang tengil dan bar bar tiba tiba terjebak dengan seorang laki laki yang tak di kenalnya di sebuah gudang kosong. Kavaya melihat laki laki itu yang sedang terluka dan dia mencoba merawat luka itu dengan seksama. Sang laki laki yang mulai tersadar saat lukanya sudah mengering kemudian pergi begitu saja meninggalkan Kavaya saat pagi sudah menjelang. "Aku pastikan kita akan ketemu lagi!" ******** Kavaya gadis bar bar yang sebenarnya menyembunyikan sifat aslinya memilih selalu memberontak saat ayahnya membawa wanita baru dalam keluarga mereka tak lama setelah sang ibu meninggal. "Aku nggak akan pernah menganggap dia sebagai ibuku!" * *
View More"Cih, enak banget dia bilang suruh aku serahin perhiasan mama yang sudah jadi milikku. Kenapa ayah nggak pernah tahu wajah asli siluman betina itu sebelum dia membawanya pulang ke rumah. Apa selama ini memang mereka sudah menjalin hubungan sampai sampai ayah lebih membelanya dari pada anaknya sendiri?"
Seorang gadis remaja yang mulai beranjak dewasa berjalan sambil menggerutu di malam hari setelah dia bertengkar dengan ibu tirinya. Bahkan saudara tirinya juga ikut campur dengan masalah yang menimpanya seolah memang saudara tirinya itu senang jika dia tertimpa masalah dan akan di hukum lagi oleh sang ayah.
Kavaya Athena Lavender, dia putri dari pengusaha kain di kota A yang lumayan sukses. Dia juga sangat di manja oleh kedua orang tuanya, terutama sang ayah. Tapi semenjak ibunya meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu semuanya berubah. Sang Ayah nampak selalu memarahinya, bahkan dia juga membawa pulang seorang perempuan dan anak perempuan yang Orlando sebut akan menjadi ibu tiri dan juga saudara tirinya.
Kavaya terus berjalan tanpa melihat keadaan sekeliling tanpa tahu dia ada di mana. Tapi saat sampai di tempat yang lebih sepi lagi dia tiba tiba di cegat oleh beberapa orang yang seperti preman di tempat itu.
"Hei, nona cantik... Sedang apa di tempat sepi seperti ini sendirian? Apa kamu sedang mencari teman malam ini?" tegur salah satu preman itu dengan tatapan laparnya.
Kavaya terdiam di tempatnya dan menatap preman itu satu persatu. Dia melangkah mundur dengan pelan karena dia sangat enggan meladeni para preman itu yang badannya sangat besar besar. Tapi naasnya pergerakan Kavaya di baca oleh salah satu preman yang bertato di lengannya.
Srett...
"Mau kabur kemana cantik?"
Mata Kavaya melotot kesal ke arah preman itu, dia segera menghempaskan tangan preman yang mencekal lengannya sampai membuat preman itu marah.
Mereka yang berjumlah tiga orang itu segera mengepung Kavaya dan membuat Kavaya mendengus kesal.
"Jadi kamu suka di paksa ternyata, kalau begitu kami akan membawa kamu secara paksa dan bersenang senang dengan kami secara paksa juga."
"Jangan mimpi kalian, aku nggak sudi badanku di jamah sama orang kayak kalian!!!" teriak Kavaya keras.
Para preman itu saling pandang dan menatap Kavaya dengan berang, segera setelah itu mereka segera menyerang Kavaya secara bersamaan.
Kavaya yang memang sedang kesal pun juga meladeni mereka dengan cepat, tapi karena dari kemarin Kavaya belum makan sama sekali dia sudah tak mempunyai tenaga lebih. Bagaimana tidak hanya karena masalah perebutan perhiasan ibunya dia sampai di kurung di gudang belakang rumah oleh ibu tirinya itu dan mereka menutupinya dari sang ayah. Tapi meskipun sang ayah tahu dia tak akan membela Kavaya sama sekali.
"Sial, ini gara gara siluman betina itu, kalau saja aku makan pasti aku menghadapi mereka semua!" umpat Kavaya kesal.
Dukkk.....
Punggung Kavaya terkena tendangan salah satu preman itu dan membuat Kavaya terjerembab ke depan.
Brukkkk....
"Awww......"
Kavaya meringis dan berbalik, tapi ketiga preman itu sudah berdiri lapar di hadapannya saat ini."Jangan melawan gadis cantik, ikut kami tanpa perlawanan di jamin nanti rasanya akan enak dan jelas kamu akan ketagihan setelah ini." ucap salah satu preman itu.
Kavaya masih diam tapi di kedua tangannya sudah menggenggam serbuk pasir yang dia ambil dari bawah tubuhnya.
Saat tangan salah satu preman itu ingin menyetuhnya Kavaya segera melempar serbuk pasir itu ke arah mata mereka semua.
"Argghhh.... gadis sialan!!!" teriak mereka bersamaan.
Kavaya yang melihat itu semua segera bangun dan kabur dari sana. Meskipun dia merasakan nyeri di punggungnya tapi dia tetap berlari dengan cepat agar tak tertangkap para preman itu.
Kavaya terus berlari sampai menemukan sebuah gudang tua yang nampak terbengkalai. Dia memutuskan masuk ke sana dan bersembunyi di sana.
Hosssh, hoshhhh...
"Astaga capek banget, gara gara nggak pernah olahraga lagi jadi begini!" kesal Kavaya.
Dia berdiam diri di pojokan sambil menetralkan napasnya karena lelah saat berlarian tadi.
Dia menatap sekitar dan bergidik ngeri karena di sana sangat gelap dan tak ada siapapun.
"Ya Tuhan, lindungi aku. Takut kalau ada yang tak nampak tiba tiba nongol." Batin Kavaya.
Dia menutup matanya dan terus berdoa dalam hati tapi kemudian tak lama dia mendengar suara tembakan yang tak jauh dari sana dan membuatnya berjengkit karena terkejut.
Doorrrr.....dor...
Dia menutup mulutnya agar tak bersuara, sungguh dia semakin takut saat ini. Karena seumur umur baru ini mendengar suara tembakan yang begitu dekat.
"Ini ada yang syuting film kah? Kenapa malah ada suara tembakan di dekat sini?" batin Kavaya lagi.
Dia tak menyangka jika malam ini dia akan mengalami kesialan yang beruntun seperi ini. Tapi karena dia penasaran dia melongokkan kepalanya keluar dan dari kejauhan dia melihat ada seorang laki laki yang sedang berlari dan nampak terluka. Karena dari tempat Kavaya berdiam diri pun dia bisa melihat jika orang yang sedang berlari itu tengah mengalami luka yang serius karena ada banyak darah yang keluar dari lengannya.
"Dia di kejar penjahat apa gimana?"
Kavaya terus memerhatikannya sampai orang yang di kejar itu menyerang mereka balik dan juga menembakinya balik.
Kavaya melihat jika beberapa orang yang sedang mengejar itu mulai tumbang satu persatu. Dia juga melihat masih ada beberapa orang lagi yang mengejar dan nampak menggunakan tangan kosongnya.
Kavaya yang melihat orang itu terus di serang juga tak tega akhirnya. Dia berjalan mengendap endap agar tak di ketahui banyak orang. Tanpa ba bi bu lagi dia menyerang orang orang itu menggunakan balok kayu yang baru saja dia dapat karena dia tak mungkin menyerang dengan tangan kosong saat tenaganya sendiri belum pulih. Dan karena bantuan Kavaya akhirnya orang orang itu bisa di kalahkan.
Laki laki yang di tolong Kavaya tadi menyipitkan matanya, dia tak percaya jika ada seorang perempuan yang berani menolongnya di saat melihat dia sedang terluka parah dan berlumuran darah.
Tapi karena sudah banyak darah yang keluar dari tubuhnya akhirnya pandangannya perlahan pun kabur dan badannya limbung jatuh ke tanah.
Brukkk...
"Eh...."
Kavaya yang mendengar suara benda jatuh pun menoleh ke belakang dan dia melihat laki laki itu ambruk di sana."Hei, hei, apa dia mati? Kalau dia mati nanti aku yang jadi tersangka? Duh, ini gimana dong, kalau niatnya nolong malah jadi tersangka."
Kavaya mondar mandir di sana, bahkan dia maju mundur mendekati laki laki yang tengah tergeletak itu.
"Aduh ini aku gimana dong?" Kavaya bingung dengan apa yang harus di lakukan.
Dan bertepatan pada saat itu terdengar derap langkah yang mulai mendekati tempat di mana Kavaya berada. Dan itu malah membuat Kavaya semakin panik.
"Aduh, ini gimana dong?"
to be continued
Mobil yang membawa Kavaya dan ketiga bayinya sudah sampai di mansion. Kavaya turun dalam diam, dia menyuruh anak buahnya membawa bayinya ke kamar yang ada di lantai bawah. Awalnya mereka bingung tapi mereka hanya menurut saja. Begitu juga para pelayan yang melayaninya. Kavaya meminta beberapa barangnya dan triplet D ke kamar yang akan di tempati. King yang melihat itu semua hanya mengangguk saat para pelayan meminta ijin kepada nya. King tak ingin membuat Kavaya semakin marah kepadanya. "Sweety ..." panggil King pelan. Tapi Kavaya mengabaikannya, dan lebih memilih masuk ke dalam kamar saat semua barang yang dia butuh kan sudah tersedia. King pun hanya bisa menghela napas panjang nya saat ini. Leon pun juga tak bisa berbuat apa apa karena jika Kavaya sudah seperti ini tandanya dia benar benar tak ingin di ganggu.Leon pun merasa prihatin dengan King saat ini.Dia menepuk pelan pundak King."Mungkin bukan hanya karena yang tadi saja, tapi aku pernah dengar seorang perempuan setel
Teman Yurika syok melihat Yurika yang membuat ulah, sedangkan King sudah membantu Kavaya untuk kembali duduk. Dan tim dokter yang melihat itu segera menangani Kavaya yang merintih kesakitan, King juga sudah mengambil anak ketiganya dari tangan Kavaya. Darrel pun terlihat tenang di gendongan King saat ini. King meletakkan Darrel perlahan ke box nya kembali. Sedangkan Kavaya sudah selesai di periksa dan juga sudah di ganti perbannya. King keluar dari ruangan Kavaya, melihat perawat yang tadi ingin membawa putranya. "Jadi dia ini perawat di sini?" tanya King dingin. "I-iya tuan muda," jawab salah satu dokter di sini. Tapi Yurika tak merasa bersalah sama sekali, dia yang awalnya terjatuh ke lantai mulai berdiri dan melihat ke arah King. "Kenapa kalau aku membawa putramu satu, kamu mendapatkan anak tiga, dan aku hanya mengambilnya satu. Dan jika dia bersamaku dia akan bahagia, kamu bisa mengambilnya nanti ketika dia sudah besar!" kata Yurika enteng. Semua orang terbelalak men
Tubuh King merosot ke lantai. Kavaya masuk ruang operasi lagi. Benar benar ingatannya tentang beberapa tahu kemarin langsung muncul kembali dalam ingatannya. Kehilangan bayi pertama mereka membuat hidup King hancur. "King.... Ava baik baik saja, bayi kalian juga semua sehat. Kita doakan dari sini, triplet D akan baik baik saja!" "Leon, aku takut....di dalam sana Ava sedang berjuang sendiri. Harusnya aku tadi tak meninggalkan Ava ke kantor." ucap King lirih. Leon tentu tahu ketakutan King bukan tak mendasar. Trauma masa lalu itu masih ada meskipun King sudah berusaha melupakannya. Leon dan Ayumi hanya bisa diam, dan menemani King di depan ruang operasi, sementara anak buah King semua sudah berjaga di setiap sudut rumah sakit. Hampir satu jam lamanya Kavaya berada di ruang operasi dan King mulai gelisah. Tapi tak berselang lama, terdengar suara tangisan bayi yang keras, pertama, kedua dan yang ketiga terdengar sangat lirih sekali. Tubuh King menegang begitu juga dengan
King membawa Kavaya pergi, berkali kali Kavaya mengambil napas panjang dan menghembuskan nya. Semakin dia kesal semakin sakit perutnya dan dia tak ingin membahayakan ketiga janinnya. "King, aku lelah!" King memeluk Kavaya erat, dia mengusap pelan pundak Kavaya sampai dia tertidur. Tak berapa lama mereka sampai kembali ke mansion. King menggendong Kavaya ke kamarnya dan meletakkan Kavaya yang tengah tertidur di ranjang mereka. Notif pesan singkat masuk ke dalam ponsel King. Leon mengabarkan jika semua sudah di urus dan Vania sudah mendapatkan hukumannya. "Sweety.... aku harap kamu selalu sehat dengan mereka." * Hari berlalu, bulan pun berganti. Tak terasa Kavaya sudah mendekati hari kelahiran bayi kembarnya. Tapi lucunya mereka sama sekali tak bisa tahu tentang kelamin bayi kembar itu. Seolah mereka ingin memberi kejutan untuk orang tua dan yang lainnya. "Sweety, aku tak tega meninggalkan mu. Gimana nanti kalau tiba tiba kamu mau melahirkan?" Wajah King khawatir deng
Kehamilan Kavaya sudah mulai membesar dan saat ini Kavaya terus mengomel karena bajunya sudah mulai sempit. Dia duduk di ranjang sambil sesekali menghela napas panjangnya. "Kan nggak bisa di pakai lagi, ini harus beli lagi. Tapi nggak di bolehin keluar." Air mata Kavaya tiba tiba menetes di pipinya. King baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan wajah yang lesu. Tapi samar sama dia mendengar suara isak tangis dari arah ranjang. Panik jelas, dia langsung menghampiri Kavaya yang sedang berdiam diri di ranjang sambil menangis. "Sweety, ada apa?" King mendekati Kavaya dengan perasaan panik. Dia takut jika Kavaya kenapa Napa. Tapi kemudian Kavaya mengangkat beberapa baju yang dia punya. "Kenapa sama baju baju kamu?" tanya King dengan wajah polosnya. "King, apa aku terlihat gemuk sekarang? Kenapa semua bajuku tak muat?" King meneguk ludahnya kasar, dia terlihat berpikir dan mencari kalimat yang pas sebagai jawaban. Membawa tiga bayi dan memang Kavaya terlihat lebih berisi
Kavaya saat ini berada di dapur. Di saat semua orang masih terlelap dia sudah masuk dapur dan entah sedang melakukan apa. King yang meraba kasur di sebelahnya dan tak menemukan istrinya pun langsung bangun dengan cepat. Dia berjalan dengan cepat mencari keberadaan istrinya. Dia mulai panik saat tak menemukan keberadaan istrinya di mana mana. Sampai pada akhirnya bau masakan tercium dari arah dapur. King bergegas kesana dan dia bernapas lepas saat melihat Kavaya sedang berkutat dengan semua peralatan dapur itu. "Sweety, kamu sedang apa?" King mendekat ke arah Kavaya dan melihat Kavaya sedang membuat salad tapi King meringis ngeri. Pasalnya di dalam salad itu ada beberapa potongan cabe yang terlihat pedas. Dia sudah meneguk ludahnya kasar. "Aduh, apa lagi ini?" batin King. King tak berani bersuara lagi atau tanya pada Kavaya apa saja yang dia buat. Melihat semua makanan itu berbahan cabai pun membuatnya ngeri. "Ini salad sayur, tapi aku menambah beberapa potongan cabai s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments