Mobil yang dikendarai oleh Oki pun sampai pada sebuah perusahaan finansial atau pembiayaan yang berada pada sebuah ruko. Kemudian, mereka pun keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk kantor pembiayaan tersebut. Reynaldi yang masih ingat sekuriti di perusahaan itu pun menyalami sekuriti yang seumuran dengannya. “Apa kabar Pak Kirno?” tanya Reynaldi ramah. Namun sekuriti yang sepertinya lupa pada sosok Reynaldi hanya membalas sapaannya dengan menganggukkan kepalanya serta mempersilakan mereka masuk ke dalam ruang kantor tersebut. “Kabar baik Pak.., ada yang bisa dibantu? Untuk pelunasan atau pengajuan baru?” tanya Kirno masih tersenyum dan lupa pada Reynaldi mantan karyawan perusahaan pembiayaan tersebut. “Saya mau bertemu dengan HRD Ibu Intan,” jawab Reynaldi. “Ooh dengan Ibu Intan.., baik.., silakan kami antar ke lantai lima Pak,” ajak Kirno yang mengantarkan Reynaldi ke lantai lima dari tujuh lantai pada bangunan ruko tersebut dengan menggunakan lift. “Bapak-bapak semua
Mobil yang membawa mereka berempat pun berhenti pada sebuah gang yang tidak dapat dilalui oleh mobil. Kemudian mobil pun diparkir pada sisi kiri badan jalan.“Rey.., gang nya udah bener kan?” tanya Oki saat memarkir kendaraannya.“Iyaa.., ‘gang meskipun’ aneh juga nama gangnya yaa..,” urai Reynaldi tertawa kecil.Empat lelaki itu turun dari mobil dan menyeberangi jalan berukuran 8 meter yang dipakai untuk jalan mobil dua arah dan beberapa mobil tampak parkir di kiri Jalan.“Arta.., liatin rumahnya nomor 11B,” ujar Reynaldi mengatakan pada Arta yang berada di depan saat melewati gang berukuran 1 meter.Arta berhenti pada sebuah rumah dengan pagar besi setinggi pinggangnya. Di sisi kanan dari pagar itu ada sebuah warung berukuran 6 meter.“Mau beli apa Pak?” tanya seorang lelaki sembari menggendong seorang anak berusia tiga tahun dengan gendongan balita, saat dilihat Arta terdiam persis diantara pagar rumahnya dan warung/toko kecil dengan penutup dari aluminium.“Uhm.., bentar Pa
Sekitar jam delapan malam, Reynaldi dan ketiga temannya sampai di rumah. Sesampai di rumah, Richard, dan Widyawati tengah duduk di ruang santai dengan sebuah buku di tangannya.“Mamii.., Papii..,” panggil Reynaldi, saat kedua orang tua angkatnya tidak dilihat di ruang keluarga.“Kami di ruang santai..!” sahut Richard saat didengar Reynaldi memanggil namanya.“Teja.., kalian ke atas aja dulu. Pada mandi yaa.., nanti kita makan malam diluar. Aku mau ketemu sama mami, papi dulu,” ujar Reynaldi pada ketiga temannya. Dan tampak ketiga temannya naik ke lantai dua seraya mengacungkan jempolnya. Sementara Reynaldi berjalan menuju ruang santai.“Gimana hasilnya?” tanya Widyawati saat dilihat putranya masuk ke dalam ruang santai.“Tadi ke kantor lama hasilnya nihil, tapi syukurnya Rey dapat alamat rumah sahabat yang dulu selamatkan diri Rey,” ujar Reynaldi.Setelah itu, Reynaldi pun menceritakan keadaan Rifai yang sedang dalam kesulitan dan Reynaldi memberitahukan kalau ia memberikan izin
Pagi sekitar pukul delapan pagi saat Reynaldi di meja makan bersama Richard, Widyawati dan ketiga temannya. Reynaldi berbicara pada Richard perihal pekerjaan yang untuk sementara akan di tinggalkannya.“Pii.., untuk sementara saya belum bisa ke kantor. Rey minta tolong supaya Papi bisa gantiin ke kantor..,” pintanya tersenyum pada Richard.Richard pun menganggukkan kepalanya, dan berkata, “Yaa.., Papi mau kamu selesaikan semua masalah kamu, biar pikiranmu nggak bercabang. Semoga aja, kamu bisa bawa cucu kembar Papi.”“Ya Pii.., semoga aja semua berjalan lancar. Rey minta doanya sama Mami dan Papi juga ketiga sahabat Rey dari Bali.., tanpa melihat keadaan Rey, mereka menerima Rey apa adanya saat itu. Makasih Teja.., Oki dan Arta,” tutur Reynaldi saat di meja makan.Setelah itu Reynaldi pun bersiap-siap untuk mengantar ketiga temannya ke Bandara dan akan ke rumah Nino, saudara sepupu Meytha. Usai berpamitan pada Richard dan Widyawati, mereka pun masuk ke dalam mobil. Beberapa saat
Reynaldi yang menunggu di ruang tamu menikmati kopi yang dibuat oleh istri Nino. Sekitar lima menit kemudian, Nino dan istrinya yang bernama Aisyah keluar dari ruang lain menuju ruang tamu menemui Reynaldi dengan sabar menunggu mereka demi sebuah alamat yang sangat berarti bagi hidupnya.“Maaf terlalu lama nunggu,” ujar Nino duduk pada sofa panjang bersama istrinya Aisyah.“Nggak apa-pa.., justru saya yang tiba-tiba datang bikin terkejut keluarga di sini,” tutur Reynaldi tersenyum dengan harap-harap cemas.Sebelum Nino memulai pembicaraan, istrinya Aisyah terlebih dahulu berbicara pada Reynaldi.“Sebelumnya saya, istri dari Mas Nino mau menanyakan maksud dari Mas, mencari alamat mbak Mey. Soalnya.., kami juga takut disalahkan kalau tiba-tiba Mas ke kampung almarhum pakde dan di sana malah ribut dengan mbak Mey, kasian kalau sampai si kembar tau, apalagi mereka belom mengerti masalah mamanya,” ungkap Aisyah mewakili Nino.“Bu.., saya mau bertemu Meytha untuk minta maaf. Dan saya j
Sekitar jam 8 pagi, Reynaldi bersama sopir pribadinya, Mustapa sampai di rumah Nino. Reynaldi ke Kediri Surabaya dengan membawa dua kucing anggora untuk Bulan dan Bintang berikut kandang, makanan dan minuman serta pasir untuk kucingnya. “Mas Tomo.., hati-hati di jalan. Jangan ngebut yaa Mas. Dan tolong tetep hargai keputusan mbak Meytha. Kalau bagaimana bicarakan baik-baik saja, Mas,” tutur Nino seraya mengeluarkan kucing untuk kedua keponakannya yang dibeli oleh Reynaldi. Setelah itu mobil Alphard warna putih yang di bawa oleh Reynaldi pun berlalu dari rumah Nino menuju Surabaya lewat jalur darat memasuki tol Cikampek, Reynaldi dan sopir pribadinya Mustapa beristirahat sejenak di Rest Area. Mereka menuju restoran untuk makan dan meluruskan badan. Diperkirakan jarak tempuh menuju Kediri sekitar 17 jam 35 menit. Ditambah dengan waktu istirahat sepanjang perjalanan, diperkirakan mereka sampai sekitar jam 5 pagi, esok hari. “Rey.., udah sampai dimana?” tanya Widyawati saat putranya sa
Perasaan bahagia dan haru menyelimuti hati Reynaldi saat si kembar merindukan dirinya. Kedua anaknya punya satu bentuk ikatan batin yang kuat walaupun mereka sama sekali tidak tahu menahu kalau Reynaldi adalah Papa mereka. “Om.., kok tau kita tinggal di sini? Apa Om mau jemput Bintang sama Bulan? Soalnya dua hari lalu Bintang mimpi Om Rey jemput Bintang, tapi di rumah Papanya Keke,” ujar Bintang dengan senyum bahagia. “Kakak.., kata mama kan kita tinggal di sini. Kalau liburan kita jalan-jalan ke Jakarta. Om Rey itu cuman bawain kucing buat kita.., yaa.. kan Maa?” tanya Bulan seraya menggendong kucingnya. “Iyaa.., udah ngomong terima kasih sama Om Rey..?” tanya Meytha berusaha setenang air dan tetap mengajari putra dan putrinya tata krama. “Oh, iya.. lupa..,” Bulan tersenyum seraya menutup bibirnya dan mengatakan terima kasih pada Reynaldi begitu juga dengan Bintang. Setelah itu, Bulan dan Bintang duduk di teras rumah, seraya bermain dengan kucing yang dibawa oleh Reynaldi. Dan Mu
Meytha yang secara langsung meminta pada Reynaldi untuk pergi dari rumah itu dibantah olehnya. Lalu, Reynaldi memegang tangan Meytha dan berkata perlahan padanya, “Ada apa sih sama kamu? Apa aku salah kalau aku bertemu dengan anakku?” Meytha yang pergelangan tangannya dipegang oleh Reynaldi, berupaya melepaskan diri. Ia mencoba membuka tangan kanan Reynaldi yang memegang pergelangan tangannya dan berseru, “Lepas..! Pak Rey..., lepas tangannya!” “Aku nggak akan melepas tanganmu.., sebelum kamu bicara padaku.., apa salahku, Mey..?!” tegas Reynald, tepat di telinga Meytha. “Pak Rey.., nggak salah apa pun.., justru saya bingung., ada apa dengan Pak Rey?” tanya Meytha tetap berusaha melepaskan diri. “Mey.., tolong bicara dan kasih tau aku.., apa salahku! Atau aku akan cerita sama anak-anak kalau aku, Papanya..!” ancam Reynaldi melonggarkan cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Meytha. “Pak Rey..., Apa hak Bapak berbicara seperti itu disini? Tolong jangan buat keributan. Tolong