Sudah beberapa minggu berlalu sejak kejadian yang tidak menyenangan di rumah Sania. Kartika pun sudah mulai kembali terbiasa dengan pekerjaannya.
Ia mulai dekat dengan gadis lain yang senasib dengannya. Terkadang ia pun tidur di kamar Sundari.Dan, pagi itu Kartika merasa perutnya begitu mual dan ia pun merasa sangat pusing. Saat ia baru saja keluar dari kamar ia mencium bau parfum milik Sundari dan tanpa dapat ditahan ia langsung berlari ke kamar mandi.
Hoeek...hoeek
"Kartika kamu sakit? Masuk angin ya?" kata Sundari dengan cemas.
"Nggak tau, Bu. Tapi, dari kemarin kepala rasanya sakit sekali, Bu. Akhir-akhir ini juga rasanya kok lemes gitu, Bu."
Sebagai seorang wanita dewasa yang berpengalaman, terlebih pekerjaannya mengurus gadis penjaja cinta Sundari pun merasa ada yang sudah terjadi pada diri Kartika.
"Kartika, apakah kau sudah datang bulan?" tanya Sundari hati-hati.&n
Sejak hari itu, Rivan menjadi tamu special untuk Kartika. Dia tidak pernah mau ditemani gadis lain selain Kartika. Sekalipun gadis yang di sodorkan oleh Sundari cantik- cantik, tapi yang ia cari adalah Kartika. Sementara itu, gadis yang lain banyak yang menjauh dari Kartika, sehingga jika ia berada di show room dia akan duduk menyendiri. Tak jarang jika ada tamu yang memilih dari luar Kartika akan bersembunyi. Hal itu ia lakukan supaya kawan-kawannya yang lain bisa rata dan adil kebagian tamu. Tapi, sekali Kartika sudah berusaha bersikap baik, tetap saja banyak yang merasa iri kepadanya. Dan, malam ini seperti biasa Kartika berada di show room. Karena malam minggu, rata-rata sudah berada di ruangan bersama tamu-tamunya. Hanya tinggal Ayu, Kartika dan seorang gadis yang baru mulai bekerja seminggu di tempat itu. Namanya Angelika, entah siapa nama aslinya. Usianya baru 16 tahun, jika dulu Ka
Rivan dan Kartika benar-benar menikmati malam dengan gembira. Kartika bisa merasakan kehangatan dan kelembutan Rivan yang begitu menghanyutkan. Kartika sadar jika ini mungkin sesuatu yang salah. Tapi,hati kecilnya tidak bisa menolak untuk mengakui bahwa ia jatuh cinta kepada Rivan."Kau sudah pernah pacaran sebelumnya?"tanya Rivan sambil membelai rambut Kartika dengan lembut. Gadis cantik itu menggelengkan kepalanya sambil menatap Rivan dengan sendu."Aku tidak pernah merasakan manisnya masa remaja. Bahkan sekolah saja aku tidak tamat. Aku...""Kau kenapa? Aku banyak waktu malam ini untuk mendengarkan ceritamu. Jadi cerita saja, aku akan menjadi pendengar yang baik.""Kau tidak akan bosan?" tanya Kartika. Rivan menggelengkan kepala lalu mencium dahi Kartika dengan lembut . Kartika menghela napas panjang dan ia pun mulai menceritakan tentang hidupnya. Mulai dari kematian sang ayah yang membuat ibunya t
Angel hanya menghela napas panjang, sebelumnya ia belum pernah melihat Kartika marah atau berkata dengan nada yang tinggi."Aku tidak pernah mau berada di tempat ini atau menjadi anak emas. Jika kalian pernah melihat aku tidak boleh bekerja oleh Mami Sundari selama hampir satu bulan itu karena aku baru saja menggugurkan kandungan akibat perbuatan Mami Sania yang menyuruh tamu untuk memakai aku bergantian." Kartika tak kuasa lagi untuk menahan tangis dan perasaannya. Wendah dan Ayu hanya bisa tercengang mendengar pernyataan Kartika tadi. Mereka sama sekali tidak tau akan hal itu. Mereka pikir Kartika memang mendapatkan perlakuan istimewa,tapi ternyata jauh dari apa yang mereka bayangkan. "Maafkan aku,Tika. Selama ini aku sudah salah sangka kepadamu," ujar Wendah perlahan sambil mengulurkan tangannya pada Kartika. Kartika tersenyum dan menyambut uluran tangan Wendah."Begini kan enak keliatannya," kata A
Pagi hari Kartika bangun dengan segar. Ia langsung mengambil air wudhu dan segera menunaikan ibadah Solat subuh. Entah sudah berapa lama ia tidak menjalankan ibadah. Dalam sujudnya Kartika mengucap syukur atas segala kebaikan yang sudah Allah berikan kepadanya. Tak lupa ia mengirimkan doa untuk almarhum ayahnya tercinta. Juga untuk ibu dan adiknya. Mengingat ibunya membuat hati Kartika terasa begitu sakit. Ibu yang sudah mengandung dan melahirkan. Namun,ibunya juga yang sudah menjualnya. Menjerumuskan ke dalam dunia yang sangat kelam dan hitam. Kartika menangis terisak-isak, ia tidak mengerti mengapa Sulastri begitu membencinya. Meski ia hadir akibat kecelakaan, tapi bukankah ayahnya bertanggung jawab? Setidaknya Sulastri tau siapa ayah Kartika. Sementara dirinya dulu, sempat mengandung tapi tidak tau siapa ayahnya. Saking banyaknya pria yang sudah menidurinya. Setelah menunaikan ibadah solat subuh dan men
Tak terasa sudah tiga bulan Kartika bekerja di tempat Rivan. Ia merasa betah, gaji yang diberikan oleh Rivan lebih dari cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Bahkan dia masih bisa menabung karena tidak perlu membayar uang kos sampai beberapa bulan ke depan. Dan, sore itu Kartika melihat Rivan datang dengan seorang gadis yang cantik sekali. Kartika menelan salivanya. Ia merasa sedikit iri kepada gadis itu. "Kau punya kasir baru, Mas?" katanya sambil melirik dan memperhatikan penampilan Kartika dari atas sampai bawah.Rivan tersenyum manis, "Kartika,ini calon istri saya, Salsa. Ini Kartika, sayang. Dia ini masih saudara jauh dari papaku. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Jadi, aku membantunya untuk bekerja di sini." Kartika menahan napasnya dan mengangguk hormat pada wanita cantik di samping Rivan. Salsa, wanita itu hanya tersenyu
Sudah beberapa hari ini Kartika merasa perutnya mual. Beberapa kali ia muntah-muntah di tempat kerjanya. Hal itu tak lepas dari perhatian dari Ella dan Sari sebagai teman Kartika yang paling dekat selama ini."Kau kenapa?" tanya Ella."Iya,Tika. Kau sakit,ya?""Aku mungkin masuk angin karena beberapa malam ini aku tidur terlalu malam," jawab Kartika."Kau punya pacar,Tika?" tanya Sari sedikit berbisik saat Ella sudah berjalan menuju meja pelanggan yang kebetulan baru datang. Kartika menatap Sari dengan dahi sedikiit berkerut."Memangnya kenapa, Sar?" tanya Kartika tidak mengerti."Nanti saja sepulang kerja kita bicarakan," kata Sari. Kartika hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.
Rivan menepati janjinya untuk datang di sore hari. Namun, Kartika menolak saat Rivan mengajaknya untuk ke dokter kandungan."Kita harus cepat, Kartika. Kalau sudah terlalu besar mana mungkin bisa digugurkan lagi." Kecewa!Itulah yang Kartika rasakan saat ini. Ia merasa dunianya runtuh dan hancur. Tidak mengapa jika Rivan tidak mau bertanggung jawab. Tapi, jangan suruh ia mengugurkan kandungannya."Mas, beri aku waktu 3 hari untuk berpikir," kata Kartika. Rivan menghela napas panjang, "Baiklah, tiga hari saja. Jangan lebih.""Iya, aku janji hanya tiga hari," ujar Kartika. Pada akhirnya Rivan pun mengalah, ia pamit pulang. Sebelumnya ia mengulurkan amplop berisi uang kepada Kartika."Ini untukmu," ujarnya. Kartika tidak menolak pemberian Rivan. Ia mengambil amplop itu dan langsung menyimpannya.
Kartika menjalani masa kehamilannya dengan tabah dan sabar. Ia bekerja sebagai pembantu di rumah Pak Gazali setiap hari. Pekerjaannya hanya mencuci dan menggosok pakaian. Itupun khusus untuk cucian yang berat, Kartika diizinkan memakai mesin cuci. Layaknya wanita hamil terkadang Kartika ingin merasakan kasih sayang, namun ia hanya bisa membayangkan Rivan yang dulu sering memeluk dan memberikan rasa aman dan nyaman kepadanya. Untunglah Kartika dulu sempat meminta foto Rivan sebagai kenang-kenangan, sehingga jika ia merasa rindu ia akan menatap foto itu lama-lama dan memejamkan matanya sambil berdoa semoga Rivan juga merasakan kerinduan yang sama, meski rasanya itu adalah hal yang mustahil terjadi. Usia kandungan Kartika sudah memasuki minggu terakhir. Bu Rokayah, istri Pak Gazali mengizinkan Kartika untuk istirahat dulu menjelang lahiran. Bahkan, Rokayah memberikan banyak baju bayi lungsu