Lerina dibuang setelah pamannya berhasil merebut semua harta peninggalan orang tuanya. Dia terpaksa menumpang di rumah seoaran pelayan temannya. Dia harus mencari pekerjaan saat itu, namun nasib baik tidak berpihak padanya. Hingga temannya Rivera mendengar dari orang tuanya, ada pria kaya yang ingin memiliki anak tanpa menikah. Dia menawarkannya. Lerina yang memang sangat membutuhkan uang untuk tempat tinggal, kehidupan sehari-hari juga biaya untuk kuliah, akhirnya menerima tawaran itu. Lima tahun kemudian takdir mempertemukan mereka.
Lihat lebih banyakBab 1
Putra Sang PresdirBab 1. Setelah Lima TahunGadis berusia sembilan belas tahun itu tengah menatap nanar perut buncitnya. Tinggal menunggu dua hari lagi dia akan melakukan operasi cesar, melahirkan buah hati yang tidak berhak dimilikinya.Lerina, dia tinggal di sebuah villa bersama wanita paruh baya yang diperintahkan untuk menjaganya.Dia ditinggal mati oleh kedua orang tuanya ketika berusia lima tahun, dan paman dan bibinya mengambil alih perusahaan mereka. Lerina tinggal dengan mereka yang juga memiliki putri seusia Lerina, dia adalah Selena.Katika Lerina berusia delapan belas tahun, dia dicampakkan, diusir bagai sampah tanpa diberi apapun. Pamannya telah memindahkan seluruh harta yang diwariskan orang tuanya kepada Lerina menjadi atas nama mereka."Enyah Kau dari hadapan kami! Perempuan miskin!" usir Bibinya."Hahaha, Kau pikir kami benar-benar menyayangimu!" kata Selena."Hush, cepat pergi dari sini, sekarang Kau hanya sampah yang tidak berguna!" Pamannya pun merendahkan dirinya.Dia diperlakukan seperti sampah, Lerina memohon belas kasih waktu itu, namun hanya makian yang dia terima.Lerina dendam, dia marah. Mereka telah merampas miliknya, dia tidak pernah rela.Dengan terpaksa dan sakit hati Lerina pergi, dia tidak tahu arah, karena tidak memiliki uang sama sekali.Sudah pukul sepuluh malam, Lerina menangis di depan sebuah kedai yang tutup. Dia mengutuk Keluarga Pamannya, Lerina tidak akan mau berhubungan lagi dengan mereka. Dia menganggap mereka telah mati."Lerina, apa yang sedang Kau lakukan disini?"Ditengah keputusasaannya. Rivera teman sekolahnya menghampirinya.Lerina sejujurnya malu, tapi dia tidak punya pilihan selain bercerita pada Rivera.Rivera sangat iba, dia membawa Lerina kerumah pembantu keluarga mereka, tepat di belakang rumah mereka."Lerina, maaf! aku tidak bisa membawamu kerumah, Kau tau sendirikan, ayahku berhubungan dekat dengan pamanmu!" Rivera takut ayahnya akan mengadu pada Paman Lerina."Tidak apa, Rivera, aku mengerti. Aku berterimakasih padamu!" ucap Lerina seraya menghapus air matanya."Jangan sungkan, Bibi Hana baik kok, kusarankan jangan keluar ketika ayah dan ibuku di rumah!" Rivera memberitahu."Aku mengerti, secepatnya aku akan mencari pekerjaan," kata Lerina.Dia tinggal selama seminggu di rumah pembantu keluarga Rivera sambil mencari pekerjaan, namun saat itu dia tidak menemukannya karena dia baru saja lulus sekolah menengah atas. Lerina hampir putus asa apalagi ayah Rivera mulai curiga.Rivera pun tidak bisa membantu banyak, saat itu dia pun akan kuliah keluar negeri, namun tanpa sengaja Rivera mendengar obrolan kedua orang tuanya."Tuan muda Han di tuntut oleh Tetua Zoku agar segera memberikan pewaris generasi ke empat Zoku. Tuan muda Han sendiri tidak ingin menikah jadi dia butuh rahim seorang gadis yang masih perawan," kata ayahnya waktu itu.Ayah Rivera adalah orang yang sudah lama bekerja di perusahaan Zoku Holding. Perusahaan yang sudah menduduki peringkat atas selama sepuluh tahun belakangan, sejak di pimpin oleh pewaris ketiga keluarga Zoku yaitu Tuan Han Zoku.Rivera pun mengatakan hal ini pada Lerina, namun dia tidak mengatakan siapa pria yang ingin menyewa rahim itu, Rivera tidak berani mengambil resiko. Lerina cukup ngeri mendengarkannya, namun karena keadaannya yang sangat mendesak akhirnya Lerina menyanggupinya.Rivera pun mencuri nomor Tuan Peng, asisten sang direktur utama Zoku dan menghubunginya.Seorang wanita tua dipercaya untuk melihat Lerina, apakah layak atau tidak, serta memeriksa apakah Lerina mengidap suatu penyakit, dan memastikan bahwa dirinya masih perawan.Semua memenuhi syarat. Lerina di terima dan di janjikan uang sebesar 20000 dolar.Dan selama kehamilan dia akan tinggal di sebuah villa dengan pengawasan wanita tua itu.Lerina mengusap perut buncitnya, sungguh dia sudah merasakan ikatan yang kuat dengan bayinya. Oh, layakkah disebut bayinya sedangkan perjanjian awal dirinya dinyatakan tidak berhak sama sekali?Lerina mengusap sudut matanya yang telah berair. Ini semua karena keserakahan keluarga pamannya yang sudah merampas harta milik peninggalan orang tuanya.Lerina masih sakit hati hingga kini."Lerina, ayo bersiap! Kau akan segera di operasi!" Suara Nyonya Swell mengagetkannya.Wanita tua itu berjalan menghampirinya."Bukankah dua hari lagi Nyonya?" Lerina masih mengingat jelas tanggalnya."Ini permintaan Tuan muda kami, dia sedang berada di negara ini dan tidak akan kembali lagi ke sini dalam waktu yang lama," jelas Nyonya Swell.Lerina menghela napas, dia tidak berhak menolak. Dia pun akhirnya berkemas dan sebuah mobil datang menjemput mereka.Dia di bawa ke rumah sakit di kota Minnesota, artinya semakin dekat dengan keluarga pamannya.Waktu persalinan semakin dekat, dan itu membuat Lerina semakin tidak ingin berpisah dengan bayinya.Lerina dibius total saat melakukan operasi hingga beberapa saat setelah operasi dia masih tidak sadarkan diri.Saat dia terbangun, hanya dirinya sendiri. Lerina menangis bahkan dia tidak di izinkan melihat bayinya yang ia tahu berjenis kelamin laki-laki. Hanya ada cek senilai dua puluh ribu dolar di atas nakas samping brankarnya.Dia hanya lima hari dirumah sakit, setelahnya Lerina pun keluar. Dengan uang yang ia punya, dia membeli sebuah apartemen sederhana dan membayar biaya kuliahnya. Dia memutuskan untuk kuliah.Sedang untuk biaya sehari-hari Lerina harus bekerja paruh waktu di sebuah cafe.Lima Tahun Kemudian.Han Zoku kembali ke Minnesota, dia akan memimpin di perusahaan induk yang berada di kota setelah lima tahun berada di Italia.Dia turun dari pesawat pribadi miliknya, tangannya menggandeng tangan bocah berusia lima tahun dia adalah Sean Zoku yang memiliki ketampanan seperti daddynya.Aura dingin melingkupi setiap ruangan yang dilewatinya. Han Zoku langsung ke perusahaan. Semua menunduk hormat pada sosok tinggi nan gagah serta wajah rupawan. Dia nyaris sempurna sebagai laki-laki. Tidak ada kecacatan di wajahnya, sungguh siapapun wanita yang melihatnya akan dengan suka rela menyerahkan dirinya untuk Han Zoku.Termasuklah Lerina si karyawan yang masih magang di situ, dan ini adalah hari terakhirnya magang dan hari ini adalah penentuan apakah dia akan di angkat menjadi karyawan tetap atau justru berakhir hari ini."Paman Peng, carikan aku sekretaris yang baru!" perintahnya setelah duduk di kursi kebesaran keluarga Zoku."Tentu saja, Han. Ada tiga orang karyawan magang di sini anda bisa memilih mereka sendiri, ketiganya cukup bagus," lapor Peng sang asisten kepercayaan."Aku ingin melihat datanya!""Siap, Han!" tanpa menunggu lama Peng mengambil map di tangannya lalu menyerahkannya pada Han Zoku.Dia mengamati satu persatu."Aku ingin Josephine wars!" Han Zoku menyebut salah satunya."Baiklah! Bagaimana dengan kedua lainnya Tuan, hari ini adalah hari terakhir mereka magang, apa kita juga akan mengangkat mereka menjadi karyawan tetap?"Han Zoku mempertimbangkannya. "Tidak masalah, tempatkan mereka di divisi keuangan!""Baiklah!" Peng membungkuk hormat lalu keluar dari ruangan presdir.Dia segera memanggil ketiganya masuk keruangannya."Nona Josephine, mulai besok bertugas menjadi sekretaris presdir!" Peng mulai memberi intruksi."Dan Nona Merlin dan Lerina kalian bergabunglah di divisi keuangan!" lanjutnya.Perkataan Peng barusan membuat keduanya sangat senang. Di angkat menjadi karyawan tetap di Zoku Holding adalah keberuntungan besar, banyak orang berlomba-lomba ingin masuk kesini.Lerina sedikit bersemangat, dia menatap uangnya yang tinggal beberapa dolar saja, dia akan berhemat sebelum mendapatkan gaji bulan depan.Dia melangkahkan kakinya, hari ini dia resmi bergabung di divisi keuangan. Seorang wanita sekitar usia tiga puluhan nampak sinis melihatnya. Pempilan Lerina terlalu sederhana menurutnya, sangat tidak pantas menghuni kantor Zoku.Timbul keinginan ingin menyingkirkan Lerina. Setiap hari dia memerintah Lerina dengan pekerjaan yang banyak. Lerina tidak berani membantah karena wanita itu adalah senior.Meski dia sering dongkol, namun dia tetap mengerjakan tugas yang diberikan."Kau tahu Lerina, bajumu sangat tidak layak di pakai di perusahaan sebesar Zoku, bahkan kain lap dirumahku lebih bagus dari itu." Bella selalu melontarkan hinaan terhadapnya.Lerina tidak menanggapi sehingga tidak jarang teman yang lain geram dengan Bella yang selalu menindasnya.Seperti hari ini saat Lerina tidak sengaja menjatuhkan berkas dari mejanya."Apa matamu sudah tidak berfungsi, dasar bodoh, bahkan Kau tidak pantas berada disini!"BughAwwwBella memegang kepala bagian belakangnya yang terkena benda. Dia menoleh ke belakang dan mendapati seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun, menatapnya dingin."Kau! Berani sekali Kau melempar bolamu padaku!" Dia mendelik tidak suka, matanya hampir saja keluar dari tempatnya.Anak itu berlari kearah Lerina, dia memegang kaki Lerina kuat, hingga membuat Lerina terkejut."Siapa yang berani memasukkan anak kecil ke kantor ini? Hah?" Suara Bella menggema hingga membuat yang mendengarnya datang melihat.Sesekali anak kecil itu mengintip."Menyingkir Kau Lerina! Kalau tidak ada yang mengakuinya, baiklah aku akan memukul anak ini!" Bella maju dan menarik tangan bocah kecil itu."Bella hentikan!" Lerina tidak suka melihat perlakuan Bella."Minggir Kau, Kau tidak punya hak melarangku. Dan Kau anak kecil, kesini Kau, akan kuhajar Kau!" Bella semakin geram.Dia berhasil menarik anak itu dari belakang Lerina dan mengangkat tangannya ingin menampar anak tersebut."Kau tidak boleh kasar pada anak kecil, bola itu tidak sengaja mengenaimu!" ucap Lerina, tangannya baru saja menahan tangan Bella yang ingin menampar anak kecil tampan itu.Anak kecil itu menatap Lerina tak berkedip. Dia kembali merapatkan dirinya pada Lerina. Nalurinya berkata wanita ini sangat baik dan melindunginya.Sementara itu Asisten Peng, turun kebawah mencari Tuan Muda Sean yang tiba-tiba saja menghilang saat dia dan Han membahas tentang pekerjaan.Dia melihat kerumunan. "Ada apa ini, kenapa berkumpul disini? Bubar-bubar! Selesaikan pekerjaan kalian!" ucapnya.Siapa yang berani pada kepercayaan direktur ini, semua lantas kembali ke meja masing-masing hingga Peng menemukan apa yang dia cari."Tuan muda!"Ending Malam itu Lucia tertidur di sofa sedangkan Sean masih terjaga di dekat box kedua bayinya. Sean menoleh pada istrinya yang tampak kedinginan, ia pun berdiri dan menutupkan jasnya di tubuh Lucia.Malam itu Sean tidak tidur, ia fokus menjaga keduanya, mengabaikan rasa lelah yang mendera tubuhnya juga membiarkan Lucia terlelap, karena besok Sean harus ke perusahaan. Setidaknya istrinya istirahat dengan cukup. "Selamat pagi Tuan!" Seorang suster datang memeriksa keadaan si kembar."Pagi!" balas Sean.Suster tersebut menyentuh kulit Vin dan Van, "Sudah tidak demam, sebentar lagi dokter akan datang memeriksa." Suster tersebut keluar lagi.Sean melihat istrinya yang masih tertidur, dia melihat jam yang sudah menunjuk pukul tujuh. Sean akan tinggal sampai Lucia bangun, setidaknya di rapat kemarin dia sudah memperingatkan para staff untuk melapor padanya atas kebijakan Rain yang mungkin akan berpotensi merugikan perusahaan.Sean menunggu hingga satu jam kemudian Lucia bangun. Se
Vin Dan Van Demam Bibir Rain menyeringai saat menuruni anak tangga, ia sempat mendengar pembicaraan Sean dan Lucia. Entah apa maksudnya, keributan pasangan suami istri itu seolah menjadi hiburan baginya. Ke esokan paginya, Lucia masih mendiamkan Sean, ia hanya fokus kepada bayi kembarnya. Sean memaklumi hal itu, dia yang salah karena belakangan ini sering pulang terlambat. Wajar saja Lucia pasti lelah menjaga dua bayinya meski Vin dan Van bukan termasuk bayi yang rewel. Sean tetap membantu Lucia mengurus Vin dan Van sebelum berangkat ke perusahaan . Dia sengaja datang sedikit siang hari ini. "Aku pergi!" pamitnya pada Lucia yang hanya di balas dengan deheman, "aku janji akan pulang lebih awal," katanya seraya tersenyum, namun lagi-lagi Lucia hanya diam. Sean melangkah meninggalkan kamar dan ketiga makhluk pengisi hatinya. Di perusahaan baru saja di adakan rapat yang di pimpin oleh Rain. Padahal rapat itu di rencanakan oleh Sean kemarin, namun Rain mengganti jadwalnya atas
Ada Apa Dengan Rain? "Sana, pergi dari sini! Dasar mesum!" Alyona mengusir Dario yang sudah lancang memeluknya tadi."Nona, aku bisa jelaskan," kata Dario seraya mundur kebelakang, karena Alyona mengusirnya dengan sapu, "Aku sempat mengira anda laki-laki," ucap Dario mengklarifikasi."Alyona, tidak perlu pakai sapu, dia pasti pergi," kata Rivera pada putrinya. Alyona sangat kasar terhadap orang yang ia benci."Mom, pria mesum seperti ini memang pantas di kasari." Gadis itu tidak paduli, ia terus mengacungkan sapu ke arah Dario yang sudah keluar dari pintu utama. Dia sudah seperti tersangka."Sana, tidak ada yang sudi mempekerjakan orang mesum sepertimu!" ucap Alyona seraya memelototi Dario. Dia masih berpikir kalau pria yang berasal dari Milan Itu adalah pekerja di rumah kakek besar. "Siapa yang mesum?" Sean yang baru saja turun sempat mendengar ucapan adik sepupunya itu. Ia mengeryitkan dahi saat melihat Alyona menghardik temannya dengan gagang sapu. "Kakak, kebetulan sekal
Sudah Pelayan Mesum Lagi Berita duka baru saja datang dari Dellwood. Kakek Zoku dinyatakan meninggal dunia pagi ini. Pria yang paling banyak berjasa untuk keluarga mereka yang selalu memastikan keluarganya hidup dengan baik dan layak.Masing-masing keluarga sudah di hubungi oleh Ben sang asisten. Termasuk Han yang masih ada di Kota Milan. Kesedihan merayapi hati setiap jiwa yang terikat dengannya. Mendengar hal itu, Sean langsung mendatangi dokter untuk menanyakan perihal putranya yang akan melakukan perjalanan udara.Pesawat pribadi menjadi pilihan mereka, sore nanti mereka akan terbang dari Milan menuju Minnesota, di lanjut dengan perjalanan darat kurang lebih dua jam lagi.Keluarga Zoku di liputi duka mendalam akibat kepergian sesepuh mereka, Zoku.Banyak para pelayat yang datang, terutama dikalangan pengusaha bahkan ada yang dari luar negeri.Mereka bergantian memberikan salam penghormatan, mencium untuk yang terakhir kalinya. Sampai saatnya Kakek Zoku di antar ke per
Nasib Pernikahan Luisa Ludwig di vonis penjara selama dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan juga kasus penculikan Lucia dulu.Dia memohon untuk di ampuni dan di keluarkan dari dalam penjara."Valdez, aku mohon keluarkan aku dari sini!" pintanya saat sidang kasusnya baru saja selesai.Valdez hari itu hadir bersama pengacaranya. "Kau tidak malu memintaku untuk mengeluarkanmu, ingat kesalahanmu Lud, hampir dua puluh tahun Kau pisahkan aku dari putriku. Sedangkan aku memperlakukanmu layaknya keluarga, di mana hati nuranimu?" Masih ada emosi di hati Valdez terhadap orang yang pernah sangat dipercayainya itu.Kini dengan mudahnya Ludwig meminta untuk di keluarkan dari penjara. "Val, aku punya alasan untuk itu," sela Ludwig seraya memikirkan alaaannya. "Karena Kau mencintai istriku sampai saat ini bukan?" potong Valdez hingga membuat Ludwig membulatkan matanya.Dia terhenyak mendengar jawaban Valdez, jadi dia tahu tentang perasaannya, "Kau salah, Val," sangkalnya, "It-itu tid
Luisa Lari! Balon-balon yang di dominasi warna biru tampak menempel di beberapa tempat, termasuk tangga hingga ke ujung, juga di dekat sofa dan di beberapa dinding, di tambah sedikit bunga hingga menambah keindahan ruangan tersebut. Di tengah ruangan itu terdapat karpet yang terhubung ke ayunan si kembar, juga beberapa foto mungil mereka tak lupa di tempelkan di sisi ayunan.Lucia akan di sulap secantik mungkin. Sebagai orang yang sangat berpengalaman, Luisa yang akan mendandani kembarannya itu agar terlihat semakin cantik saat menyambut dua keponakannya.Meski masih ada rasa canggung, keduanya tampak cocok. Mereka berdua sama-sama memiliki hati yang baik. Meski hidup bergelimang harta tak membuat Luisa sombong. Ia bahkan berencana membagi warisannya untuk Lucia nantinya."Lucia, aku tidak bisa mengungkapkan rasa bahagia ini karena menemukanmu," kata Luisa setelah selesai merias wajah kembarannya tersebut.Lucia mengulas senyum menanggapinya. "Maaf untuk hidupmu selama
Kau Memang Putriku, Lucia! Lerina menyampaikan kedatangan Luisa dan telpon dari Tuan Valdez tadi. Bohong kalau Lucia tidak merasa bersalah, namun ketakutan terhadap Ludwig juga tak bisa dipungkirinya."Mom aku takut," keluhnya. Meski sesungguhnya ia tidak tega mendengar hal yang terjadi pada Nyonya Valdez. Luisa baru saja menghubungi Lerina terkait ibunya yang menggores pergelangan tangannya dengan pisau.Rasa kemanusiaan Lerina yang begitu kuat menggerakkan hatinya agar membujuk menantunya menjenguk wanita yang mengaku sebagai besannya tersebut."Lucia, mommy tahu seperti apa hatimu," kata Lerina menatap Lucia dengan lembut."Bagaimana kalau Tuan Ludwig ada di sana?" Membicarakannya saja Lucia sudah takut."Kami akan menemanimu, Kau bisa putuskan agar mommy menghubungi daddy dan suamimu," usul Lerina. Dia paham ketakutan Lucia dan mereka juga akan berusaha agar selalu ada di sampingnya.Han dan Sean ternyata bertemu dengan Alberto. Pria itu memohon maaf pada Han dan Sean. Di
Menjenguk Neve Selain bersama suaminya, Nyonya Valdez ternyata berulang kali mencoba datang untuk menemui Lucia, namun berakhir di tolak hingga membuatnya jatuh sakit.Ia di rawat di rumah sakit dalam keadaan lemah, tiada hari tanpa memikirkan Lucia.Tuan Carlos yang sudah sempat pulang ke Spanyol kini datang lagi menjenguk sang adik.Ia berjanji akan menemui keluarga Han untuk meminta agar Lucia melakukan tes dna. Sedangkan Valdez sibuk mengurusi Ludwig yang ada di penjara.Mereka masih mempercayai pria itu dan menganggap Lucia hanya sedang mengalami baby blues pasca melahirkan sehingga sembarangan menuduh Ludwig yang ingin membunuhnya. Pria itu dinyatakan bebas sebab kurangnya bukti, cctv di ruangan Lucia saat itu lagi-lagi dalam keadaan mati.Ludwig merasa senang, tanpa mereka tahu dia sudah menyusun rencana baru untuk menyingkirkan Lucia.Sesuai janjinya Tuan Carlos datang bertamu ke rumah yang ditinggali oleh leluarga Han saat ini.Dia di sambut baik dan di persilahkan m
Penolakan Lucia Han dan Lerina tiba lebih dulu di rumah sakit, Sean menceritakan apa yang ia lihat tadi. Tentu saja hal itu membuat mereka geram, kini hanya tinggal menunggu kedatangan Keluarga Valdez untuk menyelesaikan masalah yang tidak sederhana ini. Terlihat dua polisi yang dipanggil Sean berdiri di sebelah kiri dan kanan Ludwig. Dalam hati pria itu merutuki kebodohannya yang meninggalkan Lucia di laut tanpa memastikan kematiannya.Beberapa saat kemudian pasangan Valdez pun datang, mereka terkejut melihat keadaan Ludwig yang babak belur, tapi sekaligus senang karena Lucia telah di temukan.Nyonya Valdez mendekat ke ranjang Lucia, namun segera di cegah oleh Sean."Nyonya, sebaiknya anda tidak mendekati istri saya!" kata Sean tanpa ragu.Nyonya Valdez cukup heran, kenapa dia di larang menghampiri Lucia. Kemudian datanglah Tuan Carlos bersama asistennya."Apa yang terjadi, kenapa Ludwig di awasi polisi?" Tuan Carlos cukup heran melihat banyak orang di ruangan wanita yang d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen