"Suamiku, apa kau tidak bisa sabar sebentar? Aku baru pergi sekitar dua dupa tapi kau langsung turun tangan dengan wajah khawatir seperti ini." Tanya Ming Yuan.SUAMIKU???Hampir semua gadis mengulang panggilan Ming Yuan pada Pangeran, dalam hati masing-masing. Dan hampir semua gadis nyaris membuang mata serta jantungnya sendiri lalu mereka kemungkinan besar lemas tak sadarkan diri. Reaksi kepala toko pun tak jauh berbeda dari mereka semua. Iris matanya menggelap. Ia nyaris limpung karena otaknya mendadak melemah, tak bisa bekerja secara baik. Akan tetapi, kepala toko secara cepat menguasai diri. Wanita setengah baya itu berdehem. Lantas, begitu hati-hatinya, ia menanyakan apa yang barusan ia dan semua orang dengar."Pangeran … ini …" Pertanyaan yang jelas dan terpikirkan sudah ingin sekali kepala toko keluarkan, tetapi entah apa masalahnya, lidahnya menjadi kelu sehingga ia kesulitan bicara. Zhuge Yue bukannya menanggapi kepala toko. Pria itu malah memandang heran pada Ming Yuan. "
Sayangnya, Liu Xiao Ren hanyalah anak tersayang di keluarganya. Di mata Zhuge Yue, ia tidak jauh berbeda dari para gadis yang suka sekali curi pandang terhadapnya. Itu terlalu menjijikkan.Jangankan mengabulkan permintaan Liu Xiao Ren, mendengarkan saja tidak sama sekali."Shang Que, antarlah gadis kecil ini pergi." Zhuge Yue mengibaskan tangan, meminta Shang Que lekas bergerak.Shang Que mematuhi Zhuge Yue sepenuhnya. Shang Que mempersilahkan Liu Xiao Ren beranjak keluar, tetapi gadis kecil itu hanya memperlihatkan wajah penuh penolakan. Zhuge Yue menegaskan Shang Que. "Kalau ia tidak mau, kau bisa menggendongnya seperti kau menggendong karung."Gila! Menggendong dengan cara seperti itu tentu sangat memalukan. Harga diri Liu Xiao Ren benar-benar akan tercoreng dan tak mungkin bisa dikembalikan seperti semula. Jadi Liu Xiao Ren tak bisa terus menolak lagi. Gadis itu pada akhirnya berangsur berdiri. Ia bahkan seolah-olah ingin secepatnya pergi dari toko itu, ia melebarkan langkah samp
Zhuge Yue menebak yang terjadi setelah kemarin ia menghukum Liu Xiao Ren dan Yin Ran. Pria itu lantas berlutut tanpa perlawanan sedikit pun. "Menteri Liu dan Menteri Yi, silahkan!" Kaisar juga meminta dua Menteri itu menghadap. Keduanya kini berdiri di belakang Zhuge Yue."Menteri Liu, silahkan sampaikan keluhanmu terhadap Pangeran Mahkota!" Minta Kaisar.Pengaduan Tuan Liu tidak jauh berbeda dari pengaduannya terhadap Kaisar; kemarin. Setelah Tuan Liu menyampaikan pengaduannya giliran Tuan Yi yang dipersilahkan. Jika Tuan Liu menyampaikannya secara gamblang dan berani, maka berbeda jauh dari Tuan Yi yang tampak ragu-ragu mengingat, jika ia menyampaikan pengaduan itu di hadapan semua pejabat, maka itu sama saja ia membuka aib Putrinya sendiri. Alhasil apa yang dikatakan Tuan Yi tidak sepenuhnya. Tuan Yi hanya berkata, kalau Pangeran Zhuge Yue mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas sehingga Putrinya menjadi bahan olokan. Apa yang mereka berdua sampaikan membuat perbincangan panas
Tarian Pedang Hati diciptakan oleh mendiang Ibu kandung Zhuge Yue. Semasa mudanya wanita cantik berdarah bangsawan itu gemar bermain pedang, hingga menarik perhatian Kaisar saat ini.Mendiang Ibu kandung Zhuge Yue selalu bermain pedang sampai ia dinikahi Kaisar. Seiring berjalannya waktu, mendiang Ibu kandung Zhuge Yue menciptakan seni tarian pedang. Itu diciptakan secara tidak sengaja, tetapi hasilnya mampu membuat Kaisar semakin terpana.Ibu kandung Zhuge Yue menjadi satu-satunya wanita yang sangat dicintai Kaisar kala itu, tetapi entah bagaimana ceritanya, Kaisar tiba-tiba berpaling ke Kakak wanita itu, yang tak lain adalah Ratu HongYe.Ibu kandung Zhuge Yue tak pernah mengusik kehidupan Ratu HongYe. Namun wanita itu, malah mengganggu hidupnya karena merasa tersaingi.Kejadian perenggutan nyawa secara paksa pun tak bisa dihindari. Ibu kandung Zhuge Yue berakhir mati secara mengenaskan, dan sejak saat itu posisi Ratu HongYe tak pernah goyah sedikit saja.Setelah kematian ibu kandung
Seperti keinginan Ming Yuan. Zhuge Yue membawanya ke danau pinggir kota. Mereka menikmati pemandangan sejuk, sambil bermain ayunan.Entah siapa yang membuat ayunan itu. Ayunan itu ada sendiri di sana. Tepatnya menggantung pada salah satu dahan. Kelihatannya belum lama dibuat. Mungkin oleh penduduk sekitar, mungkin juga oleh sekelompok anak-anak yang suka main di sekitar danau.Hanya saja, sekarang danau sedang sepi. Tidak ada seorangpun kecuali Ming Yuan dan Zhuge Yue. Saat mereka melewati pusat kota tadi, suasana juga tidak seramai biasanya. Bahkan Zhuge Yue melihat, beberapa penduduk seakan berjalan cepat-cepat seperti diburu sesuatu.Tanda tanya besar terlukis jelas di wajah Zhuge Yue. Ming Yuan memperhatikannya seksama sebelum bertanya. "Shi Fu, apa kau memikirkan soal keanehan penduduk?"Zhuge Yue menoleh. Dengan wajah dingin seperti biasa, ia mengangguk.Ming Yuan berpikir sejenak. Bak menemukan sesuatu yang berusaha digali dalam pikirannya, gadis kecil itu tiba-tiba bertepuk ta
Zhuge Yue dan Shang Que segera meninggalkan kediaman menggunakan kuda masing-masing. Mereka tidak sejalan. Zhuge Yue sudah mengatur pencarian gadis kecil itu. Zhuge Yue pergi ke Timur, sedang Shang Que pergi ke Barat.Tempat kali terakhir Zhuge Yue bersama Ming Yuan ada di sebelah Timur. Itu pinggiran kota terpencil. Akan tetapi, seharusnya Ming Yuan sudah pergi jauh dari sana. Jadi Zhuge Yue berpikir, kemungkinan gadis kecil itu masih berkeliaran di sekitarnya, mungkin juga mampir di rumah arak, toh ia sama seperti Zhuge Yue. Suka mabuk-mabukan.Drap drap drapSekarang Zhuge Yue memasuki kawasan Pasar. Pria itu menghentikan laju kudanya di depan kedai arak. Ia berpenampilan tidak seperti Pangeran. Tentu tidak ada yang mengenali wajah Zhuge Yue, sehingga hal itu mempermudah jalannya.Zhuge Yue memasuki kedai. Pandangannya mengedar, jelas sekali sedang mencari seseorang. Dan karena tidak menemukan sosok Ming Yuan, Zhuge Yue keluar lalu melanjutkan pencarian ke tempat-tempat lain, sampa
"Shi Fu, kamu akhirnya bangun."Zhuge Yue terperanjat. Ia segera berdiri, meregangkan otot lengan dan menggelengkan kepalanya beberapa kali."Shi Fu, bagaimana bisa kamu tahu aku ada disini?" Ming Yuan bertanya sambil senyum-senyum mengedipkan sebelah mata.Benar-benar terlihat menyebalkan di mata Zhuge Yue, sehingga Zhuge Yue menyentil keningnya seperti kebiasaan pria itu."Awh." Ming Yuan mengerutkan wajah tak terima. "Sakit!" Protesnya seperti biasa pula.Zhuge Yue teringat kejadian semalam. Saking khawatirnya pada Ming Yuan, ia sampai rela melakukan perjalanan malam yang dingin juga jauh. Jika saja tekadnya tak kuat, jika saja Ming Yuan tidak terlalu penting, mungkin Zhuge Yue lebih memilih duduk di bawah pohon pir kesukaannya sambil menikmati arak. Itu jauh lebih bagus daripada menyamar sebagai pesuruh Pangeran lalu menembus dinginnya udara meninggalkan Ibu kota. Dan karena teringat apa yang ia lakukan semalam, Zhuge Yue tambah gatal ingin menyentil kening Ming Yuan lagi, atau mu
Diakhir waktu Chen, Zhuge Yue dan Ming Yuan tiba di perbatasan Ibu Kota. Pacuan kuda mereka dipelankan sebelum akhirnya berhenti sejauh 100 chi dari gerbang Ibu kota sendiri.Zhuge Yue tidak mengatakan apapun. Pria itu mendadak melompat ke salah satu dahan pohon. Di sana ia berdiri dengan begitu tenangnya. Angin bergulung-gulung tak sama sekali membuatnya goyah, kecuali membuat mantel tebalnya berkibar-kibar tak menentu.Zhuge Yue memandang lurus ke depan. Gerbang Ibu Kota terlihat kecil dari tempatnya berdiri saat ini. Pria itu menyipitkan mata guna memperjelas penglihatannya. Tak kurang dari lima menit, pria itu melompat kembali duduk pada punggung kudanya.Ming Yuan turut memperhatikan ke depan. Penglihatan gadis kecil itu tak jauh berbeda dari Zhuge Yue. "Shi Fu, kalau tidak salah, Jenderal Song ada di sana."Zhuge Yue bergumam."Lantas, bagaimana kita bisa memasuki Ibu Kota?" Zhuge Yue menghela nafas dalam hati. Sepertinya kali ini ia sedikit kebingungan."Bagaimana kalau melewa