Pasangan kekasih dengan santai memasuki kafe klasik yang ada di jantung kota Manaus. Tak lupa sang wanita menggamit erat lengan pria agar bisa tetap berdampingan saat berjalan. “Ben, apa kau yakin dengan pilihanmu?” tanya wanita itu saat pinggangnya juga didekap kuat.
Sedangkan yang ditanya hanya bergumam sambil mencium pelipis kekasihnya.
“Reservasi atas nama Ben
Romeo menghirup napasnya yang berat, tangannya bertolak pinggang. "Aku tak tahu apa yang kau minum hingga membuatmu mabuk sebegini parahnya. Dan aku tekankan sekali lagi padamu Nona bahwa aku bukan matemu!" ujar Romeo dengan menggebu. Evora menatap Romeo dengan memelas ia tak menyangka pimpinan kaum immortal sebegini jahatnya. Sedangkan Romeo yang melihat itu semakin jengah dan memutar bola matanya.
Candala memiliki arti sebagai rendah diri. Sama seperti dengan perasaan Rena saat ini, perasaan tak layak yang menaunginya membuat ia semakin menjauh dari teman-teman lainnya. Tak tersentuh apalagi tak terlihat. Penolakan secara terang-terangan yang dilakukan oleh Romeo seminggu lalu masih sangat membekas dalam ingatan. Bagaimana ia sangat jelas melihat mimik wajah pria itu yang begitu tegas dalam mengucapkan segala kata yang dikeluarkan. Aku melepa
[Hari Minggu di Perbatasan Jerman – Belgia.]Ben berlari sambil menggandeng Rena kecil. Kaki mereka terseok-seok, dan telinganya masih mendengar suara samar dan juga gonggongan anjing para pemburu itu. Tangan putih pucat Rena terus saja mengeluarkan keringat, tak paham apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya. Yan
Evora senang. Sebulan ini kebiasaannya adalah mengganggu si Beta kaku. Setiap pagi dan menjelang malam ia selalu berkunjung ke penginapan Romeo. Seperti pagi ini misalnya, dengan masih memakai baju piama, ia membuka apartemen Romeo seolah itu adalah hal yang biasa. Pertama-tama hal yang harus Evora lakukan adalah menyiapkan kopi beserta sarapan rendah gula yang diminta secara tak langsung oleh pria itu sendiri. Evora tahu, menjaga stamina yang dimiliki seorang Beta tak serta merta menjadikan Romeo mengo
Romeo pulang. Jordan kalut. Bukan karena ia merasa tersaingi tapi karena dampak kemarahan Rena masih menjadi bumerang untuknya. Jordan yang tak sengaja berbicara seperti itu menjadi tak enak hati apalagi membawa-bawa nama kakaknya. Terlebih, Romeo yang bersikap acuh kepadanya juga. Ingin ia berbicara pada sang kakak dan mengutarakan semua isi hatinya. "Apa kau bertemu binatang yang tak pernah kau temui sebelumnya di Amazon?" tanya Jordan yang ikut terduduk di samping Romeo. Melihat mata Romeo yang terfokus pada acara televisi.
Entah definisi apa yang dirasakan Romeo saat itu. Senang, namun terkejut tak menyangka menjadi lebih dominan. Romeo yang mendengar perkataan adiknya langsung tercengang seketika. Jordan yang menggebu bertanya seakan tak ada hari esok, membuat kepalanya sakit seketika. Bukan masalah baju ataupun syal itu, melainkan pemiliknya. Hal yang menjadi tak wajar bahkan membuat akal sehatnya tak bisa berpikir dengan sangat jernih. Evora mate Jordan. Dan itulah kenyataannya. Pantas saja saat ia kembali ke rumah Jordan selalu dekat-dekat dengannya bahkan mengatakan hal yang tidak-tidak, rupa
Wendy tentu saja tak meninggalkan kesempatan bagus. Ia lebih suka jika Rena tahu posisi siapa yang lebih berkuasa di mansion ini. Apalagi di depan Romeo, partner yang selalu menyakiti Rena juga. "Oh aku baru tahu jika kau berada di sini. Atau kau jangan-jangan mendengarkan pembicaraan kami berdua?" tanya Wendy yang menghampiri Rena.
Rena melihat bagaimana calon pendamping pemimpinnya. Perempuan muda yang menjadi pujaan hati seorang Nickholas Andrew Dermon. Tak menampik bahwa ia juga sangat terpesona dengan kecantikan yang dikeluarkan oleh calon Luna itu. Walaupun saat ini ia hanya bisa melihatnya dari jauh. Senyum Rena semakin tersungging saat melihat bentuk kepemilikan yang diberikan Alpha Nick terhadap perempuan itu. Tak ada kepura-puraan, apalagi kebohongan di sana. Pria itu mencintai kekasihnya dengan caranya sendiri. Ya, seor