Share

Cerita Tentang Dia yang Kukagumi

Di tengah teriknya matahari, Reina harus menempuh jarak sekitar lima koma enam kilometer. Namun, kakinya sudah tak sanggup lagi berjalan setelah menempuh jarak dua kilometer lebih. Tubuhnya gadis itu kini menjadi basah kuyup. Bukan karena dibasahi oleh curahan hujan, melainkan oleh keringatnya.

“Woi!” teriak seorang pria memanggil Reina.

Langkah gadis itu terhenti, ketika ia mendengar suara itu. Ia memalingkan wajahnya ke sebelah kirinya. Dilihatnya seorang pria berjaket hitam dan bercelana jeans hitam sedang duduk di sebuah sepeda motor matik berwarna putih dengan garis merah. 

Pria berpakaian serba hitam itu berjalan mendekati Reina, yang hanya berjarak beberapa langkah darinya. “Lo dari SMA Citra?”

“Iya,” jawab Reina singkat.

“Lo mau ke mana panas-panas gini?” 

“Mau pulang.”

“Emang rumah lo di mana?” Dengan segera Reina mengambil ponselnya dan menunjukkan alamat rumahnya.

“Ya udah, biar gue antar,” ujar pria itu dan berjalan kembali ke arah motornya yang sedang diparkir.

Gadis itu terdiam ketika pria yang tak dikenalnya ingin memberinya tumpangan. Pikirannya mulai berlarian ke sana ke mari.

“Kenapa masih berdiri di situ? Cepatan sini!”

“Ah... gue... jalan aja. Gak papa, kok.” Gadis itu ketakutan, hingga tangannya bergetar. Ia takut jika pria itu memiliki niat jahat di hatinya.

“Lo sakit? Ini tuh panas banget. Yang ada lo pingsan di tengah jalan.”

“Lagian lo gak perlu takut, kok. Gue juga siswa di SMA Citra, makanya tadi gue manggil lo. Rumah gue juga dekat ama rumah lo, sekalian aja gue antar.”

“Gue gak ada niat aneh, kok. Gue cuma gak tega aja, lihat lo mandi keringat gitu.” perkataan pria itu langsung membuat hati Reina menjadi sedikit tenang. Ia pun menerima tawaran pria itu.

Dalam perjalanan, kedua siswa itu saling berkenalan dan berbagi cerita satu sama lain. “Oh ya, tadi kita belum kenalan. Nama lo siapa?” ujar pria itu memulai perkenalan.

“Nama gue Reina. Kalau lo?”

“Gue Andre.”

“Lo habis ngapain, sih? Kok lo pulangnya jam segini?” tanya Andre penasaran.

“Gue tadi ikut ke SMA Jaya Karsa. Terus pas pulangnya, gue ketiduran di bus. Kelewatan deh rumah gue,” ujar gadis itu menjelaskan alasan dirinya yang baru pulang saat itu. Gadis itu juga menjelaskan bahwa dirinya sudah berjalan sejauh dua kilometer lebih, karena tak memiliki uang yang cukup untuk membayar ojek.

Pria itu terkejut saat mengetahui gadis yang sedang diboncengnya, telah berjalan sangat jauh. “Wah... lo hebat banget. Bisa-bisanya lo jalan kaki sejauh itu. Gue aja jalan satu kilo udah mau pingsan.” 

“Tapi lo gak kenapa-napa, kan?” tanya Andre khawatir.

“Gak papa kok. Gue udah biasa jalan kaki.”

“Terus lombanya gimana?”Andre begitu merasa penasaran dengan hasil lomba kali ini, karena temannya merupakan salah satu peserta lomba.

“Sekolah kita dapat peringkat satu di lomba cerdas cermat fisika, biologi sama matematika. Terus lomba cerdas cermat kimia, sekolah kita dapat peringkat kedua,” ujar Reina menjelaskan hasil perlombaan.

“Wah... hebat banget mereka.”

“Iya. Mereka semua tuh hebat banget.”

“Lo tahu Yandi gak? Dia ikut lomba cerdas cermat matematika, loh.” 

“Tahu kok. Tadi dia keren banget. Pokoknya dia tuh cepat banget nyakarnya, dan jawabannya dia benar semua.” Tanpa sadar mulut gadis itu terus saja memuji kehebatan Yandi. Ia terus mengatakan betapa kerennya Yandi saat menjawab soal-soal itu.

“Dia emang pintar banget, sih. Gue aja kagum banget sama dia.”

“Dia tuh sekali dengar penjelasan di kelas lagsung ngerti. Gak kayak gue yang harus berkali-kali, baru bisa ngerti. Kadang dia juga bantuin gue belajar.” Andre akui bahwa temannya itu memang sangat hebat dan pintar. Andre juga menceritakan bahwa dirinya kagum pada temannya itu, karena ia tak pernah pelit berbagi ilmu yang dimilikinya pada teman-temannya.

Senyum di wajah gadis itu tak tertahankan saat mendengar kisah tentang pria yang juga dikaguminya. Ia merasa senang karena pria itu tak seburuk yang diceritakan orang-orang.

“Gue boleh tanya sesuatu, gak?” Rasa penasaran kini semakin menumpuk dalam hati siswi itu. Saat mendengar cerita dari Andre tentang Yandi, membuat dirinya semakin ingin mengetahui lebih banyak tentang pria yang dikaguminya itu.

“Tanya aja.”

“Lo dekat sama Yandi?” tanya Reina untuk berjaga-jaga, sebelum ia memberikan pertanyaan inti.

“Iya. Kita tuh teman sekelas, dan seharusnya lo tahu dong kalau kita sering dapat hukuman bareng-bareng.” Mulut gadis itu langsung tertutup rapat. Ia menjadi tak enak hati untuk memberikan pertanyaan pada pria itu.

“Tanya aja. Lo gak usah, gak enak ama gue. kan gak kewajiban buat lo ngenalin gue, kecuali ada. Nah, itu boleh lo rasa bersalah karena gak kenal ama gue.”

“I... iya.”

“Jadi nanya, gak?”

“Jadi, jadi.”

“Menurut lo, Yandi tuh anaknya gimana?”

“Kenapa lo nanya kayak gitu? Lo pasti mikir aneh-aneh soal dia.” Andre merasa kesal, jika ada orang menanyakan hal ini. Ia merasa mereka sedang berusaha memberi nilai buruk pada temannya melalui pertanyaan seperti ini.

“Setelah gue jelasin dia kayak gimana, lo mau jelek-jelekin dia kan?” 

“Gak, gak. Gak ada kayak gitu, kok. Gue cuma mau tahu aja buat mastiin sikap dia ke gue.”

“Emangnya lo ngapain ama dia?”

“Gak ngapa-ngapain. Gue tadi cuma nanya alamat aja ke dia. Terus tanggapannya kayak kurang enak gitu. Makanya gue penasaran, soalnya gue juga belum pernah ngobrol sama dia,” ujar Reina berusaha menjelaskan apa maksud dari pertanyaannya.

“Oh... gue pikir lo punya niat lain.” Rasa kesal yang dirasakan Andre saat itu sirna, setelah mendengarkan penjelasan siswi itu. Ia pun menjelaskan tentang Yandi yang tak pernah diketahui orang lain dengan senang hati.

“Sebenarnya dia tuh baik, emang cuma suka ngelawan aja. Tapi remaja mana sih yang gak suka ngelawan. Banyak kok yang suka ngelawan, tapi mereka aja yang terlalu berlebihan sama Yandi.” Pria itu merasa, bahwa tak hanya ia dan teman-temannya saja yang pernah membantah atau melawan perintah para guru. Menurutnya banyak siswa di sekolah mereka yang juga melakukan hal itu. Namun, para guru hanya membuat seakan-akan hanya mereka murid yang membuat masalah.

“Yandi tuh suka nolong, kok. Tapi biasanya dia dimanfaatin sama orang-orang yang punya keperluan ama orang tua dia. Makanya tadi dia malas nanggapin permintaan lo.”

Penjelasan Andre membuat hati Reina merasa lebih baik. Akhirnya ia tahu apa yang membuat Yandi tak ingin menolongnya.

Gadis itu terlihat sangat menikmati penjelasan Andre tentang pria yang ia kagumi itu. Ia merasa senang karena kini ia bisa mengetahui tentang Yandi lebih banyak dari sebelumnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status