LOGINGilang Pratama adalah mahasiswa Tehnik Elektro tingkat pertama di Universitas Jayakarta. Suatu hari, Gilang terpergok oleh Mayang-Sang Dosen Killer-saat sedang tidak sengaja menonton video syur di ponselnya. Bukannya menegur dan memarahi mahasiswanya, dosen yang berstatus istri orang itu malah ikut duduk dan menyaksikan video yang diperankan Gilang. Dalam sebuah kesempatan, Gilang terpaksa harus mendatangi rumah Mayang untuk mengumpulkan tugas. Pertemuan itu pun berujung pada hubungan terlarang antara dosen dan mahasiswa yang sama-sama bernafsu. Hingga Mayang terjerat dengan keperkasaan Gilang-Sang Gigolo Kampus-yang membuatnya melayang. Bagaimanakah kelanjutan kisah terlarang mereka? WARNING 21+
View MoreGilang Pratama – melangkah keluar kelas sambil menguap kecil, meregangkan bahunya yang terasa pegal setelah sejam penuh mendengarkan dosen ngoceh soal rangkaian listrik. Matanya masih sayu, efek dari waktu tidur yang berantakan selama seminggu terakhir.
Yeah! Semua gara-gara Bima yang menyetujui banyak job, dan belakangan baru panik sendiri, terus ujung-ujungnya semu dioper-operin ke Gilang. Tapi, berhubung bayarannya gede, tentu saja, Gilang tidak keberatan sama sekali. Sikat saja lah! Mumpung masih muda, kuat dan perkasa. Iya, kan?!
Baru dua langkah dari depan pintu, terdengar suara nyaring memanggilnya, menggema di koridor kelas.
"Gilang, kita makan bareng di kantin, yukk ..."
Seorang gadis jelita berpakaian serba kekurangan bahan, melangkah mendekat dengan senyum manis berpulas merah muda tercetak di bibirnya.
Gilang mengerjapkan mata, kantuknya perlahan menguap. Tawaran makan ini cukup menggoda, karena yang bayar makanan pasti Sabrina. Tapi ...
“Duluan, Sab. Aku masih ada perlu nih. Tugas dari Pak Sidik belum aku kerjain sama sekali.” Gilang menggaruk lehernya, menolak sopan ajakan gadis itu.
“Iiihh ... bete ah, Gilang belajar terus," Sabrina mengerucutkan bibirnya. "Ya udah! Tapi besok-besok kamu nggak boleh nolak ya, kalau aku ajak makan bareng lagi. Aku pengen ngobrol banyak, Lang." Sabrina menggerlingkan mata sambil mendaratkan tangannya di dada Gilang dan mengusapnya manja.
"Siap, Cantik ..." Gilang mengedip tengil, dan mengacak rambut sabrina sekilas.
Gadis yang dipanggil 'cantik' itu tersipu malu dan segera berlalu meninggalkan Gilang. Selepas kepergian Sabrina yang kembali bergabung dengan geng centilnya, Gilang buru-buru mengeluarkan ponselnya yang selama di kelas tadi terus bergetar tanpa henti.
"Dia ngirim pesan apa, sih?" gumamnya, membuka aplikasi chat sambil berjalan menuju taman kampus.
Siang itu, seperti biasa, area taman kampus selalu sepi. Hanya ada beberapa kucing liar yang tidur melingkar di bawah pohon, serta sepasang kekasih yang pura-pura mengerjakan tugas bareng sambil colek-colekan.
Untuk berjaga-jaga, Gilang memilih kursi taman yang paling strategis — dekat dengan pintu toilet. Ia membuka belasan pesan video yang baru masuk, dan memasang headset nirkabel ke telinganya.
"Sh*t ..." desis Gilang begitu mendengar suara lenguhan seorang wanita berwajah mungil dan berkulit pucat tanpa busana menembus telinganya. "Nggak biasanya nih. Kapan dia videoin ini? Aduh, bikin pengen lagi..."
Gilang menggigit bibir bawahnya, dan mengatur posisi duduknya, sedikit merosot di sandaran kursi. Saking serunya, Gilang sampai tidak sadar kalau ada sepasang mata yang mengamatinya dari arah toilet. Seorang wanita dengan pakaian rapi, berjalan mendekat dengan langkah tenang, dan ... berdehem tepat di belakang Gilang.
"Ehem! Lagi nonton apa, nih?" tanyanya.
Volume maksimal yang dipasang Gilang jelas mengaburkan suara apapun yang berada di sekelilingnya. Gilang yang mulai meresapi video kedua yang ditontonnya, tanpa sadar menggosok-gosok bagian bawah tubuhnya dengan santai. Raut mesum tergurat jelas di wajah tampannya.
Wanita itu melihat dengan jelas apa yang sedang ditonton Gilang. Namun, bukannya menegur, Mayang Sari – Ibu Dosen di kampus itu malah berputar dan duduk di sebelah mahasiswanya. Gilang yang terkejut buru-buru mematikan video yang tengah di tontonnya, dan segera menjauhkan ponselnya dari pandangan Mayang.
Di luar dugaan, Mayang malah mengambil sebelah headset Gilang dan memakai ke telinganya.
"Lanjut, Lang. Suara siapa, nih? Merdu banget... By the way, kayaknya tadi saya lihat yang mirip kamu di video itu. Bener, nggak?" tanyanya santai.
"Bu – bukan, bu! Salah lihat kali nih," elak Gilang, sudah siap mengantongi ponselnya.
"Ah, masa saya salah lihat? Mata saya ini cuma minus, bukan buta. Buktinya, saya masih bisa bedain mana tugas mahasiswa yang dikerjain sendiri, dan mana yang nyuruh orang ngerjain. Sini, coba saya lihat lagi,” ujar Mayang sambil membuka telapak tangannya di atas paha Gilang.
Mata Gilang melotot sedetik melihat tangan Mayang — kulit putih langsat, mulus, tapi ada bulu-bulu halus yang membut pikirannya berkelana nakal.
"Jangan, Bu! Bisa bahaya kalau ibu lihat," sahut Gilang.
Mayang menyipitkan matanya.
"Lebih bahaya lagi kalau dosen lain yang lihat, Lang. Kamu itu kan mahasiswa jalur beasiswa, dan calon penerima beasiswa luar negeri. Kamu harus menjadi teladan buat yang lain. Tapi, kamu malah–"
Perkataan Mayang terpenggal senyuman tipis penuh arti yang terbit di bibir Gilang.
"Oh, jadi ... kalau Ibu yang lihat nggak bahaya, ya?!" Gilang mencondongkan tubuhnya, mulutnya mendekati telinga Mayang yang tidak tertutup headset.
"Yah ... maksud saya ... nggak enak aja gitu ..." sahut Mayang, dadanya berdesir halus.
"Terus, kalau sama ibu ... bisa enak, ya?" Gilang terkekeh pelan, sembari mengacungkan layar ponselnya, siap memutar ulang video syur-nya itu.
"Ibu ... mau lihat video bugil saya, hmm?" desah Gilang, sekilas menyentuhkan bibirnya ke telinga Mayang.
Deg!
Jantung Mayang membeku sesaat, dan siap meledak oleh sorot mata tengil pemuda itu.
"Kamu basah … aku suka banget …" bisik Gilang.Mayang berhenti merintih mendengar ucapan Gilang, tapi kembali mengeliatkan pinggangnya saat pemuda itu memasukan jari ke celah sempitnya.Gilang membuat lingkaran berulang dengan ibu jarinya di bagian inti terkecil Mayang. Wanita tiga puluh tahunan itu merintih. Persetan dengan statusnya sebagai istri orang. Nikmat dunia yang satu ini terlalu sulit untuk dia tolak. Lagian, siapa suruh suaminya sudah hampir setahun masih betah berlayar di lautan bebas? Jadi saja dia menyambut niat baik Gilang yang ingin memberinya kepuasan."Gilang … aku bentar lagi … aahhhh …" Pangkal paha Mayang menegang."Keluarin aja …" bisik Gilang sembari mengecup keras kewanitaan Mayang."Aahhh ... eeemmmpphh …" Mayang menjerit tertahan, melepaskan kepuasan pertamanya."Mau lagi?" Gilang menengadahkan wajahnya.Seutas senyum terukir di wajah tampannya. Gilang tidak mau melewatkan ekspresi paling menggairahkan seorang wanita yang baru orgasme. Itu tak ubahnya sebua
Gilang tiba di depan gerbang rumah Mayang tepat pukul dua belas siang. Matanya langsung menangkap gerakan mencurigakan dari rumah sebelah—sesosok ajaib, kemungkinan besar pembantu sekaligus agen gosip kompleks, mengintip dari celah pintu pagar dengan tatapan penuh selidik.Daripada dicurigai sama cctv berjalan, Gilang memilih bersikap santai. Dengan percaya diri, ia merapikan jaketnya, lalu mengangkat tinggi kantong plastik berisi makanan yang dibawanya. "Permisi! Fuuddgo!! Permisi!!” Gilang mengeraskan suaranya."Fuuddgoo!!" ulang Gilang seraya mengangkat tinggi-tinggi bungkus ayam geprek pemberian Sabrina.Merasa kalau bahan gossipnya telah salah sasaran, sosok yang mengintip pun beringsut masuk ke dalam rumah.Gilang terus mengeraskan seruannya sampai Mayang muncul dari balik pintu rumah. Wajahnya pucat, rambutnya kusut. Persis perawan yang masih kaget seusai malam pertama."Masuk, Lang …" Mayang berbisik membuka pintu pagar rumahnya."Pesanannya, Bu … Atas nama Mayang Sari Indria
Keesokan harinya, Gilang berangkat ke kampus seperti biasa. Kelas pertamanya dimulai pukul tujuh pagi, lalu dilanjutkan dengan Komunikasi Teknik jam sepuluh siang-yang seharusnya diajar oleh Mayang. Namun, sudah lebih dari lima belas menit menunggu, dosen yang kemarin baru saja digempur habis-habisan oleh Gilang itu tak kunjung muncul.Gilang menyandarkan punggungnya ke kursi, mengetuk-ngetukkan ujung pena ke meja, sedikit mengerutkan kening."Apa aku kebablasan banget ya kemarin?" pikirnya."Selamat siang! Maaf saya terlambat. Ibu Mayang barusan memberi kabar kalau beliau masih sakit. Jadi, saya yang akan menggantikan beliau mengajar hari ini. Info dari Bu Mayang, pelajaran akan dimulai dari halaman lima puluh dua. Tentang ..."Pak Kartono, dosen yang terkenal anti basa basi, segera memulai pelajaran mereka hari itu. Gilang yang duduk dijajaran paling belakang mengambil ponselnya diam-diam. Dia sedikit merasa bersalah atas penyiksaan penuh kenikmatan itu.[Selamat siang, Ibu Mayang.
"Kamu kenapa nanya yang begitu? Kamu nggak boleh kepo sama kehidupan pribadi saya," sahut Mayang sewot."Duuhh ... abis enak-enak, udah jutek lagi. Saya penasaran saja. Soalnya punya kamu masih kenceng banget, kayak perawan. Oh, Ibu pasti rutin ikut senam kebugaran, ya?" Gilang menyerudukkan wajahnya ke telinga Mayang.Mayang seketika memejamkan matanya. Dadanya berdesir hebat saat tangan Gilang mulai bergerilya lagi menggerayangi tubuh polosnya."Udah, Lang … aku udah cape …" desah Mayang."Aku belum …" bisik Gilang, meniup lembut telinga Mayang."Udah … aku paling nggak kuat kalau telinganya ditiup-tiup begitu. Udah …" pinta Mayang.Mayang mendorong tubuh gilang yang terus memepeti tubuhnya. Di kamar itu bau keringat bercampur nafsu terus menguar dan menaikkan libido mereka berkali-kali.Gilang menajamkan telinganya. "Yah, gerimis, Mayang. Aku nggak bisa pulang deh," bisik Gilang yang sudah menjauh lima sentimeter dari tubuh Mayang.Mayang menggigit bibirnya. Linu di bawah sana masi
Mayang kebingungan dengan pertanyaan Gilang. Kalau dia menjawab enak, apa itu tidak terlalu jujur? Tapi, kalau dia bilang tidak enak ... aahhh ... aduh ... sekarang jari Gilang malah sudah kemana-mana. Mayang menggigit bibir bawahnya.“Ehh … Enak, Gilang …” rintih Mayang. Tangannya terkulai di sisi tubuh, tak berdaya.“Panggil terus nama saya, Bu …” Gilang menempelkan tubuhnya ke punggung Mayang, setengah memeluknya.“Gilang … Gilang …” desahan Mayang melesatkan ide nakal di otak Gilang yang sudah terlatih.Kedua tangan Gilang kini menangkup di dada Mayang, meremas gemas. Gilang menikmati pantulan bayangan mereka berdua di kaca buffet. Terlebih lagi bayangan Mayang yang menengadahkan kepalanya, bersandar pada kepala Gilang.“Ibu mau aku lanjut?” bisik Gilang."Sa - saya lagi sakit, Lang ..." ucap Mayang putus-putus."Ibu tiduran aja, saya yang pijit. Biar ibu cepat sembuh. Kampus sepi nggak ada dosen seksi ..." Gilang memijat pundak Mayang, kemudian merebahkan tubuh wanita itu di sofa
Tanpa berpikir panjang, Gilang meraih bahu Mayang, menuntun wanita itu masuk ke dalam rumah. Mayang yang sudah terlalu lemah untuk menolak, membiarkan pemuda itu membimbingnya hingga ke ruang tamu. Ia terduduk di sofa dengan napas sedikit tersengal, sebelah tangannya masih menekan dadanya.Melihat wajah Mayang yang mulai pucat, Gilang sedikit membungkuk di depannya dengan raut bersalah."Maaf ya, Bu. Saya jadi ganggu istirahat ibu ..."Mayang menyandarkan kepala ke sandaran sofa, matanya terpejam. Keringat dingin mulai bermunculan di pelipisnya."Boleh saya minta tolong ambilkan minyak angin di rak sana, Lang?" ucapnya lemah, sembari menunjuk rak dekat meja televisi."Emm ... boleh," sahut Gilang, segera berjalan ke arah yang ditunjuk.Namun, saat ia mengambil botol kecil berisi minyak bangin, rasa penasarannya terusik dan spontan bertanya, "Rumah ibu sepi banget. Suami ibu mana?" tanyanya.Mayang membuka sebelah matanya, lalu mendesis pelan. "Apa sih kamu tanya-tanya?""Saya cuma nan






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments