Stefan menutup kupingnya rapat-rapat malam ini karena meskipun sudah larut malam, jeritan hinaan masih saja terdengar sampai ke kupingnya, tapi dia tak mengindahkannya. Sebab, Stefan sedang begadang dan sibuk mengutak-atik ponselnya merancang sebuah program canggih untuk melancarkan orderan. Nama programnya : SJ-Gacor. S adalah namanya sendiri dan J adalah John.
[10% ...][35% ...][60% ...][100% ...]Meskipun punya kecerdasan dan ingatan di atas manusia normal, bukan berarti Stefan lantas bisa melakukan segalanya sesuka hatinya. Seandainya memang bisa, tentu dia sudah kaya raya sekarang, bukan malah hanya menjadi seorang ojol dan pesuruh di rumah. Stefan manusia biasa yang tetap punya banyak kekurangan dan keterbatasan.Kisah hidupnya bukan seperti mendapat sistem canggih, atau masuk ke pintu ajaib doraemon, lantas tiba-tiba kaya mendadak. Tidak, sama sekali tidak. Stefan menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Di atas realitas yang logis. Menjalani kehidupan yang susah nan pahit, lalu berjuang untuk bisa sukses.Setelah shalat subuh, Stefan langsung mengerjakan pekerjaan rumah, semuanya tanpa terkecuali. Sengaja dia melakukannya pagi-pagi buta supaya pas keluar ‘narik’ tidak kesiangan seperti kemarin-kemarin. Hebatnya, jam enam lewat semua sudah kelar dan clear.Menyaksikan Stefan sudah siap bertugas mencari uang, Robert dan Luchy yang baru saja bangun jadi kaget, ada apa lagi itu ipar menyedihkan? Robert buru-buru menghampiri Stefan yang tengah duduk di beranda sedang memasang sepatu.“Sarapan dulu woi!” perintah Robert sambil membersihkan tai matanya.“Sudah. Tidak perlu kau khawatirkan. Aku sudah menyiapakan roti untuk sarapan kalian semua. Silakan dimakan.”“Kau cukup pakai setelan seperti itu saja. Jangan pernah pakai jaket ojol. Jangan kau tampakkan kalau kau ojol. Malu kami.”Lionny yang sedari tadi sibuk di dapur kemudian menghampiri Stefan, lalu berkata, “Jangan lupa makan siangmu ini.”Robert berkomentar sinis. “Tidak usah kau siapkan dia makan siang, Kak. Dia sudah besar.”Stefan berdiri dan sudah siap. “Aku pergi yah. Maaf tidak bisa pamit sama Ayah dan Ibu karena aku sudah dapat orderan mengantar anak sekolah, jadi tidak boleh telat.”Stefan tancap gas. Sesampainya di depan sebuah rumah yang cukup mewah, seorang anak SMP sudah menunggu di depan rumah ditemani oleh ibunya.Stefan membuka ponselnya, lalu mengkonfirmasi telah tiba di lokasi dan sudah menjemput penumpang. Jarak dari titik jemput ke lokasi antar tak kurang dari dua kilometer. Waktu tempuh tak lebih dari sepuluh menit.Akhirnya Stefan pun sampai di depan gerbang SMP Negeri 1 dan si bocah remaja turun dari motor sambil mengucapkan terima kasih. Stefan menargetkan setidaknya dapat tiga antaran penumpang anak sekolah pagi ini, soalnya dia butuh duit tunai setidaknya lima belas ribu buat mengisi bensin.Orderan kedua!Anak sekolah lagi.Orderan ketiga!Anak sekolah lagi.Setelah mengantarkan tersebut, Stefan menghubungi John dan menanyakan sedang berada di mana. Rupanya John masih di tempat biasa, segera Stefan ke sana. Dilihatnya John sedang sarapan gorengan.“Sudah pecah telur?” tanya Stefan langsung duduk di bangku semen pas di samping John.“Belum. Sudah setengah jam padahal.”“Aku sudah kirim apk itu. Instal sekarang. Aku sudah dapat empat orderan ini.”“Hah serius? Aku takut kena suspend. Kalau suspend, mau narik pakai akun mana lagi?”“Aku jamin. Aman. ”Pria yang berbadan kurus dan berkulit sawo matang mendekati hitam ini pun menuruti perintah Stefan. Dia buka ponselnya, lalu menginstal apk yang tadi dikirimkan oleh Stefan via chat. Tak butuh waktu lama, program SJ-Gacor pun langsung bekerja. Baru tiga detik diinstal, ponsel John bergetar, tanda orderan masuk.“Widih!” John terbelalak. Badannya agar termundur karena kaget. “Bagaimana bisa?”“Apk itu sebenarnya fungsinya untuk mempercepat proses, mempermudah masuknya sinyal, biar hape tidak lemot, biar tidak gampang terkena virus, tapi fokusnya ke aplikasi ojol kita. Terus, biar akun kita tidak diatur oleh sistem dan aturan yang diberikan oleh pihak penyedia layanan dalam rangka pembatasan atau pemerataan order.”“Yang penting akun tidak suspend.” John berdiri, lalu melompat ke arah sepeda motornya. “Stefan, aku pergi dulu yah. Nanti sekabaran saja.”Jam 1 siang.Mereka berdua kumpul lagi di tempat yang sama.“Gila! Aku dapat lima belas,” kata John sambil menepuk jidat.“Mudah-mudahan dapat tiga puluh kalau sampai malam.”“Sekarang saja rasanya lengan dan punggungku mau lepas.”“Pantat panas!”“Ha-ha-ha.”John memberikan satu minuman kopi kekinian seharga lebih dari dua puluh ribu buat Stefan. Menerima itu, Stefan senang tapi sangat menyayangkan, karena lebih baik uangnya disimpan saja.“Tenang, Stefan. Itu minuman dikasih oleh customer.”“Oh, kirain kau beli pakai duitmu sendiri. Ya sudah kita bagi dua saja.”Lebih dari 30 orderan telah mereka selesaikan.Total Stefan dapat duit bersih hari ini 450.000 rupiah. Angka yang sangat besar untuk seorang ojol di waktu sekarang. Stefan memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah, bukan di garasi karena tidak mendapat izin dari mertuanya, kemudian berjalan gontai mendekat pintu depan.“Assalamu’alaikum.”Lionny buru-buru membukakan pintu. “Wa’alaikumussalam. Kau pulang jam sebelas. Nanti kau sakit pula.”Stefan memaksakan senyum. “Yang penting aku bisa ngasih kau duit yang cukup, Sayang.”Stefan tak mendapati seorang pun di ruang keluarga dan di ruang makan karena semua orang sudah berada di kamar masing-masing. Sebelum masuk ke kamarnya, Stefan memberi uang dua ratus lima puluh ribu buat istrinya.Bukannya senang, Lionny malah kasihan melihat suaminya memaksakan diri untuk mencari uang sebanyak itu, apalagi harus bekerja dari pagi sampai larut malam.Pagi hari pas mau berangkat narik, Stefan melihat seorang pemulung lewat di depan rumah sambil mengawas-awas kotak sampah.“Mas, ini jatah aku,” ucap pria paruh baya yang penampilannya sangat berantakan. Dia kira Stefan juga seorang pemulung. “Kemarin-kemarin aku dapat sate kambing, sop Jakarta, martabak, roti bakar, pizza. Aku sudah langganan di sini. Awas!” Sang pemulung memberikan gestur agar Stefan menjauh dari kotak sampah.Stefan terpana dan berkata ramah. “Silakan Bapak ambil pizza ini. Jika ada keluarga, berikan kepada mereka juga.”~Bersambung......===>>>♠<<<===Pagi ini di kantor PT Sanjaya Sawit, Palembang.Seorang hacker memberikan ancaman kepada Bobby bahwa si hacker berencana akan meretas sistem keamanan perusahaan, mencuri data-data berharga, mengacaukan atau memanipulasi apa saja yang terkait dengan IT perusahaan, seperti database, website, media sosial dan semacamnya.Layar-layar komputer di dalam kantor yang berjumlah lebih dari lima puluh menampilkan sebuah tulisan : “Itulah akibatnya kalau arogan di hadapan karyawan”. Si hacker mengaku sebagai mantan pekerja PT Sanjaya Sawit yang diberhentikan secara sepihak oleh Bobby, maka dari itu si hacker ingin balas dendam.Programmer perusahaan tidak mampu mengatasi masalah. Begitu juga orang yang waktu itu memberikan bantuan kepada karyawan perusahaan yang sedang disadap ponsel dan media sosialnya. Bobby selaku direktur utama perusahaan dibuat pusing oleh si hacker.Grace Santika mengetuk pintu ruang kerja Bobby, lalu dipersilakan masuk dan duduk.“Pak Bobby, bagaimana kalau saya menyuruh te
Stefan kagek begitu melihat istrinya sedang mencuci piring. "Sayang, biar aku saja yang mengerjakannya.” Stefan menarik lengan istrinya.“Mumpung yang lain belum pada bangun. Biar aku saja yang mencuci piring dan pakaian.”Tak lama kemudian Chyntia dengan rambut masih berantakan tiba di dapur, melihat anaknya yang mencuci piring, wanita tua tapi cantik karena perawatan ini menyeringai.“Astaga Lionny! Ke mana babu itu?” “Biar aku saja yang mengerjakannya, Bu. Kasihan Stefan. Sekarang dia sedang bersih-bersih halaman.”Chyntia marah kepada Stefan. “Kau ini kan sudah dibilang. Tiap pagi kau harus cuci piring dan pakaian. Kenapa kau malah menyuruh istrimu?” bentak Chyntia. Matanya melotot.Stefan membalik badannya. “Aku tidak menyuruhnya, Bu. Sudah aku bilang padanya biar aku saja, tapi Lionny masih memaksakan diri.”“Alasan sekali. Makin hari kau melunjak. Sepertinya cap benalu akan terus ada pada dirimu ini. Cepat selesaikan pekerjaanmu itu. Buang sampah jangan lupa!”Halaman belakang,
Bobby dan Robert menggeret Stefan ke kamarnya secara paksa, membantingnya ke atas kasur. Stefan jatuh berdebam, tak bisa berkutik sama sekali.“Tingkahnya mulai aneh lagi, Ayah. Bagaimana bisa dia memperbaiki laptoku? Asli ni orang memang aneh.”“Stefan, kau sudah mengada-ada dan parahnya kau bisa dapat duit sebanyak itu dari mana?”Stefan mengatur napasnya, lalu menjawab tenang, “Aku tidak berbohong pada kalian semua. Aku melakukan dan mengatakan apa adanya. Tapi kalian tidak pernah percaya padaku.”Bobby dan anaknya malah meninggalkan Stefan, lalu mengunci pintu kamarnya.“Sampah!”Stefan menyandarkan punggungnya, memejamkan matanya. Entah apa lagi yang harus diperbuat untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar sudah sehat, normal, dan seperti manusia pada umumnya. Segenap usaha telah dilakukannya.Namun, mertua dan iparnya masih saja tidak senang terhadap dirinya. Sementara istrinya berada dalam kebimbangan. Di saat Lionny menunjukkan cinta dan sayangnya pada suaminya, keluarganya
Dan hari ini pun tiba. Kakek Sanjaya sudah tiba Di Palembang pada siang hari ini. Beliau dijemput oleh Bobby beserta empat orang karyawan PT Sanjaya Sawit dan langsung menuju kediaman Bobby. Selama dalam perjalanan, Kakek Sanjaya terus menginterogasi anaknya soal kejadian beberapa hari yang lalu.“Kasusnya sama seperti dulu. Bedanya ruang lingkupnya hanya begitu kecil.”“Untungnya semua sudah beres, Ayah.”“Apa kau sudah mempekerjakan orang tersebut?”“Aku sudah beri dia uang dua puluh juta. Jika dipaksakan diterima bekerja di kantor, sepertinya tidak bisa, beda dengan kasus Stefan waktu dia menyelamatkan Sanjaya Group. Orang ini bahkan tidak bisa memberikan bukti bahwa dia telah menyelesaikan pendidikannya.”“Kau sudah bertemu orangnya, Bobby?”“Belum, Ayah,” balasnya sambil melihat ke arah jendela mobil.“Seharusnya kau ambil tindakan. Temui dulu orang tersebut. Ajak bicara baik-baik. Apa kau yakin tidak akan butuh lagi sama dia?”Bobby agak lama diam. “Kami akan menghubunginya kemb
Bobby menjanjikan sebuah posisi strategis buat Stefan di PT Sanjaya Sawit. Stefan akan ditempatkan sebagai cyber-security dan merupakan orang pertama dan satu-satunya bertugas di pos tersebut. Tugas utamanya adalah bertanggung jawab dalam melindungi perangkat lunak, jaringan, serta pengujian berikut analisis risiko yang timbul.Namun, janji dari Bobby awal bulan depan saja, dengan alasan Stefan butuh istirahat selama satu pekan, yang sebenarnya hanya alibi saja dari Bobby Sanjaya. Sebab, dia punya maksud buruk terhadap. Lagipula, mana sudi dia mempekerjakan menantu sampah itu.Saat ini Bobby tengah menemani ayahnya dalam proses sidak dan pengecekan situasi kantor. Kakek Sanjaya menyapa seluruh karyawan tanpa terkecuali, beliau yang menyapa, bukan sebaliknya. Itulah alasan kenapa Kakek Sanjaya sangat dihormati sekaligus dicintai oleh para karyawannya.“Pelaku peretasan mantan karyawan di sini?” tanya Kakek Sanya sembari mengerling dan mengawasi suasana kantor.“Betul, Ayah. Syukurlah di
“Menantu Sialan!” jerit Bobby di depan pintu kamar Stefan. “Silakan kau menjadi ojol. Tidak usah kau berada di sekitar kantorku, apalagi menjadikan karyawanku sebagai penumpang. Kalau ada orderan yang harus diantarkan di sana, kau cancel saja!”Dan hari-hari yang pahit pun kembali lagi. Makian dan perintah tidak pantas pun kembali buat Stefan. Sekarang, tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Semua serba salah. Melapor dengan Kakek Sanjaya? Jelas tidak mungkin. Stefan membuang napas lelah.Parahnya lagi, Lionny tak memberi sahutan apa pun pagi ini. Setelah mengerjakan tugas rumah, Stefan pergi dengan setelan ojolnya. Dihidupkannya aplikasi. Stefan bertemu John di tempat biasa. “Wei! Apa duit ojol sudah habis? Terus mau narik lagi?” John ceria nian karena semua utangnya telah lunas, kontrakan telah dibayar, dan biaya sekolah adik-adiknya aman terkendali.Akhirnya Stefan bisa senyum, “Kemarin-kemarin ada urusan keluarga, John. Sori baru hari ini bisa kembali menemanimu.”“Ada banyak
Stefan permisi dan masuk ke kamarnya. Selama mandi dan membersihkan tubuhnya, Stefan terus berpikir apa yang sedang terjadi saat ini? Apa semua yang baru dilihatnya adalah fakta dan kenyataan? Atau semua hanya ilusi semata? Entahlah.Dibasahinya sekujur tubuhnya dengan air. Dirasakannya dingin menusuk-nusuk wajahnya. Dipijatnya kepalanya dengan lembut. Sebisa mungkin sebuah sensasi yang nikmat dan menyegarkan diresapinya. Bagi sebagian orang, mandi merupakan salah satu terapi untuk menenangkan diri.Begitu selesai mandi dan hendak berpakaian, Stefan agak bergidik badannya, sebab teringat dengan sosok Erick yang tengah berada di ruang keluarga. Stefan menghembuskan napas panjang. Meskipun tidak akrab, Stefan mengenal siapa itu Erick?Tidak ingin dinilai lemah di hadapan istri, setelah berpakain rapi, Stefan menguatkan diri lalu melangkah ke ruang keluarga tanpa ada rasa merendah sedikit pun. Sebab status menantu dan ipar masih ada pada dirinya, jadi mana mungkin dia akan diam saja.“Hei
Stefan mengemasi semua pakaian-pakaiannya dalam sebuah tas besar. Semua penghargaannya yang berada di dalam lemari dimasukkan ke dalam dua buah karung. Sebelum pergi, dibersihkan dan dirapikannya kamar tidurnya.Stefan keluar kamar, lalu mendekati istri dan ibu mertuanya bermaksud berpamitan. Namun, ibu mertuanya malah tidak peduli dan Stefan sangat dipersilakan untuk angkat kaki dari rumah ini. Dilihatnya mata istrinya, mata yang layu, sarat akan makna tapi bibirnya tak mampu bicara.Jika pergi merupakan opsi terbaik, Stefan akan melakukannya. Meski begitu, dia belum melayangkan kata cerai terhadap istrinya karena masih berharap akan ada jalan terang lain. Stefan pergi dengan membawa hati yang hancur berkeping-keping.Dia berjanji pada dirinya sendiri akan melakukan balas dendam terhadap mertua dan iparnya. Saat ini memang dia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi suatu saat nanti mertua dan iparnya akan bertekuk lutut di hadapannya, yakin akan terjadi.Stefan akhirnya memutuskan untuk me