Hendrik mendengus dingin, lalu langsung menuduh dengan kejam, "Hmph! Sejujurnya, aku rasa kejadian ini dan serangan itu memang direncanakan oleh kamu dan Felicia. Kalian memutuskan lengan Bu Arin dulu, lalu menyambungkannya kembali. Itu cukup masuk akal, 'kan?""Aku curiga kalau kalian ada hubungan dengan organisasi teroris, jadi seharusnya kalian dibawa ke kantor polisi dan diselidiki dengan baik," tambah Hendrik.Sebelum Felicia dan Afkar bisa menjelaskan, Arin langsung membela, "Hendrik, omong kosong apa yang kamu bicarakan? Kamu sama sekali nggak tahu kondisi saat itu. Demi menyelamatkanku, Felicia bahkan mengorbankan tubuhnya untuk melindungiku dari bahaya. Kalau bukan karena dia, pasti bukan lenganku yang putus doang.""Mana mungkin dia merencanakan kecelakaan dan serangan ini? Kamu harus bertanggung jawab atas kata-katamu. Jangan sembarangan bicara ya!" marah Arin.Hendrik membalas, "Bu Arin, kamu cuma terpengaruh sama apa yang terlihat di permukaan doang. Kalaupun kecelakaan da
Pada saat itu, Arifin terkejut dan langsung berjalan cepat menuju putrinya. Dengan gemetar, dia menyentuh lengan kanan putrinya. Sentuhan yang nyata itu membuatnya sangat terkejut hingga emosinya bergejolak. Dia bahkan hampir tidak bisa mengendalikan diri. Lengan putrinya benar-benar sudah tersambung kembali?"Arin, lenganmu ... benar-benar sudah disambung?" tanya Arifin dengan suara terbata-bata.Arin berujar sambil menahan air mata dan perasaan penuh haru, "Ya. Ayah, Feli dan suaminya adalah penyelamatku. Aku ... bahkan nggak tahu gimana cara membalas budi mereka."Felicia menimpali sembari tersenyum, "Arin, jangan bilang begitu. Kamu bukan cuma mitra kerjaku, tapi juga temanku, 'kan?"Namun, Afkar yang ada di samping mereka hanya tertawa kecil dan berkata dengan nada datar kepada Arifin, "Pak Arifin, aku nggak menunda waktu untuk memasangkan lengan buatan pada anakmu, 'kan? Jangan-jangan, kamu masih mau pasangkan lengan buatan?"Mendengar perkataan itu, Arifin langsung merasa malu.
Afkar sudah mengamuk di rumah sakit, melukai banyak orang, dan memaksa masuk ke ruang operasi rumah sakit. Jika upaya Hendrik berhasil, hal ini bisa membuat Afkar dan Felicia kehilangan segalanya."Oke!" Jovan mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi.Entah sudah berapa lama, tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka perlahan. Semua orang yang menunggu di luar langsung menatap dengan penuh perhatian."Eh? Sudah keluar?""Gagal ya, makanya keluar dengan malu?""Aku kira dia bakal kabur lewat jendela. Nggak disangka, dia masih berani keluar lewat pintu lho."Dalam sekejap, suara ejekan terdengar bertubi-tubi.Begitu melihat pintu ruang operasi terbuka, Delson tersenyum sinis dengan ekspresi meremehkan. Dia berkomentar, "Hei, anak muda dari Yanura, aku nggak percaya kalau kamu bisa ...."Sayangnya sebelum kalimatnya selesai diucapkan, ahli pengobatan Barat yang angkuh itu terdiam, seakan-akan ada yang mencengkeram lehernya. Suasana di sekitar pun tiba-tiba menjadi sunyi. Semua orang berhenti
Saat Afkar menggunakan "Teknik Penyatuan Energi Naga" untuk mengobati cedera Arin, terlihat jelas bahwa di bagian putus lengan kanannya, perlahan-lahan tumbuh kembali sebuah lengan baru dengan kecepatan yang bisa dilihat mata telanjang.Pemandangan ini benar-benar seperti keajaiban dunia. Kalau sampai proses ini terekam dan tersebar, entah akan menciptakan kegemparan sebesar apa.Meski begitu, bagi para kultivator, fenomena tumbuhnya kembali anggota tubuh yang terputus sebenarnya bukanlah hal yang benar-benar mustahil.Hanya saja biasanya, hal itu terjadi saat seorang kultivator sudah mencapai tingkat tertentu dan bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Namun, membantu orang lain untuk mengalami pertumbuhan kembali anggota tubuh, itu adalah hal yang sangat langka dan hampir tak terbayangkan."Felicia, cepat kabur! Jangan ... pedulikan aku .... Huhuhu ... Tamat sudah riwayatku. Kamu pergilah ...." Suara lirih keluar dari bibir Arin. Suara-suara itu muncul saat Afkar memicu energi kehidupan d
"Pfft ...." Dalam sekejap, orang-orang yang tadi berdiri menghalangi jalan Afkar langsung mengerang kesakitan. Wajah mereka pucat pasi, lalu satu per satu jatuh terduduk ke tanah dengan darah mengalir dari hidung dan mulut. Seolah ada kekuatan tak terlihat yang mendorong mereka secara paksa menjauh darinya.Orang-orang di sekeliling juga panik dan spontan mundur beberapa langkah. Mereka tidak kuat menghadapi tekanan dari aura yang begitu dahsyat itu.Sementara itu, Afkar tetap berjalan maju dengan tenang, tanpa memedulikan siapa pun. Dia memancarkan aura yang tak bisa dihentikan dan berjalan menuju ruang operasi. Tidak ada yang bisa menghalangi langkahnya.Lelucon macam apa ini? Afkar datang untuk menyelamatkan lengan Arin. Apa dia perlu membuktikan pada orang lain bahwa dia layak dan mampu? Tentu saja tidak.Saat hasilnya nanti terlihat, mereka semua akan bungkam dengan sendirinya. Kalau sebelum itu mereka tidak mengizinkan Afkar mengobati? Hehe. Ya sudah, dia akan tetap mengobati den
"Afkar, kamu datang? Kamu benar-benar bisa menyambung kembali lengan Arin?" tanya Felicia. Tatapan presdir cantik itu penuh dengan perasaan yang campur aduk. Ada harapan di matanya, tetapi juga kekhawatiran dan rasa cemas.Afkar hanya tersenyum tanpa mengiakan secara langsung. Dia memberi tahu, "Lihat saja nanti, seharusnya bisa."Mendengar itu, Delson langsung mendengus dingin di samping mereka. Dia menatap Afkar dari atas ke bawah sebelum berkomentar, "Benar-benar konyol. Kami sudah memakai teknologi dan peralatan terbaik di dunia saja nggak bisa melakukannya, tapi kamu malah berani berbual di sini? Apa yang membuatmu yakin bisa menyambungnya kembali? Pakai pengobatan tradisional pula?"Memang sejak awal, Delson meremehkan pengobatan tradisional. Sekarang, saat melihat Afkar masih muda, dia makin yakin bahwa ini hanyalah omong kosong belaka. Rasa meremehkannya benar-benar terlihat jelas di wajahnya.Ekspresi Arifin terlihat dingin. Dia berbicara dengan nada ketus, "Anak Muda, hati-ha