Share

BAB 2

Author: Eka Fitriani
last update Last Updated: 2022-03-06 06:30:12

Bab. 02

.

Suara kuku tajam mengaruk dinding pondok ini, lebih tepatnya di luar kamar ini. Aku bergidik ketika kembali mendengar benda tajam menggores papan kayu.

Kkreet ... kreettt ....!

Ini kali pertama aku mendengar suara mirip benda tajam yang sengaja digoreskan lalu di tarik. Jantungku berdetak naik turun, rasanya begitu takut.

Baru sebentar saja bisa sedikit lega, sebab bau yang mengganggu tadi telah hilang, kini muncul kembali gangguan lain yang lebih menegangkan.

Aku urungkan niat untuk membangunkan mas Zaki, kemungkinan besar dia akan marah kembali seperti tadi.

Kenapa malam ini begitu terasa lama, mungkin aku terlalu gelisah karena takut atau memang waktu yang tidak bergerak sejak tadi.

Kkreet ... Kkreet ... Kkreet!

Aku terperanjat ketika dinding kayu di sebelahku berderit dan sedikit memantulkan getar-getar samar.

Kini degup jantungku berdetak lebih kuat, panas dingin hawa di kamar ini menjalar ke beberapa bagian tengkuk leher dan persendian.

Alih-alih menghilang, suara itu justru semakin mendekat ke arah jendela kamar ini. Ku remas selimut kuat-kuat, guna mengurangi rasa takut yang hampir sepenuhnya menguasai.

Brakkk ....!

Aku menendang dinding dengan begitu kuat, berharap bunyi yang mengusikku itu segera pergi dan menghilang. Mataku mengerling, memastikan lelakiku tidak terganggu dengan bunyi yang cukup keras tadi.

Sepertinya mas Zaki memang benar-benar lelah sampai-sampai tidak mendengar suara yang lumayan keras barusan.

Aku bangkit dari tempat tidur, duduk sejenak di tepian kasur untuk sekedar meregangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku. Suara tadi sepertinya sudah menghilang, sebab sudah beberapa menit tidak terdengar lagi.

Setelah di rasa cukup, aku kembali merebahkan tubuh. Kali ini rasa kantukku sudah benar-benar hilang. Aku menatap atap seng kamar yang terbuat dari baja itu, sesekali gesekan dahan yang jatuh menimbulkan dentuman.

_______

Krett ... Krett ....!

Aku membuka mata yang terasa berat, meskipun masih sangat mengantuk aku terpaksa harus bangun, sebab sura goresan pada dinding kembali terdengar.

Pendengaran ini seakan berjalan memutar mengikuti suara benda tajam yang di seret di atas papan kayu dan mengelilingi pondok ini.

Wusss ....

Hembusan angin yang cukup kuat menerpa wajahku, hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh, kaki dan tangan tiba-tiba menjadi kaku dan bisa di gerakan.

Ada apa ini? Aku yang panik terus meronta, mencoba merenggangkan otot tubuh yang terasa kaku.

Aku mencoba memanggil mas Zaki untuk meminta pertolongan, entah mengapa mulut ini tidak bersuara.

Padahal aku sudah merasa lelah, sejak tadi berusaha melawan sesuatu yang seperti menahan tangan dan kaki ini. Ingin berteriaakpun tidak bisa.

"Tania!" Suara seseorang memanggil namaku.

Aku tertegun, memperhatikan setiap sudut ruangan ini. Mencari-cari suara siapa tadi itu? Yang terlihat hanyalah cahaya terpantul dari celah dinding. Meskipun suasana di dalam ruangan temaram di luar rumah terlihat begitu terang karena cahaya bulan.

Kreet ... Kreet ....

Bunyi itu terdengar kembali, suaranya sangat nyaring dan begitu jelas terdengar di telinga ini. Aku hanya bisa diam seperti patung, sebab tubuh ini seperti terkunci tidak bisa bergerak sedikitpun.

Sepasang telinga ini menangkap jelas suara seperti benda tajam tengah mencengkeram dinding dengan sekuat, bersamaan dengan itu sepasang kaki terdengar seperti sedang merayap ke atas atap.

Rasa takut mulai menyelimuti, aku memasang kewaspadaan meskipun hanya kedua mata saja yang mampu di gerakan.

Degup jantung mulai tidak beraturan ketika mata merah mengintip dari celah dinding yang lebar.

Aku bertriak sekuat dan sekencang mungkin akan tetapi hanya tercekat di tenggorokan saja, tubuh ini seperti di timpa beban berat yang mendorong hingga membuatku terpental.

"Mas Zaki, tolong aku!" Aku menangis merasakan sakit akibat terbentur tiang kayu pondok ini.

"Lahaula walakuata illabillah. Allahu Akbar!" Ku ucapkan asma Allah dengan lantang. Atas izin dan kebesarannya akhirnya tubuh ini bisa di gerakan kembali.

Dengan nafas tersengal dan sedikit lelah aku berusaha bererdiri meski tertatih dan sedikit merasakan sakit di punggung. Kusandarkan tubuh di tepian kasur memulihkan kembali rasa lelah yang luar biasa menguras tenaga.

Brakkk ... Brakkk ....

Suara benda jatuh seperti orang tengah melompat, aku mendongak menatap sesuatu yang terlihat di atas atap yang sedikit bergoyang.

Deru langkah kaki berjalan kesan kemari di atas pondok ini. Teramat ngilu ketika mendengar pantulan suara dari benda yang menggores atap di atas sana.

Suara erangan begitu seram terdengar menakutkan. Tidak ingin berlama-lama mendapatkan teror seperti ini, aku memutuskan untuk melihat siapa gerangan yang mengusik ketenanganku di malam hari seperti ini.

Ku buka jendela kamar secara perlahan, menyebabkan kepala untuk melihat keluar pondok. Mataku menatap awas ke seluruh penjuru kebun yang luas ini.

Tidak ada apapun kecuali batang pohon karet yang berbaris mengelilingi pondok ini.

Brakkk ....!

Seseorang berlari kesana kemari sebelum akhirnya melompat ke atas pohon karet yang berbeda di hadapanku.

Aku memekik ketakutan karena terkejut lalu segera menutup jendela dengan cepat. Belum sempat melihat siapa yang mengganggu, nyaliku sudah menciut terlebih dulu.

Mungkin lain kali saja atau lebih baik aku membangunkan suamiku. "Mas, Zaki." Teriakku pelan. Tanganku sedikit mengoyangkan tubuh kurus ini, berharap agar ia terbangun.

"Emm ..." Dia menggeliat membuka mata perlahan. "loh, kamu gak tidur dari tadi, Dek?" Tanyanya kaget melihat kearahku.

"Gak mas."

"Kenapa?" Tanyanya lagi.

Aku duduk di sebelahnya lalu menceritakan satu persatu kejadian yang menimpaku beberapa beberapa menit lalu.

"Itu cuma perasan kamu aja, Dek."

"Tapi itu nyata Mas. Coba lihat di punggung aku ini, pasti ada luka memar bekas terbentur tadi."

"Sudah jangan di pikirkan. Besok saja kita bahas." Dia mengusap punggung pelan. "ini masih malam ayo tidur lagi." Mas Zaki memeluk aku sebelum akhirnya aku dapat tertidur kembali.

-----------

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 36

    Teriakan Putri membangunkan Orang Pandak yang sedang bersemedi. Mata merahnya membuka tajam. "Putri, anakku." Dia bangkit dari duduknya. Berayun dari satu pohon ke pohon yang lain. Penciumannya dia pertajam untuk mencari keberadaan anaknya itu.Hidungnya terus mengendus, mempertajam indra penciuman. Mata tajam menyala, hatinya merasakan kesedihan yang sulit untuk di gambarkan. Perasaan tidak enak membuat dirinya bertingkah kebingungan.Sesosok mahluk berbulu meringkuk di tengah hamparan kebun sawit. Tubuhnya tidak berdaya lagi untuk berdiri, hanya sanggup untuk menahan dinginnya malam. Rasa sakit di pungungnya menjalar kesemua persendian tulang-tulang.Erangannya semakin kuat, dia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk hidup. Benda yang tertancap itu seprti menghisap habis tenaga dan kekuatannya. "Ayah, tolong aku." Lirihnya.Tubuhnya meregang, tangannya melebar. Putri berteriak keras, karena menahan rasanya sekarat. Tubuhnya terus terguncang, rasa

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 35

    Para tetangga yang berada di sekitar kebun berdatangan, Parjo lalu di turunkan dari jerat tali yang menggantungnya. Tertulis sepucuk surat di atas lantai dari Parjo, dia berharap ada orang yang mau mengurus Arman.Parjo memberitahukan tabungannya yang di amanahkan kepada Datuak Panjang. Dan rencananya uang itu akan di gunakan untuk biyaya pendidikan serta kehidupan sehari-hari Arman.Para tetangga menangis pilu melihat Parjo yang sudah terbujur kaku. Di perkirakan dia meninggal pagi hari setelah pulang dari mengantar Arman sekolah.Parjo di kenal baik oleh tetangga serta teman-temannya yang lain. Orangnya yang sopan dan mudah bergaul, membuatnya banyak teman. Jika ada yang datang meminta bantuan Parjo dengan senang hati menolongnya.Para warga terheran-heran karena tidak adanya Marsria. Warga segera mengurus jenazah Parjo dan segera memandikannya. Tidak lama Datuak Panjangpun datang, setelah mendapat kabar berita kematian Parjo.Datuak me

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 34

    Parjo, lelaki bertubuh kurus, Dia baru saja datang di tanah Minang. Rencanaya dia akan bekerja di sana, untuk merubah nasib menjadi lebih baik.Parjo di ajak temannya yang lebih dulu merantau untuk bekerja di pabrik sawit. Namun Parjo yang hanya tamatatan sekolah dasar itu, tidak di terima di perusahan temannya bekerja.Namun Parjo di terima di bagian lain, iya itu menjadi tukang panen buah sawit. Akan tetapi Parjo yang saat itu belum tau menau tentang sawit. Dia menolak, walapun pihak perusahan menawarkan untuk mengajarinya terlebih dulu.Parjo yang bingung belum mendapatkan pekerjaan, sementara istri dan anaknya sudah menaruh harap kepadanya di kampung halaman. Temanya mencarikan pekerjaan yang lain untuk Parjo.Kebetulan pada saat yang sama Datuak Panjang, juga sedang mencari orang untuk menjaga kebun miliknya. Tanpa pikir panjang Parjopun menerima pekerjan dari Datuak.Melihat Parjo yang rajin, Datuak sangat menyayanginya. Parjo di be

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 33

    POV AUTHOR.*******Baru beberapa langkah Zaki dan Tania berjalan, Putri sudah menunggu dan menghadang mereka berdua. Kini wujudnya benar-benar terlihat menyeramkan. Rambut awut-awutan dengan kuku panjang dan tubuhnya yang berbulu kasar, ekor panjangnya bergerak liar kesana kemari."Jika aku tidak bisa memiliki dirimu. Maka orang lainpun tidak boleh memiliki mu Zaki." Mata Tania terbelalak mendengar ucapan Wanita itu.Putri berlari sangat cepat, tangan dengan kuku panjang itu langsung mencengkeram leher Zaki. Untung saja Zaki bisa melepaskan tangan Putri dari lehernya.Tangan Zaki mengepal, dengan cepat dan tepat dia melemparkan bodem mentah ke pipi kiri istri gaibnya itu. Terlihat wajah Putri yang meradang, taringnya beradu satu sama lain. Matanya melotot melihat ke arah Zaki."Tania, pergih lah. Cari tempat aman dan sembunyi." Zaki berteriak menyuruh Tania untuk pergih."Aku gak bisa tingalin kamu sendiri melawan wanit

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 32

    POV TANIA.*****Angin sepoi-sepoi membangunkan aku dari tidur malam ini. Aku membolak balikan tubuh karena mata tidak mau kembali terpejam."Tiik..! "Tikk..! "Tiik...! Suara jam dinding, semakin mengganggu.Aku berdiri, lalu duduk di tepi jendela. Sesekali melihat layar dari benda pipih yang berada di atas meja. Aku mulai bosan karena merenung tidak jelas dengan pikiran yang tidak karuan."Brak..!" "Brakk...!" Suara pintu yang terdorong oleh angin.Terdengar suara gaduh dari kamar belakang. Aku hanya berpikir jika itu hanyalah kucing liar, yang masuk ke dalam rumah untuk mencari sisa-sisa makanan.Suara erangan terdengar lirih, pikiranku mulai tertuju kepada Nek Imah yang tidur di kamar belakang. "Mas, bangun." Aku mencoba membangunkan Zaki yang masih terbalut selimut."Emm..!" Sambil membetulkan slimut dan kembali tidur. Aku memberanikan diri untuk melihat keadan di luar tanpa Zaki."Klek."

  • BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN   BAB 31

    POV TANIA.******Telapak tanganku masih terasa dingin, sama seperti tadi ketika aku berbaris melingkar dan mengelilingi sesuatu yang kasap mata, aku tidak tau apa yang menggenggam tanganku. Aku hanya merasakan sesuatu yang lembut dan sejuk seperti angin malam yang datang setelah hujan.Tidak lama setelah itu bunyi gemuruh terdengar, sesuatu menyembul dari bawah akar pohon yang besar. Tubuhku terombang ambing karena tanah yang kupijak bergetar. Angin kencang berputar-putar di atas gundukan yang muncul itu.Aku memejamkan mata karena takut, telingaku mendengarkan Nek Imah yang sedang berbicara. Aku tidak tau pasti dengan siapa dia berbicara, namun terdengar samar-samar Nek Imah memanggil nama seseorang.Angin mulai reda, getaran di tanahpun sudah berhenti. Aku membuka mata melihat Gua yang kala itu pernah aku lihat. Aku mengikuti Nek Imah dari belakang, mencari jasad Bu Sri yang tidak mampu aku tolong pada malam kejad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status