Share

BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN
BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN
Penulis: Eka Fitriani

BAB 1

"Mas, bangun!" Aku membangunkan mas Zaki, yang tidur di sebelah kanan ku.

Mendengar suaraku, dia terlihat sedikit kaget dengan membuka matanya perlahan. "Kenapa, Dek?" Tanyanya dengan nada yang terdengar khawatir.

"Tengah malam seperti ini siapa yang sedang masak ya Mas?"

Aku menatap mas Zaki yang sedikit berpikir, dengan mata melirik kekanan dan kekiri. Jujur saja saat ini hatiku di landa kecemasan yang luar biasa.

Aku merasa takut yang teramat, bulu kudu merinding setiap kali tercium aroma masakan seperti saat ini. Terlebih pada saat tengah malam seperti kali ini.

"Tetangga dekat kebun sebelah mungkin Dek." tangannya menunjuk arah yang dia maksudkan. "mungkin lagi masak untuk besok pagi, ayo tidur lagi Dek, aku masih ngantuk berat ini." Mas Zaki mengajak aku untuk kembali tidur, namun aku tidak menurutinya.

Kubiarkan Mas Zaki kembali tidur, terdengar dengkuran halus darinya. Secepat kilat dia kembali mengarungi mimpi yang terjeda, sebab karena terusik olehku.

Rasa penasaran belum juga hilang, seakan kurang puas dengan jawaban suamiku tadi, seperti dahaga yang belum hilang. Pun mata ini, entah mengapa tidak mau terpejam meskipun sudah di paksa untuk tidur.

Krik ... Krik ... Krik ....

Suara jangkrik berirama seperti kidung yang terdengar merdu, ramai deritnya menjelma seperti melodi di tengah gelapnya malam hari.

Suasana di tengah perkebunan karet yang rindang, bagiku cukup menguji nyali. Setiap terdengar gemuruh angin menggurkan dedaunan dari atas pohon, terasa seperti berada di dalam cerita atau film horor.

Rumah berdinding kayu tanpa cat dan terlihat gersang yang aku tempati ini berada di tenggah perkebunan sawit dan karet yang cukup luas.

Suasana yang asri dengan pepohonan yang rindang dan tinggi, menambah kesan tersendiri jika siang telah berganti malam. Tanpa adanya aliran listrik di sini membuat setiap sudut jalan dan rumah-rumah di sekitar sini terlihat gelap dan sepi.

Seperti malam ini, terasa sunyi hanya dihiasi dengan suara bermacam-macam binatang malam yang menemani. Kukukan burung hantu terdengar merdu membuat bulu kuduk sedikit merinding. Begitu juga dengan lolongan anjing yang melengking dan saling sahut-menyahut.

Kali ini bukan hanya binatang malam yang menemani tapi juga bau harum masakan yang tertangkap Indra penciumanku.

Seperti sebelumnya, setiap tenggah malam seperti ini pasti akan muncul bau masakan yang menyeruak di dalam ruangan.

Aku mengendus keberadaan aroma masakan yang begitu kuat, dahiku berkerut sedikit heran, mengapa kemunculannya selalu tengah malam seperti saat ini.

Meskipun hanya hari-hari tertentu saja aku mencium aroma masakan, akan tetapi rasanya begitu mengusikku.

Perasaanku berkecamuk memikirkan siapa yang sedang memasak di tengah hutan disaat pertengahan malam seperti ini. Mungkin ucapan suamiku tadi ada benarnya, jika tetangga kami sedang memasak.

Aku kembali mencium aroma masakan yang begitu menyengat, kembali membangunkan Mas Zaki. Tubuhnya sedikit terguncang cukup kuat hingga membuat suamiku kaget dan langsung terduduk.

"Apalagi Dek!" Nadanya terdengar marah.

"Maaf Mas, udah buat kamu kaget." Jawabku merasa bersalah.

"Kenapa lagi Dek?" Tanyanya lagi.

"Anu Mas. Ini, emm ...."

"Masakan?"

"Hehe, Iya."

"CK. Kamu ini, kurang kerjaan banget ngurusin orang masak."

"Aku penasaran." Jawabku sambil meringis cangung.

"Mungkin, ibu Sri yang sedang memasak, kan cuma beliau tetangga terdekat kita." Mas Zaki memberitahu.

"Masa bisa masakannya tercium sampai ke sini? Mas kan tau jarak pondok kita dan kebun Bu Sri cukup jauh." Sebab jarak kebun kami dan tetangga lumayan jauh dengan jarak perkebunan seluas lima hektar lebih.

"Ya namanya juga kebawa angin, pasti menguap berhambur di udara dan tersapu kemana-mana."

Ucapan mas Zaki benar juga, namanya terbawa angin pastilah bisa kemana-mana. Aku berfikir serata terus mencium aroma masakan yang semakin menyeruak kembali memenuhi seluruh ruangan ini.

Semakin lama semakin kuat terasa hingga di dalam tenggorokan. Aroma masakan yang sedikit berbau masam dan gosong. Sudah tidak terhitung berapa kali, aku mencium aroma masakan yang tidak sedap di hidung.

Bermacam-macam bau khas aroma-aroma bumbu yang terkadang tercium seperti wanginya semur ayam. Harumnya rendang daging. Bahkan wangi kue-kue tradisional pun ikut menyalami hidup mancung ini .

Merasa aneh saja bila di pikirkan mengingat tempat dan waktu yang kurang lazim untuk mengolah masakan. Perutku terasa mual dan kepala sedikit pusing, beginilah acap kali Indra penciumanku mengendus bau ini.

Aku menoleh ke arah suamiku yang entah sejak kapan sudah kembali mendengkur itu. Berulang kali membangunkan mas Zaki, namun laki-laki itu tak bergeming sedikitpun.

"Mas, bangun, aku takut." Suraku pelan. Dan terus megoyang-goyangkan badannya.

"Hmm ... tidur aja Dek. Nanti juga hilang sendiri kok." Jawab mas Zaki dengan mata terpejam.

Mas Zaki pernah menceritakan kisah legenda hutan ini kepadaku. Jika di dalam hutan Sumatra itu terdapat mahluk mitologi yang menempati pedalaman hutan, yang biasa di panggil dengan sebutan BUNIAN.

Atau bisa di bilang bangsa jin penghuni hutan Sumatra. Menurut warga sekitar sini mahluk itu juga beraktivitas seperti layaknya manusi pada umumnya. Namum kebenarannya masih di ragukan oleh sebagian orang, dan menjadi dongeng yang terus di wariskan hinga turun temurun.

Bau itu muncul kembali, aromanya semakin tajam menusuk hidung. Perutku terasa mual, saat aromanya semakin menyengat mendorong masuk melalui lubang hidung dan menjalar ke tenggorokan.

Aku berusaha untuk melawan rasa mual ini, menutupi pernapasan dengan selimut, namun aroma itu terus menganggu seakan mendorong kuat ingin menerobos masuk kedalam perut.

Nafasku terasa sesak, begitu aneh dengan aroma masakan yang terus menerus mendorong kuat menerobos masuk membuat hidung terasa panas dan sulit bernapas seperti mencium aroma cabai yang di goreng.

Aku merasa ada yang janggal dan terkesan tidak wajar, dengan lantang aku membacakan Ayat Kursi dan surah pendek yang aku bisa. Baru beberapa Ayat yang terbaca, bau itu menghilang secara perlahan.

Rasanya begitu lega, meskipun aku sedikit kelelahan sebab tenga seperti terhisap oleh sesuatu yang mencoba masuk bersamaan dengan bau masakan tadi.

Aku begitu lelah dan sudah sangat mengantuk. Kurebahkan tubuh mencari posisi ternyaman untuk tidur. Memejamkan mata perlahan-lahan.

Saat kesadaran ini hampir hilang sepenuhnya dengan, aku terkejut dan kembali terjaga ketika terdengar suara berderit di dinding.

Kkreett ... kreettt ....

_________

Terima kasih sudah membaca. 🥰

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status