Setelah Rose pergi, Ace bangkit dari atas lantai marmer ruang kerja Allen dan berdiri di depan Bos Mafia itu.
Wajahnya tampak lebam dengan kemeja yang sudah kusut, Allen masih menatap pria itu dengan tajam sambil sesekali menggoyangkan gelas kristal berisi wine di tangan.
Cukup lama mereka terdiam hingga Allen meminta asistennya itu duduk kembali di kursinya.
"Kau tidak ingin menjelaskan apapun padaku Ace?" tanya Allen setelah mereka duduk berhadapan.
Pria itu tertunduk dengan tangan yang mengepal erat.
"Sejak dulu kau selalu begini, bahkan denganku saja kau sangat tertutup. Apa kau tidak menganggap aku sebagai keluargamu Ace?"
"Bu-bukan begitu Bos," sahut Ace terbata.
"Lalu apa? Bahkan kau dekat dengan seorang wanita saja aku tidak tahu."
Allen kembali meneguk minuman memabukkan di tangannya. Entah
Bunyi dering ponsel Allen membangunkan Bos Mafia itu. Rose masih tidur di sampingnya setelah lelah melayani dia seharian kemarin.Allen berusaha mengambil benda pipih tersebut tanpa membangunkan Rose. Wanita itu masih memeluknya dengan erat tanpa mau melepaskannya sedikitpun."Ada apa?"".......""Apa? Kau yakin?"".......""Baik, aku akan segera kesana."Allen meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas dan membangunkan Rose. "Baby, wake up…."Rose hanya bergumam tanpa membuka mata."Ayo bangun Baby, kita harus pergi sekarang." Allen mencolek pipi wanitanya, berusaha membangunkan Rose yang masih sangat mengantuk."Mau kemana?" tanyanya masih dengan mata yang terpejam."Kita akan ke markas, Liam baru saja menghubungiku t
"Kau sudah menikah anakku?"Allen menggeleng. "Aku baru akan menikah, Mom. Calon istriku ada di luar sekarang.""Benarkah?" Allen mengangguk."Apa mommy bisa bertemu dengannya?""Mommy, mau?""Tentu saja, mommy ingin melihat wanita yang telah berhasil membuat anak laki-laki mommy bahagia meski tanpa ada mommy disisimu."Allen mengusap punggung tangan Amberd lembut. "Jangan bicara begitu, Mom. Bagiku mommy adalah cinta pertamaku, dan tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun."Amberd tersenyum. "Mommy tahu, tapi kelak jika kau menikah. Jadikan wanitamu satu-satunya wanita yang kau cinta. Jangan pernah samakan dia dengan mommy, apalagi membandingkan. Istrimu, adalah istrimu. Kami tidak akan pernah sama.""Aku tahu, Mom. Terima kasih…."Allen m
"Ikutlah pulang bersamaku, Mom.""Kemana?""Ke mansionku, kita akan tinggal bersama di sana mulai sekarang."Amberd mengernyit. "Memang ini di mana? Ini bukan rumahmu?""Bukan, Mom. Ini markasku. Banyak penjaga yang berjaga disini, aku sengaja membawa Mommy kesini agar lebih aman," sahut Allen."Pantas saja tadi aku menanyakanmu, dokter itu menjawab kau tidak ada disini.""Iya, Mom. Aku sedang di mansion bersama Rose.""Kalian sudah tinggal bersama?" tanya Amberd ingin tahu."Tidak, Mom." sahut Rose lebih dulu."Aku hanya kebetulan sedang ada di sana saja." sambungnya tidak ingin Amberd berpikiran macam-macam.Wanita paruh baya berambut panjang itu tersenyum. "Sekalipun kalian sudah tinggal bersama, mommy sama sekali tidak keberatan Rose. Ba
"Selamat siang Tuan Alex."Pria paruh baya itu berbalik, mendapati Allen tengah tersenyum menatapnya."Nak, Allen? Ada apa?" tanya Alex bingung melihat pria berjambang itu ada di toko bunganya."Tidak ada apa-apa, Tuan. Aku hanya ingin mengunjungimu saja hari ini," sahut Allen beralasan."Benarkah? Aku pikir kau kesini karena ingin mencari Rose. Ayo, duduk dulu."Allen mengangguk, ikut duduk di kursi tunggu dalam toko Alex."Aku sebenarnya kemari karena ingin berbicara empat mata dengan Tuan," jujur Bos Mafia itu to the point."Bicara denganku?""Iya Tuan.""Mengenai apa?" tanya Alex penasaran."Mengenai hubunganku dengan Rose, Tuan."Alex terdiam menatap dalam pria di depannya. Dia sudah curiga kalau kedatangan Allen kesini,
"Dimana Allen, Rose?" tanya Alex tidak mendapati pria itu lagi di dapur."Sudah aku usir!" jawab Rose ketus."Kenapa kau mengusirnya?""Kenapa memangnya? Daddy tidak terima aku mengusir pria pemaksa itu? Sebenarnya siapa anakmu disini, Dad?!" kesal Rose bersedekap dada."Astaga … apa perlu kau cemburu dengan pria yang kau cintai itu Rose?" sahut Alex mengusap dahinya."Apa? Pria yang aku cinta? Jangan bercanda, Dad….""Kenapa? Kau ingin mengelak dari daddy, seperti yang kau lakukan pada Allen, hm?""A-apa maksud Daddy?" sahut Rose gelagapan.Alex tersenyum, menarik anak perempuannya duduk di dekat dia."Kau mencintai Allen, bukan?" tanyanya menyelidik."No, Dad. Aku sama sekali tidak mencintai pria pemaksa dan tukang perintah itu! Jangan bicara yang t
Sebelum berangkat siang nanti, Allen sengaja memesan bunga dari toko wanitanya, dengan berpura-pura menjadi pelanggan.Dia meminta agar Rose sendirilah yang datang mengantarkan bunga pesanannya ke sebuah kamar hotel miliknya.Wanita itu sama sekali tidak curiga dan mengiyakan perintah Alex untuk membawa bunga pesanan pelanggan mereka ke sana."Aku pergi dulu, Dad." pamit Rose mencium pipi Alex."Hati-hati, Nak."Rose pergi membawa mobil pribadi mereka dan tiba di sana lima menit lebih cepat dari waktu pemesanan."Permisi, saya ingin membawakan bunga pesanan dari kamar 2089 atas nama Pak Wills," ujar Rose di depan meja resepsionis."Silahkan, Bu. Anda sudah di tunggu di sana," jawab resepsionis wanita itu sopan.Rose naik ke lantai dua puluh dimana kamar tersebut berada. Dia sama sekali tidak curiga dan men
Sambil mempersiapkan diri dengan baik, Allen datang menemui Edward begitu mereka mendarat di Bandar Udara Internasional Benito Juarez, atau Aeropuerto Internacional de la Ciudad de México Benito Juárez.Allen tidak mau membuang-buang waktu lebih lama lagi, dia harus secepatnya mempertemukan keluarga yang sudah lama terpisah itu.Bertempat di pusat kota México, Allen masuk ke sebuah bar di mana Edward diketahui sedang berada di sana.Pria dengan tato naga di punggungnya itu ada di dalam kamar private club, bersama wanita-wanita penghibur yang dia sewa. Allen memaksa masuk meski sudah ditahan oleh anak buah Edward yang berjaga di depan pintu.Sedikit mengancam dengan pistol bersama Ace dan anggotanya yang lain, mereka tidak bisa lagi berkutik dan membiarkan Allen pergi ke dalam."Keluarlah Edward!" ujarnya menatap dingin pria yang sedang asik memaju
"Kau yakin dengan kesepakatan yang kau buat bersama Edward, Bos?" tanya Ace duduk di kursi kemudi."Tentu saja, aku juga penasaran bagaimana pria itu akan melawanku lusa!" sahut Allen enteng."Lusa?" Allen mengangguk. "Kenapa cepat sekali? Kau tidak ingin mempersiapkan dirimu dengan baik dulu Bos?""Tidak perlu, badanku selalu bugar Ace. Selama ini aku sering berolahraga di gym mansion, kau tidak perlu khawatir!" sahut Allen percaya diri.Ace tidak bisa membantah lagi mendengar penuturan atasannya. Allen pria yang keras kepala, jika dia sudah berkata begitu. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk menahan keinginan Bos Mafia itu."Kita akan kemana lagi sekarang Bos?""Kau antarkan aku ke markas, dan setelahnya kau harus pergi ke alamat ini." Allen menarik secarik kertas dari saku celana, memberikannya pada Ace.Dengan satu