"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
"Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama
Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P
Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang
Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit
Musim dingin, ujung hutan bambu. Ming Yuan mengedarkan pandangan. Selain gerombolan bambu tinggi menjulang di hadapannya, ia hanya bisa melihat sekelompok orang berpakaian zirah tembaga yang mengacungkan golok panjang dan sebilah tombak. Pandangan Ming Yuan turun ke bawah. Mayat-mayat berceceran seperti daun kering di musim gugur. Tembaga di dada mereka bercampur darah. Anyir luar biasa menusuk.Lalu, gadis itu melihat ke bawah. Di atas pangkuannya, seseorang yang paling berarti baginya telah memejamkan mata. Ming Yuan menjerit, "Zhuge Yue!"Di suasana yang sunyi mencekam ini, suara Ming Yuan laksana lolongan serigala kelaparan. Saat yang sama, tangisannya memecah, membanjiri pipinya dan pipi pria di atas pangkuannya itu. "Zhuge Yue jangan mati!!!" Ming Yuan menangis tersedu-sedu. "Jangan mati, Zhuge Yue, jangan tinggalkan aku!"Tangisan Ming Yuan semakin kencang. Tangan Zhuge Yue bergerak. Tangan penuh luka dan darah itu terangkat. Lantas, dengan lembut tangan itu menyapu pipi ti
Seseorang akan membuka pintu kayu nan usang itu. Ming Yuan dengan cepat mengesot mundur.KrietttPintu berderit. Cahaya putih dari rembulan seketika menyeruak. Ming Yuan kontan berpaling seraya menutup mata dengan sebelah tangan.Saat yang sama, ia melihat bayang-bayang hitam berkibar laksana sayap burung Phoenix.Ming Yuan berpikir itu adalah Dewa kuno, yang katanya akan turun menjumpai rakyat menderita.Ming Yuan termasuk. Hatinya bersorak. Cepat-cepat ia bersujud penuh hormat tanpa melihat rupa yang datang."Ming Yuan memberi salam pada Dewa Agung. Dewa Agung mohon lepaskan Ming Yuan dari penderitaan ini."Suara Ming Yuan kecil tapi lembut selayaknya gadis muda. Meski demikian, suara itu mampu membuat seseorang di depannya tersentuh hingga ia berangsur jongkok, mengulurkan tangan seputih salju dan selembut sutra.Di balik sujud, Ming Yuan dapat mencium aroma manis dari bunga anggrek. Hidungnya mengendus-endus sebelum ia memberanikan diri mengangkat wajah lalu menemukan seorang pria
"Wanita itu sungguh menjijikkan lebih daripada kita kita," bisik salah seorang Selir cap gundik yang membicarakan Ming Yuan."Ia hanya seorang gadis kecil, tetapi ia sukses menaklukan Pangeran Es yang digilai banyak wanita termasuk dari sini juga. Sungguh, gadis kecil itu pasti memiliki sihir yang dibawa dari desa terkutuknya.""Ia bukan gadis kecil, ia pasti Iblis berkedok gadis.""Karena Iblis itu, Kaisar harus menghukum Putra Mahkota, bukankah itu mengerikan?""Pagi ini, aku berdoa pada Buddha. Aku minta kematian untuk gadis itu, sehingga Pangeran bisa kembali ke Istana!"Ming Yuan berjalan mengekori Zhuge Yue. Ia tertunduk menelan segala ocehan busuk mereka."Gundik akan selamanya gundik meski dipungut seorang Pangeran sekalipun."Sejauh ini Zhuge Yue tidak memberikan tanggapan apapun. Namun, begitu pemimpin Istana Harem, yakni Ratu Agung Hongye turut memberi komentar pedas. Langkah Zhuge Yue seketika terhenti.Ming Yuan mengikuti dirinya. Ia turut berhenti lantas memandang punggu