Brad langsung mengangkat kedua tangannya ketika sepucuk pistol jenis kaliber 32 Bettle Army diacungkan ke arahnya. Sebisa mungkin ia memasang ekspresi ketakutan sambil berkali-kali melihat moncong pistol itu."Ayah, jangan menakutinya! Lihatlah dia ketakutan sekarang. Dia ini manajer artis, bukan polisi," sergah Jennifer sambil merentangkan kedua tangannya di depan Brad seolah-olah ingin melindungi.Alex Harris, pria yang rambutnya sudah mulai dipenuhi dengan uban itu menatap Brad dengan kedua mata menyipit curiga."Kau yakin dia bukan polisi yang sedang menyamar? Badannya sama besarnya dengan agen yang tertembak itu," cerca pria itu dengan mata setajam elang."Maaf, Tuan. Saya bisa mendapatkan tubuh ini dari hasil gym. Saya tidak pernah memegang senjata apapun," jawab Brad dengan suara sedikit bergetar.Astaga, dia benar-benar sudah seperti seorang aktor Hollywood terkenal. Apalagi wajahnya berkeringat, semakin mendukung aktingnya. Bukan karena takut, melainkan karena gerah."Lihat?
Elena sedang fokus melihat laporan keuangan tahunan Greenlake ketika tiba-tiba sebuah pesan dari nomor asing masuk ke dalam ponselnya.Keningnya mengernyit. Seperti familiar dengan nomor itu, tapi milik siapa?Karena penasaran, ia langsung membuka pesan itu tanpa berpikir panjang. Isinya sebuah foto. "Apa ini?" gumamnya bingung.Foto sebuah kertas lusuh dengan banyak titik dan garis. Ada tulisan "darurat" di bagian bawah kertas. Tangannya menekan nomor pengirim untuk melakukan panggilan. Apa dia mengenal si pengirim itu?Nomor tidak aktif."Sayang!" teriaknya dengan keras. Ia merasa bahwa foto itu bukan ditujukan untuknya. "Sayang, ke sinilah sebentar!"Ia tahu teriakannya menggema sampai ke luar apartemen, tapi ia tidak peduli. Terdengar langkah kaki dan suara pintu digeser dari arah balkon."Ada apa? Kenapa berteriak-teriak seperti itu?" tanya suaminya sambil menghampirinya."Ada apa? Ada sesuatu?" tanya Freya dengan kedua mata membulat dari pintu kamarnya. Wanita itu memegang pons
Nathan Wilson dulunya adalah seorang tentara yang bekerja di bawah Kementrian Pertahanan langsung. Ia dan David Foster bekerja di gedung Pentagon. Sering menjadi partner untuk menyelesaikan tugas.Mereka berdua adalah tim andalan dan sering dijuluki sebagai duo harimau Pentagon. Sama-sama cerdas dan kuat. Pintar membaca strategi musuh. David bahkan membuat tato pentagon di jari tengah bagian samping. Pria itu menganggap bahwa menjadi anggota Pentagon adalah suatu kebanggaan tersendiri.Tapi semuanya harus berakhir, ketika ada proyek yang bertentangan dengan hati nurani Nathan sebagai manusia. Berbeda halnya dengan David. Pria itu begitu brutal menyerang warga sipil yang tak bersalah hanya demi membuat bangga negara.Di saat itulah, Nathan memutuskan untuk mengundurkan diri. Dia memang tentara, tapi tujuannya adalah untuk melindungi warga sipil. Bukan untuk membantai warga negara lain yang disebabkan oleh propaganda gelap negaranya sendiri."Sepertinya dia sudah mati. Tadi aku sangat y
Untuk sekelas mantan tentara di Departemen Pertahanan, David Foster terlihat sama sekali tidak profesional. Membawa permasalahan pribadi sampai harus mengorbankan banyak orang bukanlah hal yang patut dibanggakan."Masalah apa yang membuatmu sampai membenci Jack Reeves? Bukankah dia adalah atasan yang baik selama ini?"David mendengkus, lalu tertawa terbahak-bahak. Namun, tawa itu dengan cepat berhenti. Wajahnya berubah menjadi geram."Sejak presiden baru menurunkan Menteri Pertahanan yang lama dan menggantinya dengan Jayden Kingston, aku harus dipindahkan ke FBI di Portland karena tidak mau mendukung pria tua bangsat itu," kata David sebelum menggeram.Nathan menatap pria itu heran. "Apa hubungannya dengan Jack Reeves?""Kau masih bertanya? Seharusnya aku yang menjadi kepala agen khusus, bukan dia! Aku adalah tentara khusus yang sudah sangat berpengalaman, jadi posisi itu seharusnya menjadi milikku! Bukan milih bocah ingusan seperti dia!" teriak David marah.Sebelah alis Nathan terang
"Apakah bandara Korea Selatan memang seramai ini? Kenapa padat sekali?" gumam Elena ketika mereka baru saja turun dari pesawat di Bandara Internasional Incheon."Biasanya ada artis mereka yang baru datang dari luar negeri. Para wartawan akan berkerumun untuk mengambil gambar mereka," jawab Jack sambil menggandeng tangannya.Mereka diiringi oleh satu orang bodyguard dari Turki untuk mengawal Elena."Tapi di Amerika tidak seramai ini," ucapnya ketika mereka menuju ke Area Pengambilan Bagasi."Kau akan kaget ketika melihat bagaimana artis-artis di negara ini. Pendapatan Security Black termasuk tinggi di Korea Selatan. Satu artis saja bisa memiliki lebih dari 10 bodyguard jika dia sudah kelas dunia."Elena terkesiap. "Benarkah? Wow! Sebanyak itu? Pantas saja kau kaya raya!"Jack tertawa sambil membenahi kacamata hitamnya. "Bagaimana dengan keadaan di US?" tanyanya lagi.Setelah diceritakan oleh suaminya mengenai kondisi Nathan dan Brad, Elena bisa bernafas lega. Setidaknya mereka berdua
"Kalian sangat berdosa karena telah membuat ibu hamil sebagai lelucon," gerutu Elena dengan wajah kesal."Tidak ada yang melakukannya. Itu hanyalah perasaanmu saja. Ngomong-ngomong, si Jin siapa ini, dia menjadi prioritas kalau begitu?" tanya Jack berusaha mengalihkan perhatian.Tidak lucu jika istrinya merajuk di depan orang lain. Jack akan semakin pusing dibuatnya."Ah, bisa dibilang begitu. Meskipun di depan kamera dia bukanlah member yang paling terkenal di grupnya, tapi di belakang kamera, bahkan orang-orang yang lebih tua darinya pun menghormatinya dan memanggilnya Ketua atau CEO.""Seberpengaruh itu? Benar-benar tertutup kalau begitu," sahut Elena merasa takjub. "Jangan heran jika nanti dia tidak seceria dan sekonyol seperti ketika di depan kamera. Dia sebenarnya adalah seorang introvert yang dingin, tapi bisa bersikap ramah," peringat Bum Sik."Kudengar di sini ada wajib militer? Apakah dia juga harus ikut?" tanya Jack.Dia tahu beberapa karyawannya di negara ini juga diminta
Kalau saja tidak ingat bahwa dia sangat mencintai istrinya, tentu Jack akan langsung marah-marah karena waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menemani istrinya memeluk pria lain di depan matanya. Ya, kalian benar. Elena tengah memeluk pria lain yang bahkan lebih terlihat seperti patung berjalan ketimbang manusia pada umumnya.Jack akui, pria itu memang sangat tampan sekaligus cantik jika dilihat secara langsung. Kamera bahkan tidak bisa menangkap sepertiga dari ketampanan wajahnya. Ia bahkan heran, kenapa ada manusia seperti pria itu di dunia nyata?Kulitnya begitu putih dan mulus tanpa cela. Pria itu bahkan tidak mengenakan make-up seperti member lainnya. Benar-benar seperti karakter novel atau komik yang keluar ke dunia nyata. Jack jadi teringat dengan pangeran berkuda putih yang selalu digambarkan di film-film ataupun dongeng."Hai, aku Kim Jin Woo. Maaf sudah memeluk istrimu. Aku sama sekali tidak bermaksud apa-apa." Tiba-tiba pria yang baru saja dipikirkan oleh Jack itu menghamp
"Aku akan menemui temanku untuk mencari informasi," kata Hugh sebelum berpisah dengan Nathan di pintu masuk penjara.Nathan menuju ke petugas lapas untuk melaporkan tujuannya. Setelah memberikan kartu identitas dan ponsel, ia mengikuti petugas lainnya menuju ke ruangan khusus untuk menjenguk narapidana.Tidak perlu menunggu waktu lama untuk bisa melihat Lucas yang berjalan ke arahnya dengan penampilan yang acak-acakan dan kusut. Nathan tertawa melihat bagaimana kacaunya lelaki itu."Si hebat Lucas. Aku tak menyangka bahwa kau ternyata memiliki style baru setelah tinggal berbulan-bulan di sini. Sepertinya kau betah?" sindir Nathan sambil mengamati pria itu dari atas ke bawah secara terang-terangan dengan seringai lebar.Lucas mengumpatinya berkali-kali dengan mata melotot."Kenapa kau kesini, sialan? Tidak cukupkah kau mempermalukanku yang bisa dikalahkan oleh seorang wanita?"Nathan semakin terbahak-bahak sampai sipir yang mengawasi mereka mengernyitkan dahi."Aku sendiri heran kenapa