Beranda / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 123B. Menggugurkan

Share

Bab 123B. Menggugurkan

Penulis: Syatizha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 18:34:56

Malam hari, keluarga Bragastara berkumpul di ruang keluarga. Daniel yang pulang jam lima sore tadi, memberitahu dirinya akan keluar kota besok pagi.

"Mas Ayang, kenapa bukan Om Yuda aja sih yang keluar kota?" protes Namira cemberut. Yang lainnya juga saling pandang. Di ruangan itu selain Daniel dan Namira, ada juga Bianca dan Nida.

"Enggak bisa, Sayang. Aku harus turun tangan langsung. Kamu tenang aja, insya Allah hanya satu hari di sana. Di sini juga kan ada Bianca dan Nida. Kamu enggak akan kesepian," timpal Daniel berusaha menenangkan hati istrinya. Namira tetap cemberut. Ia kesal, karena Daniel harus bermalam di Surabaya. Sejak menikah, Namira dan Daniel tidak pernah berpisah.

"Kalau gitu, aku ikut, ya?" rengek Namira tak peduli di situ ada Bianca atau Nida. Dia tidak mau berpisah lama-lama dengan Daniel.

"Mamih, jangan ikut sama Papah. Kalau Mamih gak ada di rumah, nanti kami di sini kesepian. Udah deh, Mamih gak usah ikut. Lagi hamil juga," sela Bianca melarang Namira ikut den
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 124A. Cinta Mati

    "Aku berangkat sekarang. Ingat pesanku, jangan pergi dari rumah lagi dan handphone-mu harus aktif, enggak boleh mati," pesan Yuda pada Gita di depan teras rumah ketika ia hendak berangkat keluar kota. "Iya, Sayang. Aku enggak akan pergi lagi, enggak akan matiin handphone," timpal Gita tersenyum manis. "Pah, Papah mau kemana bawa koper segala?" Tiba-tiba Evan keluar rumah. Mereka memang tidak sempat sarapan bersama. Yuda dan Gita sarapan lebih dulu. Yuda juga tidak sempat memberitahu Evan tentang keberangkatannya ke Surabaya. "Papah kamu dan Pak Daniel mau keluar kota, Van. Kemungkinan besar akan menginap di sana. Pah, kamu gak mau kasih pesan ke Evan?" Gita yang menjawab pertanyaan Evan."Van, Papah dan Pak Daniel mau ke Surabaya. Kemungkinan besar kami menginap. Tolong kamu jagain Mamahmu. Kalau keluar rumah tangan terlalu lama. Kasihan Mamahmu sendirian." Yuda mengerti yang diminta Gita. Evan menoleh pada wanita yang terlihat tenang sambil menggamit lengan sang suami. "Biasanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 124B. Ancaman

    Setelah kepergian Daniel dan Yuda keluar kota, Namira duduk di kursi samping rumah sambil memandang kolam berisi ikan-ikan hias. Sebentar lagi, rumah ini akan sepi. Daniel sudah berangkat, Nida juga sudah berangkat keluar kota, mungkin beberapa menit lagi Bianca akan berangkat ke kampus. "Ya Allah, Mih ... aku cari ke sana ke mari, gak taunya ada di sini," celetuk Bianca duduk di kursi samping Namira. Istri Daniel itu menelisik penampilan anak sambungnya. "Kamu mau ke kampus sekarang, Bi?""Iya. Sebentar lagi aku berangkat, lagi nunggu Evan," jawab Bianca menyandarkan punggung ke kursi. Namira menghela napas panjang, pandangannya beralih pada segerombolan ikan-ikan yang berenang di kolam. "Kamu gak bisa bolos dulu?" Pertanyaan Namira sangat pelan. Namun, Bianca bisa mendengar jelas. "Maaf, gak bisa. Aku hari ini ada presentasi. Kalau Mamih bosan di rumah, Mamih jalan-jalan ke Mall. Minta dianter Bi Rusmi atau Bu Fatma." Saran yang disampaikan Bianca tidak membuat Namira bersema

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 125A. Minta Diantar

    "Mohon maaf, jangankan kata-kata Tante, nama Tante aja aku gak ingat. Emang Tante ini siapa? Kok tiba-tiba datang ke sini, duduk di sampingku terus ngomong kayak gitu."Jawaban Nida membuat Gita tersentak kaget. Raut wajah Nida yang sebelumnya sangat tegang, berubah seperti orang yang kebingungan. Tidak hanya Nida yang menunjukkan ekspresi wajah bingung, Gita juga sama. "Eh, masa kamu gak kenal aku? Kamu pasti bohong!" Gita mendorong bahu Nida yang hampir terjungkang. 'Apa jangan-jangan Nida amnesia? Wah, kalau dia lupa ingatan itu lebih bagus. Dengan begitu, rahasiaku akan tetap aman. Tapi, kok ... Namira bisa tahu kalau orang yang menyembunyikan Nida selama ini adalah aku? Ah, bikin pusing aja nih anak,' ucap Gita dalam hati. "Emang aku gak kenal. Orang gak kenal kok dipaksa kenal, aneh." Nida berkata sangat ketus. Kalau dari sikapnya, Nida memang berubah. Dia sudah tidak merasa takut lagi pada Gita. Kalau dulu, setiap diajak bicara Gita, Nida selalu merundukkan kepala. Hanya ses

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 125B. Tidak Apa-Apa

    Gita sudah berada di dalam mobil. Ia kembali melajukan kendaraannya. Gita tak mengerti, kenapa sekarang Nida bisa amnesia? Rasanya tidak mungkin kalau Nida tidak mengenalnya? "Kenapa sih anak itu? Apa benar dia amnesia? Kalau emang benar, berarti bagus. Tapi, Bu Fatma bagaimana nasibnya? Apa dia udah di penjara atau justru masih di rumah Pak Daniel? Sebaiknya aku ke sana saja. Aku ingin memastikan Bu Fatma ada atau tidak, dan ingin mengancam Namira agar tidak buka mulut perihal kej4hatanku dulu."Kendaran yang ditumpangi Gita sudah memasuki halaman rumah Daniel Bragstara setelah menempuh jarak perjalanan sekitar satu jam-an. Gita mematikan mesin mobil. Ia tahu, kalau di rumah ini sekarang sudah tidak ada Daniel. Jari lentik Nida terulur menekan bel. Tidak berselang lama, terlihat wanita yang tengah berbadan dua membuka pintu."Tante Gita?" pekik Namira terkejut melihat kedatangan wanita yang telah melahirkan Evan."Hai, Non Namira. Senang sekali kita bertemu lagi," kata Gita terseny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 126. Mengenal Korban

    Gita melajukan kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tak langsung pulang ke rumah, ingin mampir di salah satu restoran. Kepala Gita sangat pening, pikiran dan perasaannya sangat tidak tenang. Banyak hal yang membuatnya takut. Di dalam restoran, Gita memilih tempat duduk paling pojok. Ia mengeluarkan sebungkus r0kok, memantik, dan menghisapnya dalam-dalam. Gita juga memesan minuman beralkohol untuk menemani kesendiriannya. Sekelebat bayangan masa lalu yang kelam dan membuat dirinya terpuruk seolah menarik di pelupuk mata. Gita bagai orang tak waras. Mengisah rok0k dan menegak minuman beralkohol.Tidak terasa, waktu telah beranjak sore. Para pengunjung satu persatu berdatangan. Pandangan Gita mulai mengabur. Di atas meja, satu botol minuman beralkohol serta cemilan yang sudah habis membuat senyum Gita getir. Melirik jam dinding yang terdapat di restoran, rupanya sudah jam empat sore. Sekarang suaminya tak ada di rumah dan tidak akan pulang. Gita pulang ke rumah dalam keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 127A. Kelumpuhan

    Kini, Gita sudah berada di ruang darurat rumah sakit. Nida sudah menghubungi Bianca agar memberitahu Evan kalau ibunya mengalami kecelakaan. Menyuruh Bianca dan Evan langsung datang ke rumah sakit untuk menemui Gita. Sebab, Nida tidak menyimpan nomor handphone Evan, maka ia menghubungi Bianca lebih dulu. "Pak Joko, Papah Yuda dikasih tau gak, ya?" tanya Nida pada lelaki yang duduk menemaninya sedari tadi. Seragam sekolah Nida penuh dengan d4rah Gita karena sempat mengangkat tubuh wanita itu menyingkir dari kendaraan. "Maaf, Non. Pak Joko juga enggak tau. Tapi, sebaiknya Mas Evan saja yang memberitahu Pak Yuda."Nida menganggukkan kepala. Ia urung memberitahu Yuda perihal Gita yang mengalami kecelakaan dan sekarang keadaannya tengah kritis. Tidak berselang lama, Evan dan Bianca datang. Pada saat Nida menghubungi Bianca, mereka sedang perjalanan pulang. "Nida, bagaimana keadaan mamahku?" tanya Evan sangat mencemaskan keadaan wanita yang telah melahirkannya. "Aku belum tau, Kak. Dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 127B. Kelonin

    "Astaghfirullah, serius, Kak? Kakak gak salah denger 'kan?" Nida tampak tak percaya mendengar kondisi Gita saat ini. Baru tadi siang Gita menemuinya. Gita sempat mengucapkan kalimat seperti ancaman. Namun, sekarang Gita sudah tidak berdaya. Dia tergolek lemah, tidak sadarkan diri. Masih mengalami koma. "Enggak, Nida. Dokter sendiri yang bilang."Hati Nida langsung mencelos. Antara kasihan dan ... entahlah. "Pantesan tadi ... kepalanya banyak mengeluarkan darah, Kak.""Kita doakan saja semoga Tante Gita cepat sadar dari komanya, cepet sembuh lagi."Nida yang mendengar ucapan Bianca meringis. Bingung, mau diaminkan atau tidak. Nida hanya khawatir kalau nanti Gita udah sembuh, akan berbuat j4hat lagi. "Eh, kamu kok bukannya diaminin malah bengong?" senggol Bianca pada gadis yang duduk di kelas tiga SMA itu. Nida tersenyum simpul, lalu menoleh pada Evan dan berbisik di telinga Bianca. "Aku takut kalau diaminkan, nanti tante Gita jahat lagi. Mending doanya diganti aja sih, Kak ...." k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 128A. Kepikiran

    "Van, gimana keadaan mamahmu?" tanya Yuda, begitu sampai di rumah sakit pukul sebelas malam. Evan memeluk tubuh papahnya. Ia menangis tersedu-sedu. Meskipun Gita sikapnya beberapa hari berubah, tetapi sebelumnya Gita sosok ibu yang baik, penyayang dan perhatian pada anaknya. "Ma-Mamah mengalami pendarahan otak, Pah." Jawaban Evan terdengar bergetar. Yuda melepas pelukan. Mengajak Evan duduk di kursi tunggu. Tubuh Yuda sangat pegal melakukan perjalanan yang sangat jauh. Beruntung, masalah di Surabaya cepat selesai. Anak pemilik tanah itu langsung menyetujui harga tambahan yang diajukan Daniel hingga masalah mereka langsung terselesaikan. "Van, Papah ingin menemui mamahmu dulu.""Iya, Pah."Dengan langkah gontai, Yuda menuju ruangan ICU Gita. Wanita itu sedari tadi belum sadarkan diri. Yuda membuka pintu ruangan, menatap sendu seorang wanita yang berbaring di ranjang pasien. "Gita, kamu kenapa begini?" tanya Yuda menggenggam telapak tangan istrinya. Ia benar-benar tidak menyangka ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 387. Bawel

    "Dasar ceroboh nih anak! Makanya sebelum berangkat pastiin dulu, ada yang ketinggalan enggak?""Idih, malah dia yang marah. Lagian semalam Kakak enggak bilang suruh bawa itu. Kakak cuma suruh aku bawa seragam dan tas. Sepatu juga untung aku inget. Ya udah, kamu aja yang balik ke rumah. Ambil sana pakaian dalammu!" ucap Alea kesal pada kakaknya yang menyalahkan. Bukannya minta maaf, justru marah-marah tidak jelas. "Ck, adik nyebelin!" Axel menuju salah satu kamar yang ada di rumah Nida. Terpaksa, ia mengenakan pakaian dalam semalam. Tidak ganti. Paling juga, di jalan nanti kalau ada toko underware yang buka, ia akan beli. "Ada apa, Lea?" tanya Nida pada gadis yang duduk kembali di kursi semula. "Enggak ada apa-apa, Tante. Ah biasa, kak Axel kan emang rese! Enggak boleh banget aku menikmati sarapan di rumah Tante. Aku lanjut lagi sarapannya ya, Tan?" tanya Alea sembari menggigit roti tawar panggang yang diberi selai cokelat. "Habisin saja, Lea.""Siaaapp!"Di ruang makan, hanya ada

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 386. Pakaian Dalam

    "Rina, tumben jam segini kamu udah di dapur?" sapa Tina pada anak semata wayangnya yang sedang memanggang roti tawar untuk Nida dan yang lainnya. "Kok tumben sih, Bu? Aku kan udah biasa bangun jam segini," timpal Rina cemberut. "Maksud Ibu, kamu ada di dapur tumben jam segini? Biasanya kan jam enam baru bantuin Ibu," jelas Tina sambil menyusun piring di atas meja makan. Rina tak menanggapi. Ia terdiam, fokus memanggang roti tawar yang sering dijadikan menu sarapan Nida. Tidak berselang lama, suara bel terdengar. Rina dan ibunya saling memandang satu sama lain. Mereka merasa aneh, ada orang yang datang bertamu di pagi buta. "Bu, Ibu saja yang bukain pintunya. Aku takut mas Rangga lagi yang datang," ucap Rina sebelum ibunya menyuruh. "Ya sudah, Ibu yang bukain pintu."Wanita yang tak lain istri sah Ferry itu berjalan cepat ke pintu depan. Suara bel kembali terdengar. Sebelum membuka pintu, Tina menghela napas panjang. Lalu ...."Assalamualikum, Ibu Tina."Tina bernapas lega karena

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 385. Berangkat Pagi

    "Lea, benar enggak? Itu nomor baru Cassandra?" tanya Axel tak sabar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Sangat berharap kalau Cassandra-lah yang menghubungi Alea. Alea bimbang, menjawab pertanyaan kakaknya. 'Ya Allah, gimana ini? Apa aku harus jujur atau harus ....?'Satu pesan singkat masuk lagi. Alea terkejut, langsung membacanya. "Alea, kok enggak dibalas? Apa kamu marah padaku?" Alea dengan cekatan membalas pesan Cassandra. "Sebentar, aku lagi teleponan sama kak Axel."Pesan sudah terkirim. "Alea! Eh, kamu denger aku enggak? Alea!""Iya, iya, aku denger! Bawel banget!" sungut Alea kesal. Alea jadi menyesal memberitahu pesan singkat dari nomor baru. "Habisnya dari tadi dipanggil diem aja. Tadi nomor baru siapa?""Temenku. Udah ya, Kak. Aku ngantuk. Besok pagi-pagi kan aku harus jemput Kakak di rumah tante Nida. Aku cuma bawa baju seragam dan tas Kakak aja 'kan?" Alea sengaja mengalihkan pembicaraan lain. Dia tak mau keceplosan kalau yang menghubunginya adalah Cassandr

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 384 Nomor Baru

    Perkataan Rina membuat ibunya terdiam membisu. Tak lagi berkata-kata. Yang dikatakan Rina ada benarnya. Masalah jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Jika demikian, bagaimana kalau Rina ternyata jodohnya Axel? Mereka sepersekian menit terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. "Bu, aku istirahat dulu. Ibu juga jangan tidur terlalu malam," ucap Rina beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih terpaku di ruang tamu. Di balik pintu kamar, air mata Rina tak mampu tertahankan. Ia menangis tersedu, tubuhnya luruh di atas lantai. Kedua lutut ditekuk, wajah ditenggelamkan antara kedua lututnya. Rina menangis, meratapi cinta pertamanya yang tak kunjung mendapat balasan dari lelaki yang dicintai. Mungkin itu yang terbaik ketimbang ketika mereka sudah saling mencintai justru harus terpisahkan. "Ya Allah, Engkau yang menitipkan perasaan ini padaku. Jika nantinya perasaan ini membuat jatuh ke lubang penyesalan, aku mohon hapuskan ya Allah. Hapuskan ... huhuhuhu ...." Sementar

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 383. Bertepuk Sebelah Tangan

    Melihat Alea terpaku di tempat, Evan heran dan bertanya, "Kenapa kamu malah bengong, Lea?" Sikap Alea salah tingkah. Berdehem dan tersenyum kaku. Ia kembali duduk di tempat semula. Kepalanya melongok ke dalam. Memastikan tidak ada Bianca di sana. "Pa, hm ... maaf ya sebelumnya. Tapi, Papa jangan marah."Evan mengerutkan kening mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis berusia belasan tahun itu. "Memangnya ada apa, Lea?" telisik Evan dengan intonasi suara rendah. Evan yakin ada yang disembunyikan oleh Alea. "Sebenarnya malam ini kak Axel enggak ada di rumah, Pa." Sangat pelan, Alea berucap. Namun, Evan masih bisa mendengarnya. Kepala Evan mundur sedikit karena terkejut. "Di mana dia? Di cafe?" cecar Evan. Alea terdiam. Walau hatinya percaya Evan tidak akan memberitahu Bianca, akan tetapi Alea sedikit ragu memberitahu. Sungguh, ia khawatir Evan keceplosan. Evan sangat mencintai Bianca. Jika Bianca mendesak, pasti Evan akan menjawab tentang keberadaan Axel yang sebenarnya. A

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 382. Bimbang

    Hari ini Bianca pulang agak malam. Jam tujuh malam baru tiba di rumah. Nida yang biasanya membantu, kini bekerja di lokasi proyek. Nida ada di kantor hanya pagi sampai jam sebelas siang saja. Setelahnya di lokasi proyek. "Kalau Nida stand by di kantor, aku enggak akan pulang malam begini. Ada-ada aja tuh orang. Segala pengen kerja di lokasi padahal kerjaan itu lebih pusing. Kenapa pula enggak diserahin ke mandor saja?" gerutu Bianca ketika melepas sepatu di dalam kamar. Beruntung, Evan suami yang penyabar dan setia. Ia membantu Bianca menyelesaikan pekerjaannya. "Nida kan udah ngasih tau alasannya, aku juga tadi ngebantuin kamu nyelesain kerjaan. Yang dilakukan Nida juga untuk kepentingan perusahaan, Sayang," sanggah Evan pada istrinya yang selalu saja terkesan menyalahkan Nida. "Kamu emang bantuin aku tapi enggak secepat pekerjaan Nida. Udahlah, aku capek! Aku mau mandi dulu, habis itu tidur! Pusing kalau bicara sama kamu," ucap Bianca kesal. Intonasi suaranya sarat akan emosi. Ev

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status