Share

Benar-benar Langit

Bintang memalingkan wajah, meski kedua tangan memegang bahu pemuda yang kini duduk di depannya. Dia terpaksa menerima tawaran Langit, karena Pak Ujang terus memaksa dirinya agar ikut bersama Langit saja.

“Rumahmu yang sebelah mana?” tanya Langit saat motor yang dikendarainya mulai memasuki area perumahan tempat Bintang tinggal.

“Masih maju nanti rumah gerbang hitam yang depannya ada pohon mangga,” jawab Bintang tapi masih tidak menolehkan wajah.

Langit tersenyum tipis, kemudian memacu motor menuju rumah dengan ciri yang disebutkan Bintang. Akhirnya mereka pun sampai, Bintang buru-buru turun karena tidak mau berlama-lama dengan pemuda yang sempat membuatnya kesal.

Langit menatap Bintang yang berjalan ke gerbang tanpa mengucapkan terima kasih, hingga gadis itu tiba-tiba berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya.

“Terima kasih,” ucao Bintang meski dengan sedikit nada ketus. Dia hanya merasa tidak sopan kalau pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata itu.

Langit tersenyum mendengar u
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status