Cek-klek
Pintu terbuka. Sejenak Lousion berdiri mengedarkan mata. Tidak ada seorang pun di dalam.
Beni, anjing kesayangan Lousion berlari dari perapian. Ia melompat ke dalam pelukan Lousion.
Lousion usap-usap kepala Beni, yang plontos tanpa bulu. Ia perhatikan baik-baik anjing tersebut. Ia menghela lega karena sepertinya hari ini Aleta tidak mengusik Beni.
"Jhon!" Panggil Lousion, lantang.
"Iya, tuan." Tiba-tiba Jhon berdiri di belakang Lousion. Kehadiran pria itu tidak Lousion sadari semenjak Lousion masuk.
"Di mana Aleta?"
"Ada di
Di dalam kamar. Lousion merebahkan tubuh. Kepala pria itu sersa nyut-nyutan. Ribuan jarum bagai menusuk. Memaksa otak Lousion meledak.Bagaimana tidak? Jika hari ini Lousion mendapat beberapa masalah. Dimulai dari gagalnya penyelundupan senjata terlarang karena penyekatan polisi di tengah jalan lalu Lousion mendapat kabar jika Sky kalah bertaruh, dan sekarang berada di rumah sakit sampai barusan ada telepon masuk mengenai ulah yang Aleta buat dengan Haiden."Bisa mati aku," batin Lousion.Saat penat melanda seperti saat ini. Solusi Lousion hanya satu. Yakni memandang foto mendiang sang istri sampai ketenangan menyelimuti qolbunya.
Secepat kilat. Aleta melompat dari ranjang. Ia berlari keluar diikuti Jhon.Aleta masih menggunakan high heels. Namun, itu bukan penghalang untuknya menaiki anak tangga. Gerakan gadis itu sangat gesit.Sampai di pertengahan anak tangga mendadak Beni datang sambil menggonggong. Terkesannya Beni mau menyampaikan sesuatu pada Aleta.Aleta terkejut. Pijakan kakinya nyaris tidak tepat sasaran."Aleta, awas!" Teriak Jhon sigap menahan pinggul Aleta. "Hati-hati!"Guk guk guk"Itu gara-gara Beni," geram Aleta malah menyalahkan Beni."Beni, turun!
Teng …Pukul 12 siang tepat. Di atas brankar rumah sakit. Sky mengerjapkan mata. Netra tajamnya langsung mengedar. Menyusuri tiap ruang ia berada.Sebuah benda bulat di permukaan dinding menunjukkan jarum jam pendek berhenti di angka 12. Spontan Sky menoleh ke luar jendela.Langit cerah berawan. Pertanda sebentar lagi akan semi."Shit!"Ia hendak menuruni brankar membosankan itu, tetapi sesuatu menahannya.
Aleta, satu nama sejuta pesona. Ah, tentu nama gadis itu masih tersimpan dengan baik di dalam dada. Terbungkus dengan kehangatan, dan mungkin tidak akan hilang hingga ajal menjemput.Tunggu! Bagaimana bisa Ava menyangkut pautkan dengan Aleta? Mungkinkah ia tau perasaan Sky pada psikopat itu?"Apa hubungannya dengan Aleta?" Balas Sky, berlagak mengelak."Come on, Sky. Aku tidak setiap hari dengan mu tapi kita saling kenal sudah lama. Tahun demi tahun, kita tumbuh bersama. Masa iya aku tidak mengenal baik dirimu," terang Ava seraya menyibakkan rambut, yang jatuh ke depan pundaknya.Sky bergeming. Seorangpun tidak boleh ada, yang taau perasaanya terhadap Aleta. Entah itu Ava ataupun yang lain.
Aleta, satu nama sejuta pesona. Ah, tentu nama gadis itu masih tersimpan dengan baik di dalam dada. Terbungkus dengan kehangatan, dan mungkin tidak akan hilang hingga ajal menjemput.Tunggu! Bagaimana bisa Ava menyangkut pautkan dengan Aleta? Mungkinkah ia tau perasaan Sky pada psikopat itu?"Apa hubungannya dengan Aleta?" Balas Sky, berlagak mengelak."Come on, Sky. Aku tidak setiap hari dengan mu tapi kita saling kenal sudah lama. Tahun demi tahun, kita tumbuh bersama. Masa iya aku tidak mengenal baik dirimu," terang Ava seraya menyibakkan rambut, yang jatuh ke depan pundaknya.Sky bergeming. Seorangpun tidak boleh ada, yang taau perasaanya terhadap Aleta. Entah itu Ava ataupun yang lain.
Sebuah mobil mini berwarna merah muda disertai gambar Hello Kitty di bagian depan_sudut_bawah kaca mobil, berhenti tepat di depan kediaman Louison.Para penjaga, yang tau siapa gerangan di dalam mobil pun bergegas membukakan pintu.Dua manusia dari dalam mobil melangkahkan kaki keluar. Mereka beriringan memasuki rumah dibarengi dengan wajah tegas seperti ciri khas masing-masing."Di mana ayah?" Tanya Sky begitu masuk, dan langsung mengedar pandangan.Biasanya akan ada Beni di depan atau di sekitar perapian tapi kali ini anjing botak itu tak menunjukan diri meski itu sekedar gonggongan."Tuan muda. Semalam tuan besar Lousion mengalami serangan jantung. Sekar
Hai,Othor kembali lagi, nih, setelah sekian hari tidak up. Hehe. Maafkeun. Othor lagi sibuk di dunia nyata. Harap maklum, yawww......Haiden membuang puntung rokoknya secara kasar. Ia sampai turun tangan. Ia merogoh saku di balik jas putihnya. Desert eagle produksi Israel tersimpan baik di sana. Beban seberat 3 kg sama sekali bukan penghalang. Ia arahkan senjata mematikan itu ke arah rumah Lousion.Orang awam tidak akan tau mulut senjata mengarah ke kepala Lousion. Namun, tidak dengan si empu kepala sendiri.Yes! Lousion paham. Haiden tengah mengarahkan senjata ke kepalanya. Tapi Lousion tidak begitu yakin tembakan Haiden bisa tepat sasaran. Maklum, jarak mereka cukup jauh.Di sebelah sana, Lousion menyeringai pongah. "Dasar keparat!"&nb
"Oh, kau ingin mengambil emas itu?"Edwin tak menggubris. Ia melirik jam tangannya sepintas. Detik demi detik berlalu. Waktu Edwin tidak banyak. Ia tak ingin basa-basi menanggapi pertanyaan Aleta. Sesuai arahan Haiden. Ia harus kembali sebelum jarum pendek berhenti di angka dua.Oke. Edwin balas tersenyum. Bukan tampan apalagi manis. Ia berwajah menyeramkan. Selayaknya preman pasar tapi lebih berkelas.Aleta memperhatikan baik-baik selangkah pria itu. Tepatnya burung yang pernah ia mainkan kemudian ia potong saat sedang tegang-tegangnya. Oh, saat itu Aleta sangat puas. Senyumnya pun mengembang."Edwin Scott," sebut Aleta untuk kali pertama memanggil nama Edwin dengan nama asli. Bukan julukan Hulk lagi."Aleta Lousion," balas Edwin, menyeringai tipis seraya merogoh saku celananya.Otomatis arah mata Aleta tertuju pada gerakan tangan Edwin. Ia lihat apa yang hendak Edwin ambil.Tanpa Aleta sadari itu adalah siasat guna mengalihkan perha