Setelah selesai memasak dan mempersiapkan bekal, Benca berinisiatif untuk membongkar isi lemari orang tuanya sekali lagi. Selain Benca masih memikirkan liontin yang ditemukan dalam genggaman Gerda, juga misteri tentang keterkaitan mereka dengan keluarga Esced yang membuatnya sangat penasaran, Benca merasa, bahwa dia harus menemukan sesuatu, tetapi dia tidak tahu apa. Tiba-tiba matanya terpaku pada sesuatu di sudut lemari, dibalik tumpukan pakaian yang jarang digunakan. Disana terdapat sebuah kantong beludru. Karena warnanya yang pekat, kantong tersebut nyaris tidak terlihat, itulah sebabnya tadi Benca tidak menemukannya. Di dalam kantong tersebut, Benca menemukan semacam kunci. Namun Benca tidak tahu, kunci tersebut untuk membuka apa? Benca mencoba setiap lemari dan peti yang berada di dalam rumah, namun tidak ada satupun yang cocok. Benca putus asa, lalu memutuskan untuk menyimpan kunci tersebut baik-baik. Dia percaya, bahwa kunci tersebut sangat penting, jika tidak, orang tuanya t
Benca mencari-cari lentera yang bisa membantunya untuk melihat situasi di dalam ruangan yang gelap tersebut. Akhirnya dia menemukan sebuah lampu minyak dan menyalakannya. Dibantu penerangan dari lampu minyak tersebut, Benca menuruni ruang bawah tanah dengan hati-hati. Kayu-kayunya menimbulkan bunyi saat dirinya mulai melangkah meniti tangga."Aku perlu hati-hati, mungkin saja kayu ini rapuh."Benca mencoba mengingatkan dirinya sendiri. Tetapi, meskipun terdengar bunyi, dia merasakan tangga kayu tersebut cukup kokoh meski telah dimakan usia."Aku harus bangga pada Ayahku mengenai teknik bangunan, apapun yang dia buat selalu memiliki pertimbangan yang rinci dan matang. Kayu-kayu ini pasti bukan kayu sembarangan, sebab, meski di makan usia, semuanya tampak tetap kokoh." Tiba di dasar ruang, Benca terbelalak, menemukan koleksi pakaian indah yang ditata dengan rapih. Benca juga menemukan sebuah buku yang beris
Tiga orang berkuda dengan sangat cepat menembus hutan, mereka baru saja beristirahat sejenak hanya untuk makan agar memiliki cukup energi, lalu langsung melanjutkan perjalanan dengan tergesa-gesa, seperti sangat terburu-buru ingin mengejar sesuatu. Dua orang diantaranya yang memiliki wajah sangat mirip, memacu kudanya beriringan. Ya, mereka adalah Lorant dan Arpad. Perbedaan diantara mereka tidak terlalu terlihat, ada sedikit garis ketegasan pada tulang rahang yang lebih keras pada Lorant, sementara Arpad memiliki garis tulang rahang yang lebih halus. Selain itu perbedaan berada pada warna bola mata mereka, jika Lorant memiliki bola mata berwarna coklat gelap, maka Arpad memiliki bola mata biru jernih. Selain itu, bibir Arpad lebih tipis dibanding Lorant, selebihnya mereka sungguh-sungguh sangat mirip, bahkan bentuk mata, alis dan hidung mereka sangat mirip satu sama lain, seolah-olah mereka adalah anak kembar, bagaikan pinang dibelah dua. Bahkan usia mereka h
Hari masih gelap, namun Arpad terbangun oleh suara berisik di dipan belakang. Rupanya Lorant tidak bisa tidur dan terus saja membolak-balikkan badannya di dipan milik Benca yang sempat dia kuasai saat dirinya berda di rumah ini. Arpad yang merasa sangat kelelahan, hanya melirik sebentar lalu melanjutkan tidurnya. Sementara pengawal tidur di lantai dekat pintu masuk di bangku kayu panjang, tempat Lorant dan Gergely biasa duduk sambil bermain catur ataupun menggoda Benca, hanya untuk melihat Benca tersipu dan memerah pipinya. Dalam cahaya temaram, Lorant terus saja terjaga, berbaring dan memandang langit-langit ruangan, bahkan terkadang menuju dapur, meraba setiap barang-barang penuh kenangan. Matanya tertuju pada nampan bulat, di mana Gerda pernah membuatkan kejutan yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Lorant mengingat setiap detil kastil dari kentang yang dibuat Gerda, tangannya meraba jari manis yang masih dilingkari cincin Gergely. Dia baru menyadari, b
Cahaya matahari menembus daun jendela yang terbuka, cahayanya menyinari wajah Arpad, yang segera menggeliat. Pengawal yang semalam tidur di lantai telah mempersiapkan sarapan bagi mereka bertiga. Arpad melirik Lorant yang masih tertidur pulas, dia membiarkan Kakak sepupunya beristirahat, sementara dia sendiri bergegas untuk mandi. Semalam mereka tidak sempat membersihkan tubuh karena terlalu shock dengan situasi rumah Benca yang sangat berantakan. “Makanlah dulu, tidak usah menunggu kami,” Arpad berkata kepada pengawal yang sedang menunggu perintah darinya, “Setelah selesai makan, coba periksa kembali semua tempat di luar rumah dalam radius dua puluh meter. Jika ada yang mencurigakan, segera kabari aku. Jangan membangunkan Kakakku. Dia butuh istirahat untuk memulihkan staminanya.” Pengawal tersebut mengangguk tanda mengerti, “Baik Tuan Muda Arpad, aku mengerti.” Arpad bersiul sambil membersihkan tubuhnya. Semua lel
Gustav berencana untuk mengajak Benca tinggal di rumahnya dengan identitas baru, dia sudah membicarakan hal tersebut saat masih di rumah Benca. Mereka hanya akan menggunakan nama terakhir Benca dan nama belakang Gustav. Mulai sekarang, nama Benca berubah menjadi Fialova Matternich zu Brohl. “Benca, jarak rumahku dari perbatasan hutan ini kurang lebih sekitar satu kilometer. Jika kamu merasa lelah dan lapar, kita bisa mencari sesuatu di rumah makan sebelum tiba di rumah. Aku tidak memiliki banyak pelayan karena aku tinggal sendirian, lagipula aku bukanlah bangsawan yang kaya raya, jadi aku merasa tidak membutuhkan banyak pelayan. Maka aku yakin tidak ada makanan yang siap untuk kita makan saat tiba di rumah.” “Ya, baiklah kita bisa mampir di rumah makan sejenak, sambil melepas lelah.” Benca menyetujui usulan Gustav. Lagipula mereka tidak terburu-buru, sepanjang perjalanan mereka juga berkuda dengan santai, saling berbicara dan lebih menge
Dua hari ini, Arpad telah melakukan penyelidikan secara terperinci mengenai laki-laki bernama Gustav Matternich zu Brohl, termasuk bisnis yang digelutinya. Arpad sudah menyusun rencana untuk membuat pertemuan dengan cara menawarkan kerja sama bisnis. Dia akan menunggu Lorant datang. Tenggat waktu yang dia berikan pada Lorant adalah besok. Jadi, dia ingin sudah menyelesaikan setiap detil rencana saat Lorant tiba di Arva. "Sejauh ini, aku rasa Benca lebih aman bersama Tuan Gustav. Akan lebih baik seperti itu, sampai nanti Kak Lorant memutuskan hal lainnya."Arpad bergumam sambil menatap kertas-kertas yang berisi informasi mengenai jati diri Gustav Matternich zu Brohl di meja. Dia juga mulai mempersiapkan beberapa dokumen mengenai usahanya yang dianggap memiliki peluang untuk bekerjasama dengan Gustav. "Ini namanya, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ya, Benca aman dan selamat. Pengembangan bisnis baru bersama Gusta
Dengan gamang, Arpad melangkah menuju sebuah dipan yang cukup besar di sebuah sudut. Di sampingnya terdapat meja kecil, di sana tergeletak sebuah kantong tempat koin emas yang sangat diyakini adalah milik keluarganya. Di dalam sebuah tas, Arpad juga menemukan baju milik Erza. Arpad sangat yakin, karena dia tahu jenis koleksi baju adiknya. Di sebuah meja besar yang berada di tengah ruangan, Arpad mendapati beberapa ramuan obat, dan secarik kertas berisi tulisan tentang beberapa nama tanaman obat. Arpad berusaha mencermati tulisan tersebut. Melihat bentuk tulisannya, Arpad meyakini bahwa itu ditulis oleh seorang wanita. Tetapi Arpad tahu dan sangat yakin, bahwa itu bukanlah tulisan Erza. Arpad mematung menatap semua benda-benda tersebut, sambil memikirkan segala kemungkinan. "Bagaimana bisa barang-barang milik Erza ada di sini?" Setelah beberapa saat Arpad sudah bisa menarik kesimpulan,"Benca mendapatkan ma